Momen Lebaran, Munadi Herlambang Ajak Tabayyun Pasca Pilpres

Munadi Herlambang mengajak masyarakat untuk tabayyun pascapilpres bertepatan dengan bulan suci Ramadhan dan Idul Fitri 1440 H.
Munadi Herlambang (Foto: Istimewa)

Jakarta - Di sela-sela acara silaturahmi, Munadi Herlambang ikut tergerak untuk mengajak segenap elemen masyarakat untuk tabayyun pascapilpres yang bertepatan dengan momen bulan suci Ramadhan dan Idul Fitri 1440 H.

Bagi Munadi Herlambang, tabayyun sendiri merupakan tradisi dan pemikiran dalam Islam yang mempunyai relevansi dalam peradaban umat manusia. 

"Sesuai dengan perkembangan dari zaman ke zaman, tabayyun merupakan cara berpikir yang mengedapankan kehatian-hatian dalam menyikapi informasi, situasi dan problem yang dialami umat Islam pada khususnya," katanya.

Ia menambahkan dalam konteks asal-usul kata tersebut, tabayyun berakar dari bahasa Arab yang terdiri dari dua suku kata, yaitu bayan, yang artinya klarifikasi atau penjelasan dan bayyinah, yang artinya bukti, yang mengejawantahkan cara-cara dan tujuannya.

Baca juga: Ketua DPR Bicara Perombakan Kabinet Jokowi

"Hal ini menunjukkan nilai kearifan Islami dalam mendorong adanya kerangka berpikir yang berpijak pada analisa terhadap berbagai hal apakah itu konsep, asumsi, maupun konstruksi dan dekonstruksi argumen dan teori agar mencapai kesimpulan yang jelas dan landasan yang kuat tentang isu terkait," ujarnya.

Menurutnya, era teknologi informasi yang berbasis digital dan ruang publik di media sosial memberikan tantangan nyata dalam mewujudkan tabayyun dalam masyarakat Muslim maupun kalangan masyarakat lainnya.

Lebih jauh ia mengatakan media sosial menjadi ajang ekspresi, menyatakan pikiran dan pendapat tanpa sekat ruang dan waktu bagi individu maupun golongan yang kadang kala disembunyikan asal-usulnya. 

"Dengan tingkat literasi anggota masyarakat yang masih dalam proses pematangan dan edukasi yang masih dalam proses pemerataan, maka informasi yang muncul demikian mudah dikonsumsi dan dibagikan," ucapnya.

"Oleh karena tabayyun itu adalah filosofi atau cara berpikir yang mempunyai penerapan dalam berbagai segi kehidupan yang terwujud dalam prilaku dan tindakan di era digital ini, maka kemudahan akses informasi bagi setiap orang mempunyai implikasi yang harus ditanggung," katanya menambahkan.

Baca juga: AHY dan Ibas Temui Jokowi ke Istana Merdeka

Ia melanjutkan, selama masa kampanye yang berjalan beberapa bulan, informasi dan berita yang tidak terverifikasi (hoax atau berita bohong atau palsu) bertebaran secara merajalela, yang disebarkan oleh oknum simpatisan maupun pihak anonim lainnya, yang membawakan agenda sendiri.

"Semua pihak, baik yang berada atau terlibat langsung dan tidak langsung dalam kontestasi politik bagi pasangan capres dan cawapres nomor urut 01 dan 02 sudah saatnya untuk melebur kembali dalam kebhinnekaan Indonesia dan bersama-sama menjawab tantangan ke depan sebagai bangsa dan negara," katanya.

Ia meminta dalam semangat yang didasari tabayyun ini, pemerintah, organisasi kemasyarakatan dan media berita menyerukan juga kepada segenap anggota masyarakat untuk mengedepankan prinsip check and recheck dan verifikasi atas berita dan informasi sebelum dibagikan secara meluas di media sosial.

"Biarlah proses tabayyun ini yang berjalan dalam lembaga-lembaga negara yang berkompeten dan mempunyai tugas dan tanggung jawab yang diamanatkan oleh undang-undang terkait pilpres dan pilkada bisa menyelesaikan dalam kapasitasnya. Sistem ketatanegaraan juga dibuat berlandaskan prinsip check and balance antar lembaga negara," katanya.

Baca juga: Harapan Ahok vs Anies di Lebaran 2019

Sebagai pribadi, Munadi Herlambang punya harapan bahwa bulan puasa Ramadhan menjadi kesempatan untuk merenung dan introspeksi internal, menahan diri terhadap segala cobaan dan godaan eksternal yang bisa melemahkan akal sehat. Menyelami makna tabayyun untuk kemaslahatan bagi kepentingan yang lebih besar.

"Perayaan Idul Fitri 2019 ini seakan mengingatkan makna kemenangan atas dan menanggalkan segala hal yang buruk atau mudarat bagi umat Islam maupun masyarakat Indonesia pada umumnya atas kejadian dan kondisi yang membuat cemas secara psikis atas perkembangan politik belakangan ini." []


Berita terkait