Pandangan Indonesia Terhadap Lahirnya Perjanjian AUKUS

Perjanjian AUKUS dinilai sangat mengkhawatirkan. Oleh karena itu, Indonesia perlu bertindak terhadap perjanjian ini.
IKAL Strategic Centre (ISC) mengadakan diskusi virtual yang mengangkat tema “Indonesia perspective on AUKUS" pada Rabu. 6 Oktober 2021. (Foto: Tagar/Dok.ISC)

Jakarta – IKAL Strategic Centre (ISC) mengadakan diskusi yang mengangkat tema “Indonesia perspective on AUKUS”. Acara ini dilaksanakan secara virtual melalui aplikasi zoom meeting pada Rabu, 6 Oktober 2021.

AUKUS adalah singkatan dari Australia, United Kingdom (Inggris), dan United States (Amerika Serikat). Perjanjian ini merupakan pakta keamanan trilateral atau perjanjian internasional keamanan atas tiga negara tersebut.

“Perjanjian AUKUS ini merupakan kesepakatan tiga negara untuk mengajak Australia mulai menjadi negara ketujuh di dunia yang memiliki kapal selam,” kata Marsetio selaku guru besar Universitas Pertahanan, sekaligus narasumber dalam acara tersebut.

Acara ini juga dihadiri oleh narasumber Makarim Wibisono seorang guru besar Universitas Pertahanan. Beliau memberikan alasan mengapa perjanjian AUKUS sangat mengkhawatirkan, salah satunya adalah kapal selam nuklir Australia kemungkinan dapat merusak keseimbangan kekuatan di Indo-pasifik. Oleh karena itu, Indonesia perlu bertindak terhadap perjanjian ini.



Perjanjian AUKUS ini merupakan kesepakatan tiga negara untuk mengajak Australia mulai menjadi negara ketujuh di dunia yang memiliki kapal selam.



“Indonesia harus merubah doktrin perangnya, setelah itu strateginya, kemudian merubah posturnya, apa sih kapal selam yang ingin kita beli? lalu apa kapal veger yang ingin kita beli? Atau kita akan bertahan dengan archipelagic world fat? setelah itu kita nyatakan kepada publik dan dunia dalam tanda kutip pertahanan,” ujar Makarim Wibisono.

Dalam hasil riset yang diunggah Makarim Wibisono pada diskusi ini, Indonesia memiliki dampak yang tidak pasti akibat perjanjian AUKUS. Salah satunya adalah kepastian Indonesia mengusahakan agar ASEAN sepakat untuk mengingatkan pada Counter Parts di Indo-pasific guna menghargai prinsip Nuclear Weapons Free Zone, ZOPFAN dan TAC.

“Perang yang akan terjadi pada saat ini akan berbeda dengan perang zaman dahulu, perang saat ini penuh dengan teknologi dan cyber wall yaitu serangan yang tak terlihat,” kata Makarim.

Perjanjian ini juga berimbas pada ASEAN, sebagaimana kemampuan baru Australia ini mampu melemahkan ASEAN Nuclear Weapons Free Zone yang dikembangkan bersama ASEAN Treaty of Amity and Cooperation serta ASEAN Zone of Peace and Freedom (ZOPFAN).

(Fadhil Ramadhan)

Berita terkait
Australia Bikin Kesalahan Besar Batalkan Kesepakatan Kapal Selam
Dubes Prancis untuk Australia katakan Australia membuat kesalahan diplomatik "besar" dengan abaikan pemesananan kapal selam dengan Prancis
Buntut Kapal Selam UE Tunda Perundingan Dagang dengan Australia
Brussels menunda putaran ketiga negosiasi, ketika Canberra bersikeras setiap negara berhak melindungi kepentingan nasional
Prancis Kecam Australia Terkait Kontrak Pembuatan Kapal Selam
Prancis kecam Australia yang akan mundur dari kesepakatan dengan Prancis untuk membangun kapal selam bertenaga diesel
0
Melihat Epiknya Momen Malam HUT DKI Jakarta Lewat Lensa Galaxy S22 Series 5G
Selain hadir ke kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam agenda perayaan HUT DKI Jakarta, kamu juga bisa merayakannya dengan jalan-jalan.