Jakarta - Secara umum, konsep risiko selalu dikaitkan dengan konsekuensi yang muncul sebagai dampak adanya ketidakpastian, sehingga memunculkan dampak yang merugikan bagi pebisnis.
Namun sebaliknya, jika konsekuensi ini dianggap menguntungkan, maka hal tersebut tidak dianggap sebagai risiko, namun dianggap sebagai keuntungan.
Umumnya, ketika seorang pebisnis melakukan kegiatan yang berisiko dengan motivasi keuntungan, biasanya ia akan mampu mengkalkulasi besarnya risiko yang dihadapi. Berdasarkan kalkulasi tersebutlah, ia bisa menetapkan target keuntungan yang diinginkan.
Resiko usaha bisa disebabkan oleh 3 faktor, yaitu adanya ketidakpastian secara ekonomi (economic uncertainty caused), ketidakpastian disebabkan oleh alam (nature uncertainty caused), dan ketidakpastian yang disebabkan oleh perilaku manusia (human uncertainty caused).
Berikut ini, akan dibahas mengenai jenis jenis resiko usaha berdasarkan kerugian yang diperoleh, kontrol usaha, dan target komponen usaha.
Risiko Pasar (Market Risk)
Teknologi yang terus berkembang membuat perubahan yang begitu cepat, terutama dalam bisnis.
Risiko bisnis yang pertama adalah risiko pasar yang diakibatkan karena perubahan dalam pasar secara makro, di mana banyak pebisnis yang tidak mampu membendungnya.
Misalnya, ketika Anda menjalankan bisnis kopi kekinian dan Anda baru membuat menu baru ‘Kopi Gula Aren’ yang saat itu sedang tren dan diminati banyak konsumen.
Namun, tiba-tiba, keluarlah menu baru yang menjadi kegemaran konsumen, misalnya ‘Kopi Regal’.
Padahal, saat itu Anda sudah membeli bahan untuk membuat Kopi Gula Aren yang cukup banyak. Inilah hal yang merugikan Anda, di mana Anda memiliki stok bahan yang tinggi namun tidak lagi dibutuhkan.
Berdasarkan Kontrol Usaha
Jika ditinjau dari kontrol usahanya, maka ada jenis jenis resiko usaha, yaitu risiko yang bisa dikendalikan dan risiko yang tidak bisa dikendalikan.
Contoh resiko usaha yang bisa dikendalikan adalah pasokan produk di pasaran yang siap dilaksanakan, kemudian selama berbulan-bulan produk tersebut belum maksimal dalam mendapatkan.
Meskipun perusahaan mengalami kerugian, namun risiko tersebut bisa dikendalikan dengan cara mengevaluasi produk serta strategi marketingnya.
Risiko Operasional
Risiko ini biasanya akan lebih mengarah pada suatu kegagalan dalam mengelola perusahaan yang berkaitan dengan kegiatan operasional sehari-hari.
Hal ini mungkin saja terjadi karena beberapa kegagalan teknis, seperti server error, human error, maupun proses pada kegiatan operasional perusahaan yang tidak efisien.
Dalam beberapa kasus, risiko operasional biasanya memiliki lebih dari satu penyebab.
Misalnya, perusahaan Anda melakukan rekrutmen untuk bidang business development sebanyak 5 orang, padahal setelah dijalani, diketahui bahwa sebenarnya kebutuhan merekrut 5 orang ini karena adanya pekerjaan yang tidak efisien sehingga hanya dengan 3 orang saja sudah cukup.
Risiko Finansial
Risiko ini biasanya akan berdampak kepada finansial perusahaan dan mengacu secara khusus terhadap arus kas masuk dan keluar yang memungkinkan terjadi kerugian finansial perusahaan.
Sebagai contoh, Anda memiliki perusahaan yang sebagian besar pemasukan perusahaan berasal dari sejumlah klien besar yang melakukan proses pembayaran produk dengan beberapa tahapan.
Kemudian ketika tahap pelunasan, klien perusahaan Anda tidak melakukan pembayaran sesuai dengan jadwal yang ditentukan. Hal ini tentunya dapat merusak arus kas Anda dan menimbulkan ketidakpastian kapan klien akan membayar pelunasannya.[]
(Erlangga)
Baca Juga:
- Mengenal Lebih Dekat Risiko dan Macam Obligasi
- 4 Risiko Investasi Properti yang Perlu Anda Ketahui
- Ketahui Risiko Asuransi Unit Link dan Cara Mengatasinya
- Kenali 4 Risiko Investasi Pasar Modal