Organisasi Amal Turn2us Bantu Warga Inggris Atasi Kesulitan Keuangan

Dengan inflasi yang mencapai level tertinggi dalam 40 tahun di Inggris, banyak keluarga kesulitan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
Ilustrasi. Suasana di sudut sebuah pasar di Longsight Market, Manchester, Inggris, 19 Januari 2022. Indeks harga konsumen di Inggris meningkat pada laju tercepat dalam hampir 30 tahun, akibat naiknya biaya energi, transportasi, makanan dan furnitur. (Foto: voaindonesia.com/AP/Jon Super)

TAGAR.id, Wales, Inggris – Dengan inflasi yang mencapai level tertinggi dalam 40 tahun di Inggris, banyak keluarga kesulitan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Sebuah organisasi amal di Wales memberikan layanan konsultasi telepon gratis untuk membantu mereka mencari solusi untuk mengatasi masalah keuangan.

Layanan konsultasi gratis itu diberi nama Turn2us. Setiap pekan, mereka menerima rata-rata 2.800 panggilan telepon.

Nicola Howcroft, salah satu operator Turn2us, mengaku kebanyakan telepon yang diterimanya berasal dari keluarga-keluarga yang menghadapi situasi keuangan serius. Ia menceritakan kisah memprihatinkan yang dihadapi seorang ibu.

"Dewan kota telah memindahkannya ke hotel bersama anak-anaknya. Tapi, ia tidak punya uang dan tidak punya cara untuk memasak apa pun. Yang ada di kamar hotel hanyalah ketel. Jadi, hanya ada teh dan kopi, tapi tidak ada makanan. Seandainya pun mereka mendapat bantuan dari bank makanan, bagaimana mereka akan memasak pasta dan memanaskan sup? Mereka tidak akan bisa melakukannya," jelas Howcroft.

Howcroft mengatakan, suara ibu itu bergetar. Menurutnya, perempuan itu putus asa dan mengkhawatirkan anak-anaknya.

Tugas penasihat seperti Howcord adalah mengarahkan penelepon ke layanan dukungan lain setelah mengevaluasi situasi si penelpon. Penasehat bisa membantu mencarikan bantuan yang mungkin layak diterima orang-orang yang kesulitan itu.

Tidak hanya pengangguran yang menelpon Turn2us, tapi juga para pekerja. Inflasi yang sangat memukul membuat gaji yang mereka peroleh tidak lagi memadai untuk menutupi kebutuhan sehari-hari. Hampir setengah dari penelepon yang disurvei oleh organisasi amal itu mengatakan bahwa mereka tidak memiliki apa-apa lagi di rekening bank setelah mereka membayar tagihan bulanan.

Turn2usTurn2us. (Foto: voaindonesia.com/IG/turn2us_org)

Rachel Birtles, manajer Turn2 us, mengatakan, "Ada guru yang mengambil pekerjaan sampingan sebagai sopir Domino Pizza karena mereka tidak mampu hidup dengan gaji guru. Ada perawat yang harus mengakses bank makanan karena pendapatannya tidak bisa menutupi kebutuhan keluarganya, meskipun mereka bekerja untuk shift 12 jam."

Salah satu penelepon itu adalah Matthew Greenwood, seorang guru penuh waktu berusia 33 tahun. Istrinya adalah seorang mahasiswa perawat, dan bersama-sama mereka memiliki dua anak. Mereka telah bekerja keras, tetapi mereka terus-menerus khawatir.

Distrik perbelanjaan Regent Street londonFILE. Distrik perbelanjaan Regent Street berhias bendera Inggris di London, Rabu, 18 Mei 2022. (Foto: voaindonesia.com/AP/Matt Dunham, File)

"Apakah ada cukup uang yang tersisa di akhir bulan untuk memberi makan anak-anak? Apakah akan ada cukup uang di rekening untuk membeli bensin untuk mobil? Dan apakah akan ada cukup uang untuk membayar beberapa tagihan akhir bulan? Semua itu itu menciptakan banyak kecemasan," jelasnya.

Keluarga Greenwood adalah penerima kredit universal, sebuah skema bantuan Inggris. Ini artinya, untuk membantu menghadapi krisis biaya hidup, mereka mendapat suntikan dana sekitar 775 dolar AS atau setara dengan Rp 11.614.576,25 dari pemerintah. Hanya satu kali, bukan beberapa kali. Bantuan itu jauh dari memadai, menurut para penelpon Turn2us.

Negara bagian Wales baru-baru ini mengumumkan akan memperluas skema dukungan bahan bakar untuk 400.000 rumah tangga berpenghasilan rendah. Mereka masing-masing akan menerima bantuan satu kali sebesar 239 dolar AS atau setara dengan Rp 3.581.785,45.

Tingkat inflasi Inggris mencapai 9.4 persen pada Juni tahun ini, tertinggi sejak 1982, ketika inflasi mencapai 11 persen. (ab/uh)/voaindonesia.com. []

Berita terkait
Dililit Utang, Garuda Indonesia Kesulitan Keuangan
Direktur PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, Irfan Setiaputra mengakui, maskapai pelat merah ini mengalami kesulitan keuangan.