Omset Pengusaha Sepatu Cibaduyut Turun 80 Persen

Memasuki bulan ramadhan, 80 persen Omset pengrajin sepatu di Cibaduyut malah anjlok, oandemic corona penyebabnya
Pengrajin di sentra industri sepatu rumahan Cibaduyut, Bandung, Jawa Barat. (Foto: javawisata.com)

Bandung - Kawasan industri sepatu rumahan di Cibaduyut, Kota Bandung, Jawa Barat, rasakan dampak pandemi virus corona (Covid-19) dalam sektor bisnis yang anjlok hingga 80 persen. Ervan, 38 tahun, salah seorang pengusaha sepatu rumahan di  Cibaduyut mengaku bahwa dalam dua bulan terakhir ini sangat merasakan penurunan omset pada bisnisnya.

Hal ini dikarenakan adanya wabah corona yang tengah merebak di Indonesia saat ini, dan secara cepat juga mempengaruhi kemajuan di sektor bisnis. Pasalnya, dalam situasi saat ini sangat sedikit sekali masyarakat yang memesan produk-produk semacam ini masyarakat lebih mementingkan kebutuhan pokok mereka.

Biasanya dalam satu minggu, Ervan dan para pekerjanya bisa memproduksi hingga 200 pasang sepatu, namun saat ini Ervan hanya bisa memproduksi tak lebih dari 100 pasang. Pasalnya, selain daya beli masyarakat lokal yang menurun, pembeli dari wisatawan yang berkunjung ke sentra sepatu Cibaduyut saat ini sudah tidak ada sama sekali, ditambah bahan baku yang harus di impor dari China menjadi kendala tersendiri dalam memproduksi.

"Sehari sampai, kalau tergantung pesanan sih kalau beresnya sampai 2 kodi beres, sekarang kan PO-nya kurang bisanya seminggu sampai 200 pasang, kalau sekarang setengahnya." ujar Ervan di Bandung.

Ervan menambahkan, saat ini bahan baku yang adapun sulit didapat, karena impor dari China, sehingga untuk pembuatan sepatu, menggunakan bahan seadanya atau sisa dari bahan baku sebelumnya. "Bahan baku kebanyakan dari luar, dari cina, jadi seadanya, jadi banyak yang kosong." pungkasnya.

Senada dengan Ervan, pengrajin sepatu lainnya yakni Yayang 36 tahun mengatakan, jika biasanya mendekati bulan Ramadhan pesanan sepatu meningkat drastis, namun di tahun ini penjualannya menurun hingga 80%. "Seminggu sampai 200, malahan sebelum corona bisa lebih. Sekarang turunya sampai 80%," kata Yayang.

Yang lebih memprihatinkan adalah, dari 7 pengrajin yang bekerja dengannya dalam memproduksi sepatu, Yayang terpaksa harus merumahkan 5 pegawainya karena omset yang sedang anjlok. "Sayatuh dari pertama ada tujuh pekerja, sampe sekarang hanya tinggal dua, karena omset dan ordernya yang terus menurun," katanya.

Yayang, Ervan dan juga pengusaha sepatu lainnya berharap agar pandemic saat ini segera berlalu, agar masyarakat bisa kembali menata kehidupannya kembali. []

Berita terkait
Kota Bandung Lakukan 2.800 Rapid Test Covid-19
Kota Bandung terima 2.800 RDT Covid-19, akan disalurkan ke rumah sakit-rumah sakit selebihnya telah untuk RDT secara drive-through