Jakarta - PT Kalbe Farma telah resmi menjual remdesivir di Indonesia dengan nama Covifor. Untuk harganya sendiri dibandrol sebesar Rp 3 juta. Alhasil Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menilai harga ini kemahalan dan rakyat kecil tidak mampu membeli.
Satgas Waspada dan Siaga NcoV PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Erlina Burhan berkata harga remdesivir di Indonesia tergolong mahal dan harusnya pemerintah bernegosiasi dengan distributor atau importir agar harga lebih ditekan dan lebih murah.
Ia mencontohkan biaya besarnya biaya yang harus dikeluarkan ketika pasien diberikan obat remdesivir tersebut. Jika pasien lima hari pertama diberi remdesivir, pada hari pertama akan diberikan dua vial kemudian berikut masing-masing satu vial. Dalam lima hari butuh dana Rp 18 juta.
Lalu jika pasien diberikan remdesivir selama 10 hari di mana hari pertama dua vial dan hari berikutnya masing-masing satu vial maka biaya yang dikeluarkan bisa mencapai Rp 33 juta daan itu sangat mahal.
Saya kira kalau ditanggung masyarakat lumayan mahal bahkan mungkin mahal sendiri. Saya harap ditanggung pemerintah karena rakyat kecil tidak mungkin sanggup membayar,
"Saya kira kalau ditanggung masyarakat lumayan mahal bahkan mungkin mahal sendiri. Saya harap ditanggung pemerintah karena rakyat kecil tidak mungkin sanggup membayar," jelasnya.
Lalu Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menerbitkan izin edar bagi remdesivir di Indonesia. Izin ini untuk pengunaan darurat dan hanya bagi pasien yang sakit parah, izin ini keluar pada Kamis 1 Oktober.
Remdesivir sendiri awalnya merupakan obat yang virus Ebola, namun dalam uji klinis ditemukan obat ini bisa memiliki kemanjuran untuk mengatasi virus corona Covid-19 yang sedang dialami oleh dunia.
Sementara itu Presiden Direktur Kalbe Farma Vidjongtius buka suara. Dia menjelaskan harga tersebut tergantung dengan volume barang yang diimpor.
"Produknya saat ini masih diimpor oleh PT Amarox anak perusahaan dari Hetero India dan faktor harga selalu berbanding lurus dengan jumlah unit atau volume yang ada. Saat ini di tahap awal volume masih kecil," Ucapnya.
Pihaknya memperkirakan harga dapat disesuaikan setelah volume barang bertambah lebih banyak dibandingkan yang dipasok pada tahap pertama ini. []
Baca juga:
- Isi Diskusi Sultan HB X dan Moeldoko di Keraton Yogyakarta
- BLT dan Bantuan Lain Pemerintah ke Masyarakat Selama Pandemi