Orangtua Phubbing, Anak Merasa Dianggap Tidak Penting

Orangtua phubbing, anak merasa dianggap tidak penting. Anak pun akhirnya bisa phubbing juga untuk mencari keseruan sendiri dengan ponselnya.
Orangtua Phubbing, Anak Merasa Dianggap Tidak Penting. (Foto Ilustrasi: Istimewa)

Jakarta, (Tagar 3/6/2018) - Alangkah menderitanya seorang anak, merasa keberadaannya dianggap tidak penting, orangtua sama-sama phubbing

Si anak tidak tahu, bisa saja orangtuanya sedang tidak nyaman satu sama lain kemudian memilih mencari kenyamanan dengan terlibat percakapan dengan seseorang di luar sana. 

Ada kalanya memang seseorang sengaja melakukan phubbing untuk menghindari sesuatu yang membuatnya tidak nyaman, bisa jadi sedang kesal karena pasangan tidak melakukan sesuatu yang ia harapkan, merasa tidak bahagia dengan pernikahannya. 

Seseorang yang lain sengaja phubbing bisa jadi karena tidak suka dengan seseorang di dekatnya, tidak nyaman dengan situasi lingkungan kerja baru misalnya, sehingga tidak ingin terlibat dalam percakapan bersama.

Dalam situasi lain bisa juga seorang anak sengaja phubbing karena merasa diabaikan orangtuanya, sehingga ia mencari keseruan sendiri dengan gadgetnya. 

Situasi orang-orang sangat kompleks dan tidak seragam.

Phubbing dilakukan sekali dua kali mungkin masih dianggap wajar, bisa ditolerir bagi pasangan, teman, atau anak. Tapi kalau dilakukan terus-menerus tentu sangat menjengkelkan bagi mereka yang masih mengharapkan kehangatan dalam kebersamaan.

Yang pasti phubbing yang dilakukan secara konsisten sangat berisiko merusak kualitas hubungan. Efek jangka panjangnya adalah hal tersebut menjadi biasa dan dimaklumi, komunikasi dirasa tidak perlu dilakukan lagi. Hal terburuk adalah seseorang akan dijauhi dan tidak akan diikutsertakan lagi.

PhubbingJulie Hart pakar hubungan sosial dari The Hart Centre, Australia menjelaskan ada tiga faktor hubungan sosial yang menjadi tumpul karena phubbing.

Pertama adalah akses informasi, kemampuan mendengar dan membuka diri akan informasi dari lawan bicara menjadi tumpul.

Kedua adalah respon yang juga tumpul, yakni usaha untuk memahami apa yang disampaikan lawan bicara dan mengerti maksud yang disampaikan. 

Ketiga adalah keterlibatan yang tumpul, yakni saat dua faktor sebelumnya diabaikan, seseorang tidak akan terlibat dalam wacana yang dilontarkan dan hanya mengiyakan saja. Lawan bicara bisa tersinggung, dan yang terburuk malas bicara lagi.

Phubbing membuat lawan bicara merasa kurang terhubung, sejalan dengan beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa phubbing membuat interaksi tatap muka menjadi kurang berarti.

Sementara itu Emma Seppala psikolog dari Universitas Stanford dan Yale, dan penulis dari Happiness Track mengatakan bahwa phubbing tidak baik untuk siapa pun.

"Kalau Anda berada pada posisi phubber, phubbing dapat merusak kesehatan mental Anda," katanya.

Ia menjelaskan, phubbing mengancam empat kebutuhan mendasar, yaitu rasa memiliki, harga diri, keberadaan, dan kendali yang bermakna, dengan membuat orang-orang yang phubbed merasa dikucilkan. 

"Itu mungkin sangat berbahaya karena phubbing terjadi sepanjang waktu," katanya

Ia mengatakan pasangan yang saling phub satu sama lain, mereka lebih mungkin mengalami depresi karena kepuasan pernikahan yang rendah.

"Jika pasangan hidup Anda menelepon, itu berarti bahwa ia memprioritaskan sesuatu yang lain di atas Anda di saat-saat kebersamaan, dan itu menyakitkan," ujarnya.

Tentu saja, lanjutnya, orang yang dilecehkan (phubbed) adalah orang yang paling terluka oleh phubbing

"Tetapi phubber juga terpengaruh," katanya.

Jika Anda yang di-phubbed, Seppala merekomendasikan untuk mengubah perspektif Anda terlebih dahulu.

"Bersabarlah dan berbelas kasihan dan jangan tersinggung, karena mereka mengikuti dorongan hati," katanya.

"Luangkanlah waktu untuk menjelaskan dengan tenang bagaimana phubbing telah membuat Anda terganggu," lanjut Seppala.

Ia menyebut penelitian yang menunjukkan perempuan dan orang dewasa yang lebih tua memiliki reaksi yang lebih kuat terhadap phubbing daripada pria dan remaja.

"Tujuan mereka (phubber) mungkin tidak mengucilkan Anda," kata Seppala. "Mereka mencari inklusi, itu mungkin alasan mengapa mereka mencari sesuatu di ponsel mereka. Memiliki percakapan yang bermakna dalam kehidupan nyata, maka mungkin persis apa yang Anda berdua butuhkan." (af)

Berita terkait