Musim Dingin Eropa yang Mengancam Perekonomian

Ekonomi Global kini tengah menghadapi ancaman celaka di belahan bumi bagian utara karena telah mendekati musim dingin kedua. Simak ulasannya.
Ilustrasi - Krisis keuangan. (Foto: Tagar/Pixabay/Gerd Altmann)

Jakarta – Ekonomi Global kini tengah menghadapi ancaman celaka di belahan bumi bagian utara karena telah mendekati musim dingin kedua. Belum selesai permasalahan Covid-19, gangguan pasokan ditambah tekanan biaya hidup tentu menjadi sebuah kesulitan.

Dengan sebagian dari Eropa yang sedang menghadapi pembatasan baru dalam menahan gelombang virus lainnya, pemulihan China yang memudar, dan infeksi yang semakin meningkat di Amerika juga menjadi ancaman yang besar dalam musim dingin kedua ini.

Kembali ke Eropa, benua tersebut kini tengah dilanda setidaknya empat krisis, salah satunya krisis energi dan listrik. Hingga saat ini, masyarakat di benua Eropa itu kembali berisiko mengalami pemadaman listrik di musim dingin ini. Hal ini dapat terjadi karena minimnya cadangan gas.


Saya pikir orang perlu menyadari bahwa ini bukan situasi di mana Anda mungkin hanya menekan tombol dan meningkatkan produksi ada banyak investasi perlu waktu untuk melakukan itu.


Permintaan energi fosil juga melonjak secara signifikan saat ekonomi global kembali dibuka hingga memicu lonjakan harga, termasuk batu bara. Dalam sebuah wawancara, Kepala Eksekutif Trafigura Jeremy Weir mengungkapkan bahwa mereka memang tidak menyimpan cukup gas untuk musim dingin saat ini.

“Terus terang, kami tidak menyimpannya untuk periode musim dingin. Jadi ada kekhawatiran nyata bahwa ada potensi jika kita memiliki musim dingin yang diiringi pemadaman bergilir di Eropa,” ucap Weir dilansir dari CNBC Indonesia pada Senin, 22 November 2021.

Meskipun penyuplai gas utama untuk Eropa telah mengisi fasilitas penyimpanan sejak dua pekan lalu, kapasitas pipa menjadi lebih rendah di bulan Desember. 

Belum lagi adanya penurunan ekspor dari Norwegia, pemasuk utama lain gas Eropa dan Inggris, di minggu kemarin karena alasan pemeliharaan infrastruktur gasnya.

FT Commodities Asia Summit juga menegaskan terkait minyak yang tak akan membantu banyak. Pasarnya sangat ketat dan isu perubahan iklim membuat banyak perusahaan minyak tertekan dan menurunkan investasi untuk produksi baru. Hal ini memperburuk kekhawatiran tentang apakah benua Eropa akan memiliki cukup gas untuk musim dingin.

"Saya pikir orang perlu menyadari bahwa ini bukan situasi di mana Anda mungkin hanya menekan tombol dan meningkatkan produksi. Ada banyak investasi, perlu waktu untuk melakukan itu," kata Weir.

Sementara itu, gelombang keempat Covid-19 di Eropa membuat penguncian wilayah (lockdown) sebagian dan pembatasan aktivitas masyarakat yang belum divaksinasi harus dilakukan. Lockdown ini semakin mendekatkan Eropa kepada dampak dari perekonomian.

Nilai tukar euro melemah terhadap dolar ke level 1,1290 US dolar. Bursa Efek Wina diketahui turun 3,2 persen atau turun 4,5 persen pekan lalu dan PDB Austria diperkirakan akan turun sekitar 1,5 persen pada kuartal IV. 

Jika negara dengan perekonomian yang lebih besar seperti Jerman mengikuti langkah lockdown Austria, ia memperkirakan ekonomi zona Euro berpotensi stagnasi, atau bahkan kontraksi.

(Rana Maheswari Ummairah)

Berita terkait
Gubernur BI Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Global 2021 Capai 5,7 Persen
Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo memperkirakan pertumbuhan ekonomi glibal sekitar 5,7 persen pada tahun 2021. Simak penjelasannya.
Krisis Ekonomi China yang Akan Mengguncang Ekonomi Global
Masalah perekonomian China yang melambat masih menjadi permasalahan yang serius hingga saat ini. Simak penjelasan lengkapnya berikut ini.
China Alami Inflasi, Resahkan Ekonomi Global
Saat ini China sedang menghadapi inflasi dari berbagai krisis yang terjadi diawali dengan meningkatnya kasus Covid-19 hingga krisis ekonomi.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.