Australia Butuhkan 26.000 Pekerja Luar Negeri Panen Buah

Penelitian terbaru menunjukkan sektor pertanian di Australia membutuhkan 26.000 pekerja luar negeri untuk memanen tanaman
Petani Australia banyak bergantung pada pekerja dari luar negeri untuk memanen buah dan sayur (Foto: abc.net.au/indonesian/ABC Rural: Kim Honan)

Oleh: Kath Sullivan

Perusahaan konsultan Ernst & Young (EY) jadi lembaga pertama yang menghitung jumlah kekurangan pekerja di sektor pertanian di Australia, yang biasanya bergantung pada pekerja luar negeri. Laporan penelitian terbaru memprediksi Australia membutuhkan 26.000 pekerja tambahan untuk memanen tanaman mereka musim panas ini.

Namun, sejak Australia menutup perbatasannya pada bulan Maret 2020, ditemukan jika para petani membutuhkan ribuan tenaga kerja untuk membantu mereka.

Penelitian digagas oleh kelompok industri Inovasi Hort dan kelompok dari sektor pertanian mengatakan hasil penelitian ini jadi bukti jika Pemerintah Australia perlu campur tangan untuk memastikan produk buah dan sayuran tidak terbuang percuma dan pasokan makanan tidak terganggu.

1. Visa Khusus Pertanian untuk Atasi Kekurangan Pekerja

Peningkatan kebutuhan pekerja musiman untuk memanen dan mengemas produk akan mencapai puncaknya Maret tahun depan.

Hasill penelitian juga membuat daftar sejumlah kawasan yang paling membutuhkan tenaga kerja saat ini, yakni:

• Cairns

• Wide Bay

• Kawasan tenggara negara bagian Australia Selatan

• Shepparton

• Kawasn barat laut negara bagian Victoria

• Coffs Harbour dan Grafton

• Kawasan perairan Murray, New South Wales

Federasi Petani Nasional (NFF) sudah memperingatkan soal kekurangan tenaga kerja sebelum pandemi dan sebelumnya telah melobi jalur visa khusus pertanian untuk mengatasi kekurangan pekerja. "Pemerintah seringkali meminta kami untuk 'menunjukkan data' tentang kekurangan tenaga kerja, nah, sekarang sudah ada buktinya," kata kepala eksekutif NFF, Tony Mahar. Lebih lanjut Tony mengatakan, “Jumlahnya mengkhawatirkan dan harus segera diperhatikan pemerintah, baik pemerintah negara bagian maupun federal."

Juru bicara AusVeg, Tyson Cattle, berharap pemerintah akan melihat laporan itu sebagai "momentum yang mencerahkan". "Mereka telah meminta data dan bukti untuk memahami kekurangan tersebut dan 26.000 pekerja bukanlah jumlah yang kecil," kata Tyson.

"Kami hanya melihat pilihan yang tersedia dan senang jika bisa bekerja bersama pemerintah agar orang-orang masuk ke ladang pertanian, karena saat ini merupakan masa-masa sulit bagi banyak petani dan mereka hanya membutuhkan tenaga kerja."

"Mereka mengevaluasi kembali panen mereka, sambil memikirkan apakah mereka akan menanam lagi, dan semuanya itu pada akhirnya akan bermuara ke konsumen," kata Tyson.

Bulan lalu, 163 pekerja dari Vanuatu diizinkan memasuki Australia bagian utara untuk bekerja di perkebunan mangga di bawah skema program percontohan pekerja musiman. Beberapa kelompok petani menyerukan program tersebut diperpanjang segera dan mencari insentif untuk membantu para pekerja yang belum bekerja di Australia agar bisa bergabung.

Pada konferensi pers di Canberra, 29 September 2020, Perdana Menteri Australia, Scott Morrison, mengatakan dia terbuka dengan usulan segera memperluas program pekerja musiman dan pekerja dari wilayah Pasifik, tapi tidak menjelaskan lebih detil tentang itu.

2. Pengangguran domestik dan skema JobSeeker

Laporan EY muncul karena tingkat pengangguran domestik Australia diperkirakan akan mencapai 10 persen. Beberapa petani telah menyuarakan keprihatinan atas naiknya tunjangan kesejahteraan bagi warga Australia yang tidak bekerja, karena telah menghalangi para pengangguran untuk mencari kerja di kawasan pertanian.

Tetapi tidak sampai seperlima dari 450 petani responden survei EY percaya pengangguran domestik akan mempengaruhi penawaran tenaga kerja. Sampai minggu lalu, tunjangan uang 'JobSeeker' untuk satu orang tanpa tanggungan adalah sebesar 1.115 dolar Australia, setara dengan Rp 11,9 juta, per dua minggu, sementara sektor hortikultura membayar 1.980 dolar Australia, setara dengan Rp 21,1 juta, dengan hitungan 80 jam per dua minggu.

Insentif 'JobSeeker' ditarik kembali oleh Pemerintah pada minggu ini, dengan tarif untuk satu orang tanpa tanggungan turun menjadi 815 dolar Australia, setara dengan Rp 8,7 juta, per dua minggu.

EY melaporkan pandemi telah menganggu pasar tenaga kerja global yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Perancis diperkirakan kekurangan 200.000 pekerja lepas selama tiga bulan, sementara Inggris diperkirakan hanya akan kedatangan seperempat dari 60.000 pekerja lepas yang dibutuhkannya tahun ini, dan 100.000 pekerja pertanian di Italia kemungkinan besar terhalang tiba karena penutupan perbatasan.

Laporan tersebut didasarkan pada asumsi bahwa perbatasan internasional akan dibuka kembali pada bulan Maret tahun depan, dengan catatan jika ini tidak terjadi maka kekurangan tenaga kerja kemungkinan besar akan bertambah (Hellena Souisa/abc.net.au/indonesian). []

Berita terkait
China Telisik Anti Dumping Impor Anggur dari Australia
Pemerintah China mulai menyelidiki anti dumping terhadap produk anggur Australia, sebuah langkah yang dapat memperburuk hubungan kedua negara.
0
Melihat Epiknya Momen Malam HUT DKI Jakarta Lewat Lensa Galaxy S22 Series 5G
Selain hadir ke kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam agenda perayaan HUT DKI Jakarta, kamu juga bisa merayakannya dengan jalan-jalan.