TAGAR.id, Jakarta - Pemerintah melalui PT PLN (Persero) menargetkan penyaluran listrik pada 97 desa terpencil di Nusa Tenggara Timur (NTT) pada tahun 2022.
Penyaluran listrik di wilayah paling selatan Indonesia ini mendapat dukungan dari pemerintah melalui Penyertaan Modal Negara (PMN) dengan alokasi sebesar Rp 258 miliar.
Kehadiran listrik di 97 desa tersebut bakal menerangi 19.650 keluarga, meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan warga setempat.
Listrik untuk saat ini sudah seperti air bersih, sudah menjadi kebutuhan dasar. Kemajuan di semua lini dan kebutuhan kita sehari-hari tidak terlepas dari kebutuhan energi listrik.
Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara menjelaskan dengan dana PMN untuk melistriki desa merupakan komitmen negara hadir untuk memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat. Ia mengatakan pemerintah akan terus mengejar target elektrifikasi di seluruh penjuru Indonesia.
“PLN merupakan alat dari negara supaya negara bisa hadir, negara bisa sampai, dan tangan negara bisa dirasakan oleh seluruh penduduknya. Karena itu, PLN mendapatkan tugas dari negara untuk melistriki seluruh Indonesia," tegas Suahasil.
Ia mengatakan saat ini rasio elektrifikasi Provinsi NTT mencapai 92,33 persen. Pemerintah akan melakukan berbagai upaya agar target rasio elektrifikasi NTT bisa 100 persen pada 2025 mendatang.
"Saya senang di NTT terjadi peningkatan rasio elektrifikasi secara signifikan. Tapi kita tetap harus bekerja keras untuk mencapai elektrifikasi 100 persen untuk seluruh Indonesia, khususnya di Rote," tandasnya.
Direktur Distribusi PLN Adi Priyanto menjelaskan bahwa PLN telah mendapat PMN sebesar Rp 5 triliun pada tahun 2022. Dukungan pemerintah melalui PMN tersebut sangat membantu PLN untuk mempercepat pembangunan kelistrikan hingga ke pelosok negeri.
“Adanya PMN menjadi bentuk kehadiran negara, di mana PLN mewujudkannya dengan membangun infrastruktur energi di seantero Nusantara. Terutama untuk daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar) seperti Pulau Rote yang berbatasan langsung dengan laut Australia dan merupakan pulau paling selatan Indonesia,” ujarnya.
Khusus untuk Desa Mbueain, yang merupakan salah satu desa yang pembangunan fasilitas kelistrikannya memakai dana PMN, PLN memanfaatkan dana PMN tersebut untuk membangun jaringan tegangan menengah sepanjang 9,04 kilometer sirkuit (kms), jaringan tegangan rendah 14,48 kms dan 3 gardu dengan kapasitas total 150 kilovolt Ampere (kVA) untuk melayani listrik 282 pelanggan.
"Dengan hadirnya listrik, ekonomi masyarakat akan meningkat dan penghasilan bertambah. Selain itu, anak-anak sekolah bisa belajar di malam hari," ujar Adi.
Berkat adanya PMN, lanjut Adi, PLN dapat menghadirkan terang ke 115.868 keluarga di 508 desa di NTT sepanjang 2019-2021. Dana PMN tersebut digunakan PLN untuk membangun jaringan tegangan menengah (JTM) sepanjang 2.186 kilometer sirkuit (kms), jaringan tegangan rendah (JTR) sepanjang 2.680 kms, dan gardu 29.675 kVA serta pembangunan 24 pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).
Gencarnya pembangunan infrastruktur kelistrikan juga membuat rasio elektrifikasi di NTT terus meningkat dari 59,85 persen pada 2017 menjadi 92,33 persen hingga Juni 2022.
"Perjuangan masih panjang, untuk itu kami akan terus bekerja keras untuk melistriki hingga pelosok,” pungkasnya.
Kepala Dinas (Kadis) Energi, Sumberdaya Mineral (ESDM) Nusa Tenggara Timur, Jusuf A. Adoe mendukung penuh langkah Pemerintah dan PLN yang terus meningkatkan rasio elektrifikasi di daerah terpencil di Provinsi NTT.
Ia berharap ke depan sinergi bersama ini tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan listrik masyarakat di Pulau Rote, tetapi juga di daerah-daerah terisolir lainnya di NTT.
“Sejak 5 tahun lalu sampai sekarang lonjakan elektrifikasi cukup signifikan. Dengan kerja keras dari PLN, dukungan pemerintah provinsi, dukungan pemerintah kota per hari ini apa yang ditargetkan Gubernur NTT ternyata bisa dilampaui dengan 92,33 persen rasio elektrifikasi,” kata Adoe.
Ia menambahkan kalau pihaknya mendukung langkah Pemerintah dan PLN dengan turut serta menyalurkan bantuan meteran listrik gratis untuk keluarga yang tidak mampu di NTT.
“Listrik untuk saat ini sudah seperti air bersih, sudah menjadi kebutuhan dasar. Kemajuan di semua lini dan kebutuhan kita sehari-hari tidak terlepas dari kebutuhan energi listrik. Melalui PMN ini harapannya dimanfaatkan masyarakat bukan sekadar untuk penerangan, tetapi juga hal produktif ekonomi,” pungkas Adoe. []