Jeneponto - Puluhan nelayan di pesisir pantai Kelurahan Biringkassi dan Pabiringa, Kecamatan Binamu, Jeneponto, Sulawesi Selatan tidak melaut karena cuaca ekstrem. Puluhan kapal nelayan di dua kelurahan di Kecamatan Binamu, Jeneponto terlihat sandar tak melaut.
Sua, salah satu nelayan mengaku tidak melaut sudah berlangsung seminggu karena takut tergulung ombak tinggi saat berada di tengah laut.
"Sejak memasuki musim hujan disertai angin kencang perairan Kabupaten Jeneponto kerap terjadi ombak besar mencapai dua meter lebih," kata Sua kepada Tagar, Jumat 10 Januari 2020.
Jadi lebih baik tidak melaut untuk sementara dari pada nanti kapal tergulung ombak besar.
Kondisi tersebut, kata Sua dapat mengancam keselamatanya, dan keselamatan nelayan lain jika memaksakan diri untuk tetap melaut mencari ikan.
"Jadi lebih baik tidak melaut untuk sementara dari pada nanti kapal tergulung ombak besar,"ungkapnya
Dia menyampaikan dirinya akan kembali melaut mencari ikan setelah kondisi cuaca kembali normal. "Nanti kalau kondisi cuaca kembali normal Kami para nelayan kembali melaut mencari ikan dilaut,"jelasnya
Untuk mengisi kekosongan para nelayan di Kabupaten Jeneponto memperbaiki kapal dan jaring mereka yang bisa dibenahi.
Sua menjelaskan, cuaca ekstrem mulai dirasakan saat malam tahun baru. Cuaca buruk ini ditandai guyuran hujan lebat. Hal ini membuat alur gelombang laut cenderung meninggi dengan hempasan angin kencang.
"Melihat adanya perubahan gerakan alur gelombang, saya dan beberapa nelayan lainnya buru-buru memindahkan perahu naik diatas daratan,"tutupnya
Diketahui Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyampaikan peringatan sejumlah daerah di Sulsel akan terjadi cuaca ekstrem sampai tanggal 12 Januari 2020. []