Negara Donor Pangkas Bantuan Sementara Krisis di Gaza Semakin Dalam

Kantor Berita Reuters Jumat (2/2/2024)melaporkan bahwa pasukan Israel menggempur pinggiran kota Rafah di Gaza Selatan
Seorang warga Palestina menggendong bayi berjalan melewati kontainer amunisi yang ditinggalkan oleh pasukan Israel saat dia melarikan diri lebih jauh ke selatan dari Khan Yunis di Jalur Gaza selatan, 2 Februari 2024. (Foto: voaindonesia.com/Mahmud Hams/AFP)

TAGAR.id – Pertempuran berlanjut, Jumat (2/2/2024) di Gaza. Para pejabat kesehatan di wilayah itu melaporkan 105 orang tewas pada malam sebelumnya. Ini menurut Kantor Berita AFP. Kantor berita itu mengutip kantor pers Hamas yang mengatakan serangan udara dan artileri Israel menarget Khan Younis, kota di bagian selatan Gaza.

Kantor Berita Reuters Jumat (2/2/2024)melaporkan bahwa pasukan Israel menggempur pinggiran kota Rafah di Gaza Selatan, di mana ratusan ribu orang telah mengungsi sejak Israel memulai serangannya terhadap Khan Younis, salah satu ofensif terbesarnya sejak pertempuran dimulai.

Berbicara pada konferensi pers di Jenewa hari Jumat (2/2/2024), juru bicara Kantor Koordinasi PBB untuk Urusan Kemanusiaan (OCHA) Jens Laerke menyatakan keprihatinan yang dalam mengenai eskalasi pertempuran di Khan Younis yang disusul dengan meningkatnya jumlah warga yang mengungsi ke Rafah.

Laerke mengatakan kepada wartawan dalam beberapa hari ini bahwa ribuan orang Palestina terus mengungsi ke arah selatan ke Rafah, yang telah menampung setengah dari sekitar 2,3 juta penduduk Gaza.

“Sebagian besar tinggal di tempat-tempat penampungan darurat, tenda-tenda atau tinggal di udara terbuka,” kata Laerke kepada wartawan. “Rafah adalah keputusasaan bertekanan tinggi, dan kami khawatir mengenai apa yang akan terjadi selanjutnya.”

seorang anak palestina terlukaSeorang anak Palestina yang terluka diangkut dengan brankar ke dalam ambulans Bulan Sabit Merah Mesir setelah dievakuasi dari Jalur Gaza melalui perbatasan Rafah yang menyeberang ke Mesir, 1 Februari 2024. (Foto: voaindonesia.com/AFP)

Laerke mengatakan di antara badan-badan PBB dan mitra-mitra kesehatan mereka, ketakutan terbesar mereka adalah penyakit. Ia mengatakan, tidak ada cukup makanan, air minum yang bersih atau tempat berlindung.

Pada konferensi pers yang sama, perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia PBB (WHO) untuk wilayah Palestina, Rik Peeperkorn, mengatakan ada, minimum 8.000 orang yang sakit atau luka parah di Gaza yang perlu dikirim ke Mesir atau tempat lainnya untuk perawatan medis.

Juga Jumat, para pemimpin Hamas mengisyaratkan bahwa mereka telah menerima dan akan segera menanggapi proposal kesepakatan gencatan senjata yang dirundingkan oleh para mediator Mesir, Qatar dan AS di Paris awal pekan ini dan disetujui Israel.

Kantor berita AFP melaporkan proposal itu mencakup rencana tiga tahap, yang akan dimulai dengan penghentian pertempuran pada awalnya selama enam pekan dan membawa lebih banyak bantuan masuk ke Gaza.

Juga Jumat, jajak pendapat yang dilakukan Associated Press-NORC Center for Public Affairs Research mengindikasikan 50 persen orang dewasa AS berpendapat kampanye Israel terhadap Hamas di Gaza “telah keterlaluan.” Ini naik dari 40% yang tercatat dalam jajak pendapat serupa pada November lalu, tidak lama setelah perang dimulai. (uh/ab)/voaindonesia.com. []

Berita terkait
Bagaimana Cara Negara Arab Bisa Hentikan Perang di Jalur Gaza?
Sejumlah negara, seperti Aljazair dan Lebanon, usulkan embargo minyak untuk tekan Israel dan AS agar menghentikan perang di Jalur Gaza