Minal Aidin Wal Faizin vs Mohon Maaf Lahir Batin

Memaknai minal aidin wal faizin adalah mohon maaf lahir batin sama saja dengan membahasa-Inggriskan keset dengan welcome.
Minal Aidin Wal Faizin vs Mohon Maaf Lahir Batin | Sejumlah anak mengikuti takbir keliling di jalan protokol Mataram, Nusa Tenggara Barat, Kamis (14/6/2018). Takbiran dilaksanakan dalam rangka menyambut Idul Fitri 1439 H yang jatuh pada Jumat (15/6/2018) sesuai dengan ketetapan pemerintah. (Foto: Antara/Ahmad Subaidi)

Jakarta, (Tagar 14/6/2018) - Setiap hari raya Idul Fitri (Eid Mubarak) tiba biasanya diikuti ucapan Minal Aidin Wal Faizin, Mohon Maaf Lahir dan Batin. 

Dua kalimat dengan dua bahasa (Arab dan Indonesia) yang disandingkan itu kemudian kadang dipahami sebagian orang, seolah kalimat kedua menerangkan kalimat pertama. 

Sebenarnya dua kalimat itu berdiri sendiri-sendiri. Bukan kalimat kedua menjelaskan kalimat pertama. 

Dilansir laman NU, Idul Fitri tidak khusus untuk minta maaf. Memaafkan bisa kapan saja, tidak terpaku di hari Idul Fitri.

Tidak ada satu ayat Alquran atau Hadis yang menunjukkan keharusan mengucapkan Mohon Maaf Lahir dan Batin pada saat Idul Fitri.

Minal Aidin Wal Faizin yang biasa diucapkan saat Idul Fitri artinya kita kembali dan meraih kemenangan. Kembali pada ketaatan, dan meraih kemenangan. Kemenangan apa? Apakah kita menang melawan bulan Ramadan sehingga kita bisa kembali berbuat keburukan?

Ucapan Minal Aidin Wal Faizin Mohon Maaf Lahir dan Batin, apabila disampaikan pada muslim di Pakistan, Turki, Saudi Arabia, bisa dipastikan mereka bingung. 

Taqobbalallahu Minna wa Minkum

Ucapan yang baik pada hari raya Idul Fitri disarankan sesuai contoh para sahabat Nabi, yaitu "Taqabbalallahu minna wa minkum" yang artinya "Semoga Allah menerima amalku dan amal kalian". 

Riwayat yang menjelaskan ucapan "Taqabbalallahu Minna wa Minkum" dituturkan oleh Muhammad bin Ziyad. Ia menceritakan kejadian kala bersama Abu Umamah al-Bahili dan lainnya dari sahabat Rasulullah SAW. Syahdan, sepulang dari Salat Id, mereka saling mengatakan, "Taqabbalallahu minna wa minkum".

Imam Ahmad menjelaskan, sanad hadis Abu Umamah ini Jayyid.

Ali bin Tsabit berujar, "Aku bertanya pada Malik bin Anas sejak 35 tahun. Dia menjawab, 'Hal (ucapan) ini selalu ditradisikan di Madinah'."

Dalam Sunan al-Baihaqi disebutkan, diriwayatkan dari Khalid bin Ma’dan, ia berkata, "Aku bertemu Watsilah bin Asqa’ pada hari Raya. Aku katakan padanya: Taqabbalallahu minna wa minkum. Watsilah menanggapi, 'Aku pernah bertemu Rasulullah SAW pada hari raya, lantas aku katakan 'Taqabbalallahu minna wa minkum'. Beliau menjawab, 'Ya, Taqabbalallahu minna wa minkum'."

Kedua riwayat ini memberikan benang merah, ucapan 'Taqabbalallahu minna wa minkum’ merupakan bacaan yang disyariatkan (masyru’) dan hukum mengucapkannya sunnah.

Apakah Ucapan Lain Tidak Boleh?

Ucapan selamat atau tahniah atas datangnya momen tertentu bisa saja merupakan tradisi atau adat. Sementara hukum asal suatu adat adalah boleh, selagi tidak ada dalil tertentu yang mengubah dari hukum asli ini. Hal ini juga merupakan mazab Imam Ahmad. 

Mayoritas ulama menyatakan, ucapan selamat pada hari raya hukumnya boleh. Karena adanya nikmat, atau terhindar dari suatu musibah, dianalogikan dengan validitas sujud syukur dan ta’ziyah.

Berdasarkan keterangan di atas, maka setiap ucapan baik, apalagi merupakan doa, dalam momen nikmat atau bahkan musibah, adalah sesuatu yang boleh, bahkan baik untuk dilakukan. 

Dengan kata lain, ucapan pada Idul Fitri yang terbaik memang 'Taqabbalallahu minna wa minkum'. Namun bukan berarti doa dan ucapan lain yang baik itu tidak diperbolehkan.

Ibarat Keset dan Welcome

Minal Aidin wal Faizin dalam bahasa Indonesia berarti "Semoga kita termasuk orang yang kembali dan menuai kemenangan". 

Kita yakin, orang yang mengucapkannya tidak akan memaknainya "Kembali pada kemaksiatan pasca Ramadan, meraih kemenangan atas bulan Ramadan sehingga kita bisa kembali berbuat keburukan".

Pun, jangan memaknai Minal Aidin Wal Faizin dengan 'Mohon Maaf Lahir Batin', hanya karena biasanya dua kalimat itu beriringan satu sama lain. Itu sama saja dengan 'membahasa-Inggriskan' keset dengan welcome, dengan alasan tulisan itu biasanya ada di keset.

Makna populer kalimat tersebut adalah "Ja'alanallahu wa iyyakum minal 'aidin ilal fithrah wal faizin bil jannah' (Semoga Allah menjadikan kita semua sebagai orang yang kembali pada fitrah dan menuai kemenangan dengan meraih surga).

Jadi jangan khawatir. Maknanya bukan kembali ke perbuatan maksiat dan menang telah menaklukkan Ramadan. Tanda orang yang diterima ibadahnya, ia makin meningkatkan ketaatan dan makin meninggalkan kemaksiatan (min 'alamati qabulit-tha'ah fa innahu tajurru ila tha'atin ukhra).

Hal inilah yang menjadi harapan orang yang berpuasa Ramadan. Ia ingin dijadikan sebagai orang bertakwa dengan sebenarnya, dan mengharap menjadi salah satu penghuni surga.

Itulah makna kemenangan yang terucap dalam 'wal faizin' itu. Bukan kemenangan atas Ramadan, sehingga bebas melakukan keburukan karena merasa sudah 'menang'.

Minta Maaf Pada Idul Fitri Keliru?

Orang yang minta maaf di hari Raya insya Allah tidak meyakini minta maaf itu hanya khusus di hari Raya. Ini adalah ikhtiar untuk kesempurnaan ibadah. Islam agama paripurna. Tidak sempurna iman seseorang sampai dua sisi tali hablun minallah (hubungan dengan Allah) dan hablun minannas (hubungan antarmanusia) sama-sama dikuatkan.

Dalam sekian hadis dijelaskan misalnya, siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, 'hendaknya dia menghormati tamunya', 'hendaknya dia mengatakan yang baik atau diam', dan seterusnya.

Surat al-Ma’un juga menjelaskan, pendusta hari pembalasan itu orang yang menolak anak yatim dan tidak mempedulikan orang miskin. Salat itu mencegah dari perbuatan keji dan munkar (tanha 'anil fahsyaa-i wal munkar). Zakat atau sedekah itu membersihkan dan mensucikan mereka (tuthahhiruhum wa tuzakkihim biha).

Dari sekian penjelasan baik dari Alquran maupun Sunah itu, akhirnya seorang muslim sangat memahami, ada misi kebaikan secara vertikal dan horizontal. Siapa yang mengaku bertauhid, harus baik pula dalam wilayah sosial. Kalau puasa Ramadan adalah hubungan baik secara vertikal, mengapa kemudian untuk minta maaf pasca Ramadan sebagai ranah sosial dipersoalkan?

Selamat merayakan Idul Fitri. Taqabbalallahu minna wa minkum. Minal aidin wal faizin. Mohon maaf lahir batin. (af)

Berita terkait
0
Melihat Epiknya Momen Malam HUT DKI Jakarta Lewat Lensa Galaxy S22 Series 5G
Selain hadir ke kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam agenda perayaan HUT DKI Jakarta, kamu juga bisa merayakannya dengan jalan-jalan.