Negara-negara Arab Minta Gencatan Senjata Israel dan Hamas Harus Diperpanjang

Gencatan senjata tersebut harus diperpanjang dan menjadi langkah pertama menuju penghentian penuh permusuhan
Para pengunjuk rasa menyerukan gencatan senjata dalam konflik antara Israel dan Hamas di pusat kota London, Inggris, 11 November 2023. (Foto: voaindonesia.com/AFP)

TAGAR.id - Para menteri luar negeri negara-negara Arab menyambut baik kesepakatan gencatan senjata sementara antara Israel dan kelompok militan Gaza, Hama,s pada Rabu (22/11-2023). Namun, mereka mengatakan gencatan senjata tersebut harus diperpanjang dan menjadi langkah pertama menuju penghentian penuh permusuhan.

Menteri-menteri luar negeri Arab Saudi, Mesir dan Yordania mengatakan pada konferensi pers di London bahwa perjanjian tersebut, yang mencakup pembebasan sandera dan peningkatan bantuan ke Jalur Gaza yang hancur, pada akhirnya juga harus mengarah pada dimulainya kembali pembicaraan mengenai solusi dua negara.

Berdasarkan kesepakatan gencatan senjata sementara yang dicapai pada Rabu, Israel dan Hamas sepakat untuk menghentikan pertempuran selama empat hari untuk memungkinkan pembebasan 50 sandera yang ditahan di Gaza sebagai imbalan pembebasan 150 warga Palestina yang dipenjara di Israel, dan masuknya bantuan kemanusiaan ke wilayah kantong tersebut.

asap mengepul di jalur gazaAsap mengepul menyusul serangan udara Israel di Jalur Gaza, terlihat dari Israel selatan, 22 November 2023. (Foto: voaindonesia.com/AP Photo/Leo Correa)

Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Pangeran Faisal bin Farhan Al Saud, mengatakan bantuan kemanusiaan harus dipertahankan dan diperluas, dan bantuan tersebut tidak boleh bergantung pada pembebasan sandera lebih lanjut.

“Akses kemanusiaan apa pun yang meningkat akibat kesepakatan sandera ini harus tetap ada dan harus dibangun,” katanya.

“Tidak boleh ada pengurangan akses berdasarkan kemajuan dalam pembebasan sandera lebih lanjut… Menghukum penduduk sipil Gaza karena adanya penahanan sandera sama sekali tidak dapat dibenarkan.”

Konflik dimulai pada 7 Oktober ketika orang-orang bersenjata Hamas dan sejumlah militan lainnya menyerbu dengan melintasi perbatasan Israel, menewaskan 1.200 warga sipil dan tentara Israel, dan menyandera sekitar 240 orang.

Israel merespons dengan pengeboman besar-besaran dan kemudian menginvasi Jalur Gaza, menewaskan lebih dari 13.000 warga Palestina, termasuk sedikitnya 5.600 anak-anak, menurut Pemerintah Gaza yang dikelola Hamas.

Para menteri luar negeri Arab memimpin kelompok kontak yang terdiri dari negara-negara mayoritas Muslim yang melobi sekutu-sekutu utama Israel dan Dewan Keamanan PBB untuk mengakhiri perang di Gaza dan mengupayakan solusi permanen konflik Israel-Palestina. (ab/uh)/Reuters/voaindonesia.com. []

Berita terkait
Apakah Pekerja India Akan Gantikan Pekerja Palestina di Israel?
Akibat serangan militan Hamas pada 7 Oktober 2023 lalu, pemerintah Israel telah mencabut izin kerja sebanyak 90.000 pekerja konstruksi Palestina