Untuk Indonesia

Opini: Musik, Kopi dan Senja

Entah, sejak kapan tepatnya kopi dan senja disandingkan, digunakan sebagian generasi Z untuk mewakili suasana hati mereka. Zaki Nabiha.
Ilustrasi - Musik, Kopi dan Senja. (Foto: Tagar/Screenshot)

Zaki Nabiha*


Entah, sejak kapan tepatnya kopi dan senja disandingkan, digunakan sebagian generasi Z untuk mewakili suasana hati mereka. Unggahan dalam bentuk foto atau video bernuansa senja dan kopi dilengkapi caption puitis berseliweran di lini masa media sosial

Konten itu kemudian disempurnakan dengan musik latar yang mereka juga sebut sebagai musik senja. Penyebutan musik senja ini merujuk kepada salah satu lagu Payung Teduh, ‘Menuju Senja’, band yang oleh generasi Z identikkan sebagai band senja.

Walaupun hal tersebut dikoreksi oleh Mohammad Istiqamah Djamad atau yang lebih dikenal Is, pendiri Payung Teduh, dalam wawancara bersama Soleh Solihun, mantan Jurnalis yang juga Komika. 

Is menjelaskan bahwa maksud lagu itu adalah sebentuk penghormatan kepada sore, “Ada orang-orang yang mati, mati dalam keheningannya, mati dalam kesyukurannya, mati dalam ketenangan yang ia cari, senja itu kan identik dengan maut (kematian)?. Cuma, sekarang, duduk peluk orang saat senja ada kopi, dan begitulah sekarang senja menurut mereka,” kata Is.

Disadari atau tidak, animo generasi Z terhadap kopi begitu besar. Menjamurnya kedai kopi adalah salah satu indikasinya. Kajian yang dilakukan oleh Toffin, penyedia peralatan kopi sekaligus konsultan kafe dan restoran, yang bekerja sama dengan majalah Mix, seperti yang disampaikan oleh Head of Marketing-nya, Ario Fajar, dalam tiga tahun terakhir, ia menyebut ada peningkatan jumlah kedai kopi secara signifikan. 

Ada 2.950 gerai kedai kopi yang tercatat pada Agustus 2019. Padahal di tahun 2016, kedai kopi di Indonesia hanya sekitar 1.000, artinya ada peningkatan kurang lebih tiga kali lipat. 

Bahkan, menurut Ario, angka tersebut bisa lebih besar lagi jika kedai-kedai kopi independen yang modern maupun tradisional di berbagai daerah juga disensus.

Kopi kini menjadi salah satu komoditas unggulan subsektor perkebunan. Terbukti, pada periode Juni 2022, ekspor sektor pertanian mengalami peningkatan impresif. 

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa berdasarkan bulanan (M-to-M), terjadi peningkatan ekspor pertanian sebesar 23,30 persen dan 11,69 persen secara tahunan (Y-on-Y). 

Secara kumulatif, volume ekspor kopi Indonesia di tahun 2020 sebesar 375,625 ribu ton, sementara di tahun 2021 mencapai 380,17 ribu ton, ada kenaikan volume ekspor kopi 1,21 persen.

Indonesia bersama Brasil, Vietnam, Kolombia dan Ethopia merupakan lima negara penghasil kopi tersebsar di dunia. Produksi kopi Indonesia dalam tiga tahun terakhir menunjukkan tren peningkatan. 

Pada tahun 2019, produksi kopi nasional mencapai 752,51 ribu ton. Tahun 2020 produksi kopi naik menjadi 762,38 ribu ton atau meningkat sebesar 1,31 persen. Dan di tahun 2021, mencapai 774,6 ribu ton, meningkat 1,6 persen.

Jauh sebelumnya, ketika era kolonial, tepatnya tahun 1726. Eropa dibanjiri kopi yang didatangkan dari Jawa, jumlahnya 2 ribu ton lebih. Dengan jumlah sebesar itu, kopi Jawa mampu menggantikan popularitas kopi Mocha yang berasal dari Yaman. Dan sejak saat itu, kopi yang berasal dari Jawa tersebut kemudian masyhur disebut Java Coffee.

Namun, menjelang tahun 1880, kedigdayaan Java Coffee di benua Eropa mulai luntur. Pasalnya, jamur Hemileia vastatrix (HV) menyerang hampir seluruh perkebunan kopi yang ada di Indonesia terutama di dataran rendah. Gagal panen tersebut menyebabkan pasar kopi Eropa terguncang hebat karena pasokan kopi asal Indonesia tersendat.

Belanda kemudian mendatangkan kopi jenis baru yang diharapkan memiliki daya tahan yang lebih terhadap serangan jamur HV, yaitu kopi liberika (Coffea liberica) yang menggantikan kopi Arabika (Coffea arabica). 

Walaupun upaya ini dalam beberapa tahun berhasil tapi kopi liberika juga bernasib sama, Kemudian pada tahun 1907 Belanda Kembali mendatangkan kopi jenis baru, kopi robusta (Coffea canephora), upaya ini berhasil dan sampai saat ini, perkebunan kopi Indonesia sebagian besarnya ditanami kopi robusta.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo ketika mengunjungi Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar (Balittri), Kamis, 28 Juli 2022 menyampaikan bahwa kenaikan ekspor komoditas ini harus didukung dengan kesiapan benih unggul bermutu. Karena kualitas benih menurutnya adalah penentu utama kualitas hasil panen.

Penggunaan benih unggul bermutu juga menjadi ciri penting penerapan sistem pertanian modern. Oleh karena itu, untuk menjamin ketersediaan benih unggul bermutu, Balittri sebagai insitusi yang diberikan tugas melakukan penelitian genetika, pemuliaan, perbenihan tanaman industri dan penyegar dituntut dapat memenuhi penyediaan benih sesuai standar secara kualitas maupun kuantitas yang pada akhirnya mendongkrak kesejahteraan petani kopi.

Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Jeffrey D. Sachs, Ekonom, dari Universitas Columbia dalam sebuah laporannya yang diterbitkan oleh The International Coffee Organization (ICO). 

Ia menyebutkan bahwa setiap negara penghasil kopi harus mengembangkan dalam bingkai Sustainable Development Goals (SDG) yang memperhitungkan berbagai kebutuhan, tantangan, dan peluang negara yang bersangkutan. 

Salah satu langkah yang ditempuh menurutnya bisa melalui penguatan dukungan on-farm bagi produsen skala kecil dan menengah dengan fokus pada peningkatan profitabilitas mereka.

Karenanya, mungkin, tidak banyak penikmat kopi dari kalangan Generasi Z yang tidak menyadari bahwasannya kopi yang mereka nikmati itu adalah sebuah proses panjang, bukan sim salabim secara instan. 

Dimulai dari tangan para petani. Jadi, tidak ada salahnya jika sebelum kopi disesap, mereka bermunajat, agar kesejahteraan para petani kopi meningkat. Semoga.

*ASN di Kementerian Pertanian

Berita terkait
Opini: Menolak Amandemen UUD 1945, Kembalikan UUD 1945 Asli
Ada bagian dari amandemen UUD 1945 mengaburkan Pancasila dan eksistensi NKRI yang diproklamirkan 17 Agustus 1945. Opini Akademisi UGM.
Opini: Pak Jokowi, Berikan Pekerjaan dan Jaminan Sosial untuk Atlet Disabilitas
Opini: Pak Jokowi, Berikan Pekerjaan dan Jaminan Sosial untuk Atlet Disabilitas. Jangan Berhenti pada Penghargaan Berupa Uang.
Opini: Di Balik Viral RSUD Jombang Paksa Ibu Melahirkan Normal Sampai Sebabkan Kematian Bayi
Ada apa di balik viral RSUD Jombang yang memaksa seorang ibu melahirkan normal sampai menyebabkan kematian bayi. Ibu yang harusnya lahiran caesar.
0
Opini: Musik, Kopi dan Senja
Entah, sejak kapan tepatnya kopi dan senja disandingkan, digunakan sebagian generasi Z untuk mewakili suasana hati mereka. Zaki Nabiha.