Pekerjaan di Australia, Cuci Piring Atau Jadi Pemetik Buah

Di masa pandemi ini pencari kerja di Australia mencari kerja mulai dari tukang cuci piring atau pindah ke pedalaman
Ada sejumlah pekerjaan yang tersedia saat ini di kawasan Dubbo, New South Wales, Austalia, yang sedang mengembangkan tenaga surya (Foto: abc.net.au/indonesian/ABC News: Brendan Esposito)

Sydney - Aidan Draper seorang warga di Kota Sydney, Australia, baru pindah ke Australia pada bulan Maret lalu. Dia telah melamar berbagai jenis pekerjaan, termasuk untuk menjadi pencuci piring di restoran.

Pria berusia 21 tahun tersebut mulai kehabisan uang tabungannya namun tidak memenuhi syarat untuk mendapatkan tunjangan uang dari pemerintah di tengah pandemi C-19.

Pekan lalu ia melamar pekerjaan sebagai pencuci piring lewat sebuah situs pencari kerja. Dari e-mail notifikasi yang ia dapatkan setelah mengajukan lamaran kerja itu, Aidan diberitahu jika ada 6.190 orang lainnya yang melamar posisi tersebut.

1. Tertawa Melihat Banyak Pelamar Cuci Piring

Ia juga pernah melamar pekerjaan lainnya dengan banyaknya peminat, seperti yang tercantum dari email yang ia dapatkan:

Pekerjaan menyusun dan memilah barang-barang di pabrik kosmetik: 695 pelamar

Pekerjaan bersih-bersih atau 'cleaners': 894 pelamar

Pekerjaan di kantor pos: 1.320 pelamar

Mengangkat barang di perusahaan percetakan: 4.085 pelamar

Pekerjaan menyusun dan memilah di pabrik peralatan berat: 1.479 pelamar

"Karena saya sudah melamar banyak pekerjaan dan sering ditolak, saya hanya bisa tertawa melihat banyaknya yang melamar pekerjaan cuci piring," kata Aidan.

Seberapa banyak lapangan pekerjaan yang tersedia di Australia saat ini?

Dari data pengangguran Biro Statistik Australia (ABS) menunjukkan tingkat pengangguran di bulan Agustus sebenarnya sudah turun menjadi 6,8% dari 7,5% sebelumnya. Tapi, tentu saja angka ini masih cukup tinggi.

Mulai hari Senin, 28 September 2020, warga di Australia yang berhak mendapatkan tunjangan uang dari pemerintah setidaknya harus mencari delapan pekerjaan per bulan agar tetap bisa mendapat bantuan tersebut.

Pakar ekonomi dan tenaga kerja dari Grattan Institute di Melbourne, Matt Cowgill, mengatakan pengangguran di Australia masih akan tinggi hingga beberapa tahun ke depan. "Secara umum kita belum melihat puncak dari tingkat pengangguran, jadi kondisinya akan memburuk," ujarnya.

2. 45 Ribu Lowongan di Pedalaman

Sejumlah pakar ekonomi juga memperkirakan puncak pengangguran di Australia akan terjadi dalam beberapa bulan ke depan, jika tidak ada lagi wabah baru C-19 dan jika perekonomian bisa pulih di tahun 2021.

Sementara itu di beberapa kawasan pedalaman dan pedesaan Australia, mengisi lowongan pekerjaan selalu menjadi masalah, terlepas sebelum atau saat pandemi C-19.

"Ini selalu menjadi masalah di luar kota-kota besar … [untuk] mendatangkan orang bekerja di bidang yang sebenarnya cukup bagus," ujar Dr Kim Houghton, Kepala Ekonom dari Regional Australia Institute (RAI).

Dengan menggunakan data dari Pemerintah Australia, RAI melacak lowongan pekerjaan yang diunggah lewat internet.

RAI menemukan ada lebih dari 45.000 lowongan kerja di kawasan pedalaman pada Agustus lalu.

Angka tersebut menunjukkan peningkatan 14% lowongan pekerjaan dari bulan sebelumnya.

Bahkan di beberapa daerah pedalaman sebenarnya ada lebih banyak lowongan kerja dibandingkan sebelum perlambatan ekonomi akibat pandemi C-19. "Daerah-daerah ini pada umumnya adalah kawasan yang cukup kuat dengan sektor pertambangan dan pertaniannya," ujar Dr Houghton.

Ricky Banks, adalah warga Australia yang lahir dan dibesarkan di Kota Canberra. Baginya pindah ke kawasan pedesaan menimbulkan pergolakan dalam dirinya. Tetapi, ketika bisnisnya di Queanbeyan, dekat Canberra runtuh, tukang listrik berusia 32 tahun ini mengatakan ia tidak punya pilihan.

"Saya memutuskan untuk meneruskan kehidupan saya dan pergi ke pedesaan dengan mencoba menggunakan keterampilan yang saya miliki," ujarnya. Dua minggu lalu dia pindah ke Wellington, sekitar 50 km dari Dubbo, New South Walles, untuk bekerja di pembangkit tenaga surya yang sekarang sedang dibangun.

Ia bekerja 76 jam seminggu, setidaknya selama 4 bulan ke depan. "Ya, jam kerjanya memang panjang. Tetapi apakah Anda hanya ingin duduk di rumah dalam keadaan depresi dan sengsara? Atau ingin mencari uang dengan keluar dari rumah?” ujarnya.

Baginya, bagian tersulit adalah meninggalkan putrinya yang berusia enam tahun, yang masih tinggal di Canberra bersama mantan pasangan Ricky.

3. Dorongan Agar Warga Pindah ke Pedalaman

Profesor Paula Brough, pakar psikologi dari Griffith University, mengatakan kebanyakan orang percaya jika kota-kota besar "lebih menawarkan banyak peluang pekerjaan".

"Segala sesuatu mulai dari pertemanan, akses ke olahraga dan budaya, hingga pendidikan, ikut menentukan keputusan apakah seseorang mau pindah atau tidak," kata Profesor Brough.

"Saya rasa orang-orang terbiasa memiliki begitu banyak pilihan di sekitar mereka, begitu banyak kesibukan, sehingga bisa menjadi pergolakan yang cukup mengkhawatirkan untuk tiba-tiba mengubah seluruh gaya hidupnya di pedalaman."

Sejumlah pertani di Australia sebelumnya sudah mengajak warga Australia untuk mau bekerja di perkebunan.

Salah satu alasannya karena tidak ada cukup banyak pekerja untuk memetik dan mengemas buah, sehingga dikhawatirkan jika tahun depan buah-buahan akan membusuk.

Di West, seorang petani dari pertanian Bells Creek di New South Wales, mengatakan jika tenaga kerja pertanian masih kurang maka ia terpaksa harus mengurangi 30% penanaman tahun depan.

"Jika [pengurangan itu terjadi secara umum pada berbagai komoditas, maka harga akan naik dan itu akan berdampak signfikan pada dompet orang," kata Di West. (abc.net.au/indonesian/Diproduksi oleh Erwin Renaldi berdasarkan laporan: James Purtill (Triple J Hack), Norman Hermant dan Lucy Kent). 

Berita terkait
Australia Butuhkan 26.000 Pekerja Luar Negeri Panen Buah
Penelitian terbaru menunjukkan sektor pertanian di Australia membutuhkan 26.000 pekerja luar negeri untuk memanen tanaman
0
Penduduk Asli Pertama Amerika Jadi Bendahara Negara AS
Niat Presiden Joe Biden untuk menunjuk Marilynn “Lynn” Malerba sebagai bendahara negara, yang pertama dalam sejarah Amerika Serikat (AS)