Pekerja Pabrik Penyandang Difabilitas, Kinerja Mereka Tak Kalah

“Malah, kinerja para penyandang difabilitas ini lebih bagus, mereka mereka lebih fokus bekerja dibandingkan dengan lainnya."
Salah seorang penyandang difabilitas yang bekerja di PT Young Tree, Surabaya. (Foto: Lutfi Yuhandi)

Surabaya, (Tagar 12/2/2018) – Para penyandang difabilitas sering kali merasa terkucil dan bahkan dikucilkan masyarakat. Namun, bagi sebagian penyandang difabilitas malah mampu berkreasi dan bekerja tak kalah dengan yang lainnya. Malah, diantara ada yang menjadi tulang punggung keluarga.

Lasiono, penyandang tuna rungu berusia 34 tahun ini menjadi sandaran hidup istri dan dua anaknya. Setiap pagi, dia berangkat dari tempat kosnya di kawasan Buduran, Sidoarjo ke PT Young Tree tempatnya bekerja. Sejak 6 April 2016 lalu, Lasiono diterima di pabrik pembuatan sepatu tersebut.

Bagi, Lasiono, sebuah kebahagiaan bisa diterima dan bekerja seperti layaknya orang normal lainnya. Pihak manajemen pabrik sendiri tidak membedakan antara pekerja bukan difabilitas dengan pekerja difabilitas. “Saya di bagian stitching, pengeleman,” ujarnya dengan terbata bata.

Sama halnya dengan Lasiono, Shofiatul Muniroh, penyandang tuna runggu ini juga menjadi tulang punggung keluarga. Suami yang juga penyandang tuna rungu belum mendapatkan pekerjaan dan tinggal di rumah bersama anak semata wayangnya. Shofi menceritakan, sebelumnya sempat pindah dari beberapa tempat kerja.

Terakhirnya, cerita Shofi, dia bekerja di salah satu supermarket di Surabaya. Namun, dia memutuskan keluar dari tempat itu karena sering mendapat shift malam hari. “Saya takut pulang,” katanya dengan menggunakan bahasa isyarat yang diterjemahkan seorang penerjemah.

Akhirnya, pada 15 Februari 2016 lalu dia diterima bekerja di PT Young Tree. “Saya senang bekerja di sini dan banyak senangnya,” katanya lagi. Dia mengatakan, gaji yang diterima dari pabrik tempat kerjanya itu sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.

Selain Lasiono dan Shofi juga ada ada Sunarto, Indah Novita Sari, Syafiq Hakiki, Abdul Malik, Moh Bahrul Ulum, Yudhi Ari Wijaya dan lainnya. Di PT Young Tree itu ada 21 pekerja penyandang difabilitas.

Kwartiva Dona Oktaviana, HRD PT Young Tree, menjelaskan dalam pekerjaan pihaknya tidak membedakan antara penyandang difabiltas dengan yang tidak, semua diperlakukan sama baik secara hak maupun kewajiban mereka. Pekerja penyandang difabilitas juga mendapat target kerja sama dengan yang lainnya.

“Malah, kinerja para penyandang difabilitas ini lebih bagus, mereka mereka lebih fokus bekerja dibandingkan dengan lainnya. Di tempat kami ini ada dua jenis difabilitas yaitu tuna rungu dan tuna grahita, tapi kebanyakan tuna runggu,” kata Dona.

Dari sisi hak, lanjut Dona, mereka juga mendapatkan gaji yang sama dengan pekerja lainnya. Mereka juga mendapatkan fasilitas jaminan kesehatan dan lainnya. “Mereka yang lembur juga tetap mendapatkan hak lembur mereka,” kata perempuan yang membawahi 4.500 pekerja ini.

Pihak perusahaan juga memberikan pelatihan, namun untuk pelatihan para pekerja penyandang difabilitas ini dibedakan dengan lainnya, mereka membutuhkan guru yang bisa berkomunikasi dengan mudah. “Kami mendatangkan guru dari sekolah mereka. Untuk 7 sampai 10 orang bisa dibimbing 3 sampai 4 guru,” tandas Dona.

Sementara itu, Ali Mas’ud, Sekretaris Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Jawa Timur mengatakan bahwa berdasarkan UU No 8/2016 menyatakan setiap perusahaan wajib menampung para penyandang difabilitas sebanyak 1% dari total pekerjanya. Namun, saat ini jumlah penyandang yang bekerja di perusahaan belum sebanyak ketentuan undang-undang.

“Kami memberikan pelatihan gratis, dan mereka juga diberi uang saku serta sertifikat. Lulus dari pelatihan mereka juga bisa langsung bekerja,” tandas Ali. Namun demikian, bukan hal yang mudah untuk mendapatkan pekerja dari para penyandang difabilitas. Dia menceritakan, sejauh ini sering kali terjadi penyandang difabilitas yang

keluar dari tempat kerja.

“Kami belum tahu faktornya apa, untuk itu kami butuh bantuan dari  pemerintah untuk memberikan pendampingan pada para penyandang difabilitas supaya bisa kerasan bekerja. Sebab mereka ini sering kali labil, begitu berada para lingkungan baru dan merasa tidak cocok

langsung keluar,” katanya.

Dia berharap dengan adanya pendampingan, maka ada yang menguatkan dan mengarahkan para penyandang difabilitas ini supaya cepat beradaptasi

dengan lingkungan kerjanya. “Sebab ada yang sudah bekerja kemudian keluar dan akhirnya dia menganggur. Setelah itu merasa kalau  menganggur itu tidak enak dan datang lagi pada kami untuk minta

pekerjaan,” tandasnya. (lut)

Berita terkait
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.