PBB Didesak Terbitkan Laporan HAM di Xinjiang

Komisaris Tinggi PBB untuk HAM, Michelle Bachelet, akan menyampaikan perkembangan terbaru upayanya menilai situasi di Xinjiang
Para aktivis Amnesty International melakukan aksi protes atas berbagai pelanggaran HAM oleh pemerintah China terhadap warga minoritas Muslim Uighur dalam aksi di Paris, Prancis, 26 Januari 2022 lalu (Foto: Dok/voaindonesia.com/Reuters)

Jakarta – Di tengah-tengah meningkatnya tekanan dari kelompok-kelompok hak asasi manusia (HAM), Komisaris Tinggi PBB untuk HAM, Michelle Bachelet, akan menyampaikan perkembangan terbaru upayanya menilai situasi di Xinjiang pada sidang ke-49 Dewan HAM 7 Maret 2022 mendatang. Hal ini dikatakan oleh juru bicaranya kepada VOA.

Dalam beberapa pekan terakhir, aktivis HAM dan politisi AS terus menekan Bachelet untuk menerbitkan laporan hak asasi manusia di Xinjiang, daerah di barat laut China, tempat tinggal komunitas minoritas Muslim Uighur.

Banyak negara, terutama negara-negara Barat termasuk AS, serta berbagai organisasi HAM menuduh China melakukan pelanggaran HAM, di antaranya dengan melakukan sterilisasi paksa terhadap perempuan Uighur, penyiksaan, kerja paksa dan penahanan lebih dari satu juta warga Uighur dan kelompok Turki lainnya di kamp-kamp pengasingan di Xinjiang. Pemerintah AS telah menggambarkan pelanggaran HAM itu sebagai tindakan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan.

Michelle BacheletMichelle Bachelet, Komisaris Tinggi HAM PBB berbicara di Jenewa, Swiss (Foto: voaindonesia.com/AFP)

Dorongan agar diterbitkannya laporan itu muncul setelah selama bertahun-tahun Badan HAM PBB gagal merundingkan persyaratan kunjungan ke Xinjiang untuk menilai kondisi HAM di wilayah tersebut.

Dalam pidatonya lewat video pada pertemuan Dewan HAM PBB ke-49 di Jenewa hari Senin, 28 Februari 2022, Menlu China, Wang Yi, mengatakan, “Pintu Xinjiang terbuka dan kami menyambut semua orang dari semua negara untuk mengunjungi Xinjiang dan berinteraksi di sana.”

Ia lantas membantah berbagai tuduhan penyiksaan dan mengatakan, “Apa yang disebut genosida, kerja paksa dan represi agama itu merupakan kebohongan yang sepenuhnya dibuat-buat.”

demo kominitas uighur di parisAksi unjuk rasa Komunitas Uyghur Prancis menyuarakan catatan hak asasi manusia China di dekat Menara Eiffel, Prancis, 25 Maret 2019 (Foto: voaindonesia.com/AFP)

China mengatakan fasilitas-fasilitas di Xinjiang itu hanyalah pusat-pusat pelatihan kerja. Ia juga mengatakan bahwa kebijakan Beijing di Xinjiang bertujuan untuk memerangi ekstremisme, terorisme dan separatisme.

Sementara diskusi antara kantor Bachelet dan Beijing berlangsung, “parameter kunjungan harus sedemikian rupa sehingga Komisaris Tinggi memiliki akses yang bermakna dan tak terkekang, “Ttermasuk wawancara tanpa pengawasan dengan masyarakat sipil,” kata juru bicara komisaris tinggi, Loz Throssell, kepada VOA melalui surel (rd/lt)/voaindonesia.com.[]

China Kutuk Sanksi Amerika dan Barat Soal Isu HAM Xinjiang

40 Negara Desak China Buka Akses Bagi Kepala HAM PBB ke Xinjiang

3 Peritel AS Tarik Produk Perusahaan Pelanggar HAM di Xinjiang

Rekam Jejak HAM China Jadi Sorotan Evaluasi HAM PBB

Berita terkait
China Izinkan PBB Kunjungi Xinjiang Tapi Tolak Penyelidikan
Namun, Wang Yi menegaskan bahwa China menolak penyelidikan apa pun yang didasarkan pada praduga bersalah