Pembantu di Rumah Dokter Ini, Sukses Menjadi Sarjana Terbaik

Menjadi pembantu bukan menjadi halangan untuk sukses dan menjadi sarjana terbaik.
Sosok Darwati tiba-tiba hangat diperbincangkan. (Foto: Istimewa)

Semarang, (Tagar 2/3/3019) - Sosok Darwati tiba-tiba hangat diperbincangkan. Berbekal semangat dan tekad dalam meraih impian, ia sukses menjadi sosok inspiratif. Profesi sebagai Pembantu Rumah Tangga (PRT), tidak menghalangi untuk bisa sukses di bidang pendidikan.

Darwati bukan siapa-siapa, hanya gadis sederhana dari sebuah desa di Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Tekad menjadi sarjana menguat, saat melihat realita di kampungnya belum banyak yang lulusan perguruan tinggi.

Selepas menamatkan sekolah di SMA Muhammadiyah 5 Todanan Blora, Darwati sempat bingung antara bekerja dan meneruskan pendidikan. Akhirnya ia memilih merantau ke Jakarta. Kondisi kedua orang tua yang berprofesi sebagai petani, membuatnya ingin membantu perekonomian keluarga.

Darwati sempat berada di Jakarta selama satu minggu. Namun hiruk pikuk Jakarta membuat gadis kelahiran 20 Februari 1992 itu merasa tidak betah. Ia memilih kembali ke kampung mencoba bekerja dengan penjual es campur. 

Selepas menjadi karyawan penjual es campur, Darwati mencoba bekerja dengan menjadi pembantu rumah tangga (PRT) dan pembantu dokter di rumah Drg. Lely Atasti Bachrudin sejak 16 Agustus 2010. Di sinilah awal dari perjuangan dimulai.

Darwati mengutarakan keinginan untuk berkuliah, ternyata nasib baik menghampirinya. Drh. Lely Atasti Bachrudin mendukung keinginannya.

"Saya nggremeng (bergumam) ingin kuliah, ternyata didengar. Beberapa hari setelah itu majikan pulang dari praktik bilang kalau bapak saya baru saja menemui dan bilang saya ingin kuliah, saya diperbolehkan menyambi kuliah. Belakangan saya tahu, ini upaya beliau memotivasi saya karena ternyata bapak saya tak pernah menemui majikan saya, apalagi ngobrol kalau saya ingin kuliah," kata Darwati mengutip liputan6.

Pilihannya memulai babak baru kehidupan Darwati. Karena melakukan dua pekerjaan-sebagai pembantu dan mahasiswi, ia pun harus pintar-pintar berhemat dan membagi waktu agar keduanya bisa berjalan satu sama lain. 

Memilih Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Semarang sebaai tempat kuliah, Darwati perlahan menyisihkan sebagian gajinya yang saat itu Rp 350 ribu per bulan.

Selain harus pintar berhemat, tantangan lain yang dihadapi oleh Darwati adalah masalah jarak kuliahnya terbilang sangat jauh. Laman liputan6.com menuliskan, ia harus menempuh jarak lebih dari 50 km dan kerap menumpang temannya yang berasal dari Grobogan. Namun, Darwati lebih sering menggunakan bus saat pergi kuliah.

Jalan mulus tak selalu menghampiri Darwati, tapi tak pernah menghalangi keteguhannya untuk menggapai cita-cita. Ejekan dan juga cemoohan karena bekerja sebagai pembantu rumah tangga, ia anggap sebagai angin lalu. Bahkan, hal itu menjadi cambuk baginya untuk menjadi seorang sarjana.

Hingga pada akhirnya, impiannya menjadi kenyataan. Darwati dinyatakan lulus dan berhak menyandang gelar sarjana. Sebuah titel yang belum tentu bisa diraih oleh orang-orang di desa tempat tinggalnya. 

Tidak hanya menjadi seorang sarjana, Darwati meraih predikat sebagai lulusan terbaik jurusan Administrasi Niaga Universitas 17 Agustus Semarang dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,68.

Kesuksesan bisa dinikmati oleh siapa saja. Hal tersebut dibuktikan Darwati yang hanya seorang pembantu rumah tangga. Ia bergerak dan berusaha keras mengejar apa yang dicita-citakan. []

Berita terkait
0
Dua Alasan Megawati Belum Umumkan Nama Capres
Sampai Rakernas PDIP berakhir, Megawati Soekarnoputri belum mengumumkan siapa capresnya di Pilpres 2024. Megawati sampaikan dua alasan.