Untuk Indonesia

Miss Rena yang Bikin Matematika Baper

Miss Rena yang bikin matematika bisa baper. Melalui buku yang ditulisnya, dia mencoba menginspirasi guru-guru lainnya menjadi guru 'baper' (bawa perubahan).
Ilustrasi soal matematika. (Gambar: Ist)

Jakarta, (Tagar 27/11/2017) – Soal pecahan, berapakah jumlah serpihan hati yang pecah melihat mantan sudah punya pacar lagi?

Matematika! Sebagian besar siswa sekolah menilai mata pelajaran yang satu ini sungguh membosankan dan apalagi guru yang membawakannya cenderung menakutkan atau killer.

Cara pandang itulah yang ingin diubah oleh Suna Marena SPd, seorang pengajar SMP Cakra Buana Depok, Jawa Barat, dengan menulis buku "Matematika Pun Bisa Bikin Baper".

Buku itu diluncurkan dalam Temu Nasional Guru Penulis yang diselenggarakan di Plaza Insan Berprestasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta, Minggu (26/11). Acara temu nasional ini mengajak para guru "baper" (bawa perubahan) sehingga anak didik senang dengan mata pelajaran matematika.

"Zaman dulu, guru matematika lebih populer dengan cap 'guru killer' namun zaman kekinian saya mencoba menginspirasi guru-guru lainnya menjadi guru 'baper' (bawa perubahan)," kata Suna Marena, Kepala Sekolah SMP Cakra Buana.

Guru yang sering disapa Miss Rena ini menjelaskan, sesuai dengan namanya "baper" merupakan istilah remaja sekarang untuk hal-hal yang membawa suasana hati.

Itu pula yang Miss Rena ceritakan dalam buku setebal 80 halaman ini, berupa hal-hal menyenangkan dalam kelas matematika, mulai dari karakter guru, pengelolaan kelas, cara menjelaskan materi sampai dengan tips-tips menjadi guru matematika yang dinanti peserta didik.

Miss Rena menceritakan "baper" merupakan istilah kekinian yang acap kali terdengar di lingkungan sekolah dan terdengar "antimainstream" di telinga dan berbau kisah remaja.

Dia mengungkapkan, istilah "baper" itu diucapkan muridnya sebagai jurus ampuh saat galau. Lima aksara singkat penuh makna dan semua usia bisa merasakannya, yakni "baper" bisa dilakukan oleh siapa saja, "baper" juga bisa terjadi di berbagai tempat. Paling asyik, tentu kalau baper sama guru sendiri di sekolah.

Alumni pelatihan menulis si Sagu Sabu (satu guru satu buku) Jakarta ini mengaku, buku tersebut ditulisnya berawal pada 2016 bertempat di Gedung Sate Bandung, bersama puluhan guru-guru inspiratif yang dianugerahi medali finalis dan sertifikat Guru Inspiratif Een Sukaesih Awards oleh Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (Aher).

Miss Rena mengikuti pemilihan guru inspiratif dengan mengusung tema "kreativitas pembelajaran matematika", yakni melalui buku catatan kreatif "math diary" sehingga para peserta didik mencintai matematika.

"Naskah buku ini sudah saya tulis sejak 2011, namun dipakai hanya untuk kalangan SMP Cakra Buana. Guru yang mencintai proses belajar mengajar di kelas tentunya akan serta merta menciptakan suasana kelas agar peserta didik tidak 'boring' (bosan)," ujarnya.

Walau mengaku hanya untuk kalangan SMP Cakra Buana, namun Miss Rena sempat mensosialisasikan buku karyanya ini di Jalan Sudirman Jakarta Selatan saat pelaksanaan 'car free day' usai peluncuran buku bersama penulis lainnya.

Peluncuran buku yang diselenggarakan oleh Komunitas Guru Penulis terbesar se-Indonesia (Gurusiana) ini merupakan rangkaian peringatan Hari Guru Nasional yang jatuh pada 25 November 2017.

Guru Penulis

Dikutip dari MediaGuru.id, Temu Nasional Guru Penulis ini bukan hasil seleksi, tetapi merupakan hasil kerja keras dan kemandirian guru penulis untuk menghasilkan karya dengan motto satu guru satu buku (Sagu Sabu).

Pertemuan guru nasional penulis yang dilaksanakan dalam rangka Hari Guru Nasional Tahun 2017 di Kemdikbud Jakarta ini adalah hasil kerja sama Media Guru dengan Kemdikbud.

Guru penulis betul-betul mendapat penghormatan dan apresiasi tertinggi dari pihak pemimpin negeri.

Diharapkan dalam pertemuan nasional ini akan lebih membuka wawasan hingga proses membuat dan hasil tulisan akan lebih berbobot dan bermanfaat.

Dari segi komunikasi, unsur berbagi dan menempa diri akan lebih terbuka silaturahmi. Hubungan antarguru lebih berpadu hingga literasi guru di negeri ini lebih berkembang, bercabang dan ajang didiseminasikan di berbagai pelosok negeri.

Ada beberapa nilai yang dapat dipetik dari Pertemuan Nasional Guru Penulis Kemdikbud Jakarta, di antaranya adalah, pertama, pertemuan akan lebih memotivasi untuk tetap menjadi penulis karena guru dari pelosok bisa menulis buku, mengapa tidak, guru yang ada di kota tidak berkarya.

Kedua, pertemuan menjadi ajang menempa dan mengembangkan diri. Berbagai judul buku, ragam budaya, karakter, bahasa, akan bertemu di sini hingga perbendaharaan wawasan akan lebih meningkat dan bermartabat.

Saling mengisi dan melengkapi hingga tertanam jiwa mawas diri. Budaya dan adat kebiasaan berbeda, di sinilah muncul adaptasi diri dan menempa diri.

Ketiga, pertemuan nasional guru penulis adalah ajang berperilaku mandiri. Mandiri dalam berkarya, mandiri dalam biaya. Mengapa? Karena ini bukan hasil dari berlomba namun hasil kerja keras berkarya.

Keempat, pertemuan guru penulis adalah ajang belajar dan tetap menjadi penulis rendah hati. Menulis adalah berbagi.

Berbagi tentunya santun bahasa santun mengomentari. Menulis bukan hanya untuk diri, melainkan untuk dikonsumsi dan dibaca khalayak. Oleh karena itu, adalah rendah hati senjata menulis yang berarti.

Kelima, hubungan nasional guru penulis digelar, silaturahmi pasti terjadi. Hubungan kasih dan sayang dalam berbagi ilmu dan kehidupan makin terjalin.

Kesetaraan kinerja akan tercipta, fakta akan nampak pada hasil karya, buku dalam Sagu Sabu. (Joko Susilo/ant/yps)

Berita terkait