Jakarta - Angka penjualan di pasar otomotif China mengalami penurunan yang cukup signifikan, yakni sebesar 92 persen pada Februari 2020. Adapun penurunan tersebut disebabkan oleh wabah virus corona di negara yang menjadi pasar otomotif terbesar di dunia itu.
Melansir Carscoops, Rabu, 26 Februari 2020, pada awal Februari, pemerintah setempat mencatat hanya ada 811 kendaraan yang berhasil terjual. Angka tersebut terjun bebas sekitar 96 persen dari tahun 2019.
"Pada pekan pertama Februari, terlihat hampir tidak ada orang di diler-diler mobil. Kebanyakan orang memilih untuk tinggal di rumah," kata Sekretaris Jenderal CPCA Cui Dongshu.
Asosiasi Penumpang Mobil China menyatakan penyebab sementara kemerosotan penjualan besar-besaran ini adalah efek dari wabah virus corona itu. Asosiasi itu berharap minat beli masyarakat akan mengalami peningkatan karena akan dibuka kembali pameran otomotif yang lebih banyak di tahun ini.
"Diler yang dibuka pada minggu-minggu pertama bulan Februari sangat sedikit. Mereka memiliki lalu lintas pelanggan yang sangat sedikit," katanya.
Menanggapi hal tersebut, pabrikan mobil China, Geely, mulai menyiasati masalah ini dengan meluncurkan layanan penjualan "contactless" baru. Layanan ini memungkinkan pelanggan membeli mobil secara online.
Virus corona terus memberikan dampak terhadap perusahaan otomotif di China. Misalnya Nissan dan Honda yang memilih untuk menunda pembukaan kembali pabrik mereka hingga 11 Maret karena adanya pengumuman terbaru pemerintah daerah terkait virus mematikan ini.
Tidak hanya pasar penjualan, rantai pasokan global juga harus terganggu akibat wabah virus corona. Produsen mobil tidak dapat menerima bagian yang diperlukan untuk perakitan kendaraan mereka.
Keadaan tersebut juga memaksa Fiat Chrysler Automobiles (FCA) menghentikan produksi mobilnya, Fiat 500L di pabrik mereka yang berlokasi di Serbia. Kemudian, Jaguar Land Rover (JLR) juga menyatakan akan kehabisan komponen jika situasi ini berlanjut. []