MXGP 2019 Semarang, Honda atau KTM?

Dua pabrikan motor garuk tanah, Honda dan KTM, diperkirakan bakal bertarung ketat di seri 11 dan 12 MXGP 2019.
Ketua IMI Pusat Sadikin Aksa memprediksi bakal terjadi persaingan ketat antara kroser Honda dengan KTM di dua seri MXGP 2019 di Indonesia. (Foto: Tagar/Agus Joko Mulyono)

Semarang - Dua pabrikan motor garuk tanah, Honda dan KTM, diperkirakan bakal bertarung ketat di seri 11 dan 12 MXGP 2019 di Kota Palembang, Sumatera Selatan dan Kota Semarang, Jawa Tengah. Kembalinya kroser Jeffrey Herlings setelah dibalut cedera bakal membuat kepercayaan diri KTM meningkat.

"Persaingan tahun ini jauh lebih bagus dari tahun lalu karena pebalap Honda mulai unjuk gigi. Tahun lalu kan mostly (kebanyakan) dipegang sama KTM. Tahun ini Honda, Yamaha, Hasq udah mulai seimbang," kata Ketua Ikatan Motor Indonesia (IMI) Pusat Sadikin Aksa di launching MXGP 2019 seri Semarang, di kompleks Balai Kota Semarang, Kamis, 4 Juli 2019.

Hingga seri 10 kejuaraan motocross MXGP 2019, peringkat pertama klasemen sementara masih dipegang pebalap Honda, Tim Gajser, dengan raihan total 441 poin. Di seri balapan terakhir di Jerman, Gajser tampil dominan dan berhak berdiri di podium utama.

Usai menguasai dua race di The Talkessel Circuit, Gajser mampu membuat jeda peringkat yang cukup lebar dengan pesaing terdekat, Antonio Cairoli. Di Jerman, pebalap tim KTM itu tidak bisa menunggang trailnya lantaran cedera, sehingga baru mengantongi 358 poin. Demikian juga dengan andalan KTM, Jeffrey Herlings.

Persaingan MXGP 2019 seri Indonesia dipastikan bakal kembali ketat setelah duo KTM menyatakan kesiapan membetot motor paculnya di Palembang maupun Semarang. 

"Jeffrey Herlings sudah turun di dua seri sebelumnya. Dia sudah siap turun di Indonesia. Tadinya memang dia sudah disiapkan untuk seri di Indonesia tapi ternyata sudah lebih cepat pulih," ucap Aksa.

Herlings diketahui merupakan kampiun MXGP 2018 dengan tampil dominan di 20 seri yang digelar selama kompetisi. Di posisi runner up ada rekan setimnya, Antonio Cairoli disusul kroser Kawasaki, Clement Desalle. Sementara penguasa sementara tahun ini, Tim Gajser harus puas di peringkat empat klasemen akhir.

Ditambahkan, kehadiran kroser-kroser kelas wahid di Palembang dan Semarang bisa menjadi pembelajaran pebalap Tanah Air. Semangat dan profesionalitas dari atlet maupun tim layak ditiru. Salah satunya adalah tidak memaksakan diri turun ke perlombaan ketika kondisi badan tidak sedang fit.

Ia pun menyebut Herlings yang lebih memilih memulihkan cedera lebih dulu ketimbang balapan. "Makanya setelah cedera kaki dia putuskan tidak ikut balapan, sampai kondisi 100 persen fit baru mau ikut lagi," ujarnya.

Sebab, lanjut Aksa, ada perbedaan yang cukup mencolok antara balapan di aspal dengan tanah bergunduk semacam MXGP. Yakni dibutuhkannya skill dan fisik yang prima.

"Kalau sirkuit aspal rata-rata kalau sudah hapal gampang. Kalau motocross, beda putaran beda karakter lagi, jadi skill dan fisik sangat penting. Makanya kalau mereka cedera sedikit tidak ikut. Daripada dipaksakan akan lebih parah, cedera lagi bisa lebih panjang pemulihannya," terang dia.

Hal tersebut berbeda dengan yang dipahami oleh sebagian besar kroser Indonesia. Meraka kebanyakan akan memilih ikut lomba meski kondisi fisik hanya 80 %. 

Beda kalau kita, 70-80 persen dipaksakan ikut karena alasan kekurangan poin. Padahal kalau 80 persen, poin nggak bakal dapat maksimal.

Soal belajar menjadi kroser handal ini juga disampaikan Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi. Pria yang akrab disapa Hendi ini menyatakan MXGP 2019 di Semarang bisa dijadikan wahana bagi kroses lokal maupun nasional sebagai media menimba ilmu.

"Transfer skill atau pengetahuan, bagaimana atlet dunia bisa mainkan motornya lebih cepat dibanding pebalap Indonesia. Pebalap Indonesia juga akan diberi kesempatan untuk tampil dalam race yang berbarengan dengan pebalap dunia tersebut sehingga akan ada transfer knowledge," katanya. []

Berita terkait