Opini: Pemerintah Abai Menjaga Pancasila

Hari ini, saya harus kecewa. Revolusi Mental hanya jargon-jargon politik belaka, alias isapan jempol. Opini: Pemerintah Abai Menjaga Pancasila.
Ilustrasi - Mengenang kembali sejarah lahirnya Pancasila. (Foto: Tagar/BPIP)

Oleh: Bagas Pujilaksono, Akademisi Universitas Gadjah Mada 

Kepada Yth Presiden Jokowi. Jargon-jargon politik Revolusi Mental yang Bapak gaungkan sejak 2014 ternyata tidak muncul dalam sebuah kenyataan.

Saya pendukung kritis Bapak sejak 2014 hingga sekarang. Namun, saya bukan penjilat yang nagih-nagih jabatan.

Sebagai anak bangsa yang memegang teguh ajaran Bung Karno, saya menyambut gembira ide Revolusi Mental, yang Bapak gaungkan. Sesuai pernyataan Bung Karno, bahwa Nation Character Building harus terus diupayakan. Revolusi mental efektif dijalankan di sekolah dan kampus.


Revolusi Mental hanya jargon-jargon politik belaka, alias isapan jempol.


Negara-negara maju di Eropa sana, saya pernah tinggal di eropa 18 tahun lamanya, mereka tetap teguh menjaga karakter dan jati diri sebagai bangsa: sejarah bangsa, etos kerja dan kejujuran, lewat pendidikan di sekolah dan kampus. Bagaimana Indonesia?

Hari ini, saya harus kecewa. Revolusi Mental hanya jargon-jargon politik belaka, alias isapan jempol.

Hasil survei Setara Institut menunjukkan, radikalisme dan intoleransi beragama di sekolah justru menguat di era pemerintahan Presiden Jokowi. Revolusi Mentalnya di mana?

Anak-anak sekolah radikal dan intoleran itu, saya anggap mentalnya rusak dalam konteks hidup berbangsa dan bernegara.

Sejak 2017 saya katakan, radikalisme dan intoleransi di kampus dan sekolah, hanya akan merusak iklim akademik, karena anak didik hanya atau selalu berada di wilayah subjektif. Anak didik harus berpikir terbuka, jujur dan berani melihat kebenaran pada orang lain. Bukan merasa dirinya paling benar dan orang lain selalu salah. 

Iklim akademik itu universal, kebenaran bisa milik siapa saja. Hari ini dianggap benar, besok bisa runtuh. Selalu maju mendesak maju ke wilayah kebenaran dari ketidaktahuannya. Itulah arti riset. Dan jangan lupa, keberagaman sangat dibutuhkan dalam iklim akademik, agar hal mendasar bisa dipenuhi dan dijalankan, yaitu spekulasi.

Spirit akademik adalah Kebebasan dan Rasionalitas, bukan pembodohan yang didasarkan keyakinan yang bersifat subjektif dengan cara merampas kebebasan berpikir dan kehilangan akal sehat. Semua harus teruji bukan didogma.

Bagaimana wajah Indonesia 20 tahun kedepan, jika anak-anak SMA mentalnya rusak? Mengerikan!

Negara-negara maju sangat concern dengan pendidikan bangsanya, tidak seperti Indonesia saat ini. Sistem pendidikan di era Bapak, sangat liberal, dan tanpa arah yang jelas bagi kemajuan bangsa dan negara.

Pemerintah saya anggap gagal menjaga Pancasila. []

Berita terkait
PDIP Kedepankan Koalisi dengan Semangat Gotong Royong Pancasila
Ia menyampaikan berdasarkan fakta empiris, PDIP selalu bekerja sama dengan partai lain sebagaimana spirit gotong royong Pancasila.
Daulat Harahap Siap Mencalonkan Diri Dalam Muscab Pemuda Pancasila Kabupaten Bogor
Dalam keterangan pers nya Rabu, 28 Desember 2022, Daulat mengatakan bahwa dirinya sudah siap mengikuti kontestasi muscab PP Kabupaten Bogor.
Ini Pesan Danrem 011/Lilawangsa Aceh Kepada Prajurit di Upacara Hari Kesaktian Pancasila
Inspektur Upacara baca naskah Pancasila dan pimpin peserta heningkan cipta untuk mengenang jasa para pahlawan dan kusuma bangsa yang telah gugur
0
Opini: Pemerintah Abai Menjaga Pancasila
Hari ini, saya harus kecewa. Revolusi Mental hanya jargon-jargon politik belaka, alias isapan jempol. Opini: Pemerintah Abai Menjaga Pancasila.