Pedagang Punguti Sampah di Malioboro, Yogyakarta

Persoalan sampah masih menjadi hal yang dikeluhkan sejumlah wisatawan di Malioboro.
Pemda DIY dan Pemkot Yogyakarta fokus menjadikan Malioboro semi pedestrian. Antara manusia dan kendaraan masih bisa berinteraksi di kawasan itu. (Foto: Tagar/Ridwan Anshori)

Yogyakarta - Persoalan sampah masih menjadi hal yang dikeluhkan sejumlah wisatawan di Malioboro. Padahal, Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta tengah gencar mempercantik kawasan tersebut.

Rosalina, wisatawan asal kota Semarang, Jawa Tengah, kepada Tagar mengungkapkan kalau dirinya mengapresiasi penataan di Malioboro. Menurut dia, kawasan heritage itu tampak jauh berbeda dari tampilan beberapa tahun lalu.

"Dulu sepanjang trotoar Malioboro sebagai lokasi parkir, mengganggu akses pejalan kaki," kata dia, di saat berkunjung ke Yogyakarta, Jum'at, 26 Juli 2019.

"Sekarang trotoarnya bagus, ramah disabilitas karena dilengkapi guiding block (alas yang memudahkan tunanetra berjalan)," kata dia.

Kendati begitu, perempuan 40 tahun itu mengeluhkan perihal banyaknya sampah di lokasi tersebut. "Mungkin tempat sampah perlu ditambah jumlahnya," kata Lina.

Kebanyakan orang buang sampah justru di sekitar bak sampah. Itu yang menimbulkan tumpukan sampah.

Menanggapi hal itu, Wakil Walikota Yogyakarta Heroe Poerwadi mengatakan, tempat sampah yang tersedia di Malioboro jumlahnya sudah sesuai kebutuhan. Menurut dia, masih banyaknya sampah yang berserakan justru disebabkan perilaku wisatawan sendiri yang belum memiliki kesadaran menjaga kebersihan.

"Saya kira jumlahnya sudah sesuai standar, prilaku manusianya yang mungkin perlu kesadaran. Kebanyakan orang buang sampah justru di sekitar bak sampah. Itu yang menimbulkan tumpukan sampah," kata dia.

Sri Sultan HB XGubernur DIY Sri Sultan HB X menyempatkan memungut sampah yang tercecer di ruas jalan Malioboro saat uji coba bebas kendaraan bermotor pada Selasa 18 Juni 2019 lalu (Foto : Tagar/Ridwan Anshori)

Kendati begitu, Heroe mengatakan pihaknya tidak tinggal diam. Pemerintah Kota Yogyakarta dan Paguyuban Pedagang Malioboro, diakuinya tengah membangun gerakan komunitas pemungut sampah. kelak, komunitas juga akan mengelola sampah, agar yang bisa didaur ulang dapat kembali dimanfaatkan.

Jadi kita melakukan edukasi kepada pengunjung Malioboro agar membuang sampah pada tempat yang sudah disediakan.

Tiap tiga sampai empat orang pedagang, akan bekerja dengan pola sistem zonasi dan memiliki tanggung jawab terhadap lingkungan di sekitar tempatnya berjualan. Ia berharap, langkah tersebut dapat dicontoh para wisatawan yang datang ke kawasan Malioboro dan sekitarnya.

"Sampah yang tidak bisa didaur ulang diambil secara reguler oleh DLH. Jadi kita melakukan edukasi kepada pengunjung Malioboro agar membuang sampah pada tempat yang sudah disediakan," kata Heroe.

Ketua DPD PAN Kota Yogyakarta ini juga mengatakan, pihaknya bakal terus melakukan evaluasi bertahap. Hal itu dilakukan lantaran menurutnya, proses penataan tidak bisa dilakukan secara instan.

Selain masalah sampah, Malioboro saat ini juga sedang dipersiapkan untuk dijadikan sebagai kawasan semi pedestrian. Uji coba bebas kendaraan bermotor sudah dua kali dilakukan setiap Selasa Wage.

"Untuk masalah parkir, Pemkot Yogyakarta sedang berkoordinasi dengan PT KA agar kawasan Stasiun Tugu bisa dibangun kantong parkir," kata Heroe.

Baca juga:

Berita terkait