Opini: Peneliti BRIN Ancam Bunuh Warga Muhammadiyah?

Peneliti BRIN ancam akan membunuh warga Muhammadiyah gara-gara dianggap tidak patuh pada Pemerintah soal tanggal Hari Raya Idul Fitri?
Ilustrasi logo Pimpinan Pusat Muhammadiyah. (Foto: Tagar/Eno Suratno Wongsodimedjo)

Oleh: Bagas Pujilaksono, Akademisi Universitas Gadjah Mada

Terkejut saya baca berita Peneliti BRIN ancam akan membunuh warga Muhammadiyah gara-gara dianggap tidak patuh pada Pemerintah soal tanggal Hari Raya Idul Fitri. Ini link-nya: https://youtu.be/zg0va-NrwVQ. 

Saya bukan warga Muhammadiyah, namun saya lebaran tanggal 21 April 2023, karena keluarga saya berlebaran di tanggal itu. Apa saya juga dianggap tidak patuh pada pemerintah?

Menurut saya, soal kehidupan keagamaan, Pemerintah tidak usah terlalu jauh mencampuri. Pemerintah fokus saja pada tugas pokoknya, yaitu menjaga kerukunan antar umat beragama dalam konteks hidup berbangsa dan bernegara, yang menurut saya, amburadul.

Mengancam membunuh, sejauh saya ketahui, adalah perbuatan pidana, lebih-lebih disampaikan secara terbuka di ruang publik.

Ilmuwan itu harus berfikiran terbuka, nalar, logis, ilmiah, dan akomodatif terhadap perbedaan cara pandang. Kebenaran bisa milik siapa saja. Perbedaan adalah driving force untuk munculnya sebuah curiosity, sebagai ruh dalam dunia akademik.


Mengapa perbedaan tidak bisa diterima sebagai rahmah? Mengapa perbedaan selalu dianggap sebagai hal yang tidak produktif?


Jika sebuah perbedaan, kemudian ditanggapi secara emosional dengan mengancam membunuh, itu bukan mental ilmuwan, melainkan mental penjahat bandar narkoba.

Saya beritahu, ilmu pengetahuan adalah bagian dari fenomena alam yang teratur dengan keterulangan yang sangat tinggi, dalam domain yang chaotic. Alam semesta ini chaotic. Karakteristik dari ilmu pengetahuan, statistically varied dalam range yang bisa diterima sebagai sesuatu yang dianggap benar.

Perbedaan akan selalu ada, dan itu lazim.

Soal penentuan hari raya fitri, dari jaman mbah buyut putri saya masih hobi pakai bikini, hingga sekarang ini, sudah dan akan selalu ada, karena sbb:

1. Melihat obyek yang sama dengan peralatan yang berbeda, di tempat yang berbeda, besar kemungkinannya berbeda hasilnya,

2. Apalagi, jika pengamatan diatas, kemudian diinterpretasikan atas dasar sebuah tafsir, yang mungkin berbeda, yang sifatnya subyektif, jelas akan memunculkan perbedaan. Spektrum subyektifitasnya sangat lebar.

Mengapa perbedaan tidak bisa diterima sebagai rahmah? Mengapa perbedaan selalu dianggap sebagai hal yang tidak produktif?

Di awal-awal lahirnya Reaktor Nuklir Fisi Termal, banyak perbedaan cara pandang antara berbagai ilmuwan, diantaranya Enrico Fermi dan Albert Einstein, soal apakah reaksi fisi berantai ini bisa dikendalikan? Jika hanya melihat neraca reaksi fisi berantai, dengan periode waktunya yang super pendek dari promt neutron hasil fisi atom U-235, jelas reaksi fisi berantai ini tidak bisa dikendalikan.

Ternyata, dari hal yang menurut saya amat sangat chaotic ini, ada fenomena lain, yang sangat teratur dan selalu terulang, yaitu delayed neutron, hasil perluruhan produk fisi. Akibat species delayed neutron ini, periode reaktor nuklir bisa dikendalikan dan didisain dari perspektif dinamika reaktor atau kinetika pengendalian reaktor nuklir.

*Goblog boleh, tetapi goblognya jangan diborong sendiri, dibagi-bagi ke temannya*.

Dunia akademik tidak pernah bisa mentolerir perilaku kriminal. Saya sangat keberatan dengan perilaku peneliti BRIN d iatas. Tulisan saya ini, tidak dalam rangka membela warga Muhammadiyah, namun dalam rangka menjaga kehormatan seorang ilmuwan. []

Berita terkait
Siswa SD Muhammadiyah 5 Jakarta Jalani Magang di Polsek Kebayoran Baru
Adapun nama siswa Magang yakni Gendis Regina Khansa Al Basori (kelas 5) dan Bintang Patwaleandro Raksaka Kage (Kelas 5).
Anis Matta Sebut Semangat Voluntarisme Muhammadiyah Bisa Jadi Model Sosial
Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Anis Matta melihat semangat voluntarisme Muhammadiyah dalam Muktamar ke-48 di Solo.
Di Muktamar Muhammadiyah, Jokowi Sebut Ruang Syiar Islam di Indonesia Lebih Baik dan Terbuka
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut bahwa ruang syiar Islam di Indonesia sekarang ini lebih baik dan terbuka dibanding negara lain.
0
Opini: Peneliti BRIN Ancam Bunuh Warga Muhammadiyah?
Peneliti BRIN ancam akan membunuh warga Muhammadiyah gara-gara dianggap tidak patuh pada Pemerintah soal tanggal Hari Raya Idul Fitri?