Jakarta - Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) sedang mencari solusi untuk menemukan keseimbangan antara harga lelang spektrum yang akan dialokasikan untuk jaringan 5G dengan investasi yang dikeluarkan oleh operator seluler.
"Harus konsultasi dengan keuangan jangan sampai ada isu spektrum dijual murah, harus menemukan keseimbangan," kata Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika, Ismail, saat membuka diskusi Seluler Telco Outlook 2020 di Jakarta, dikutip dari Antara, Senin, 2 Desember 2019.
Ismail menjelaskan, di Prancis baru saja melelang frekuensi jaringan 5G mulai harga 2,17 miliar Euro, yang dia sebut dengan "harga spektakuler".
"Kepentingan kami, spektrum ini digunakan dengan baik," kata Ismail.
Ismail mengatakan, sebelum mengadopsi jaringan 5G, biaya spektrum harus dihitung secara rasional, termasuk model bisnis yang akan diterapkan, agar mendapatkan keuntungan dari 5G, bukan hanya dari segi finansial.
"Bagaimana model bisnis untuk spektrum frekuensi ini kita bicarakan," kata dia.
Dalam hal ini, pemerintah menyiapkan kandidat spektrum untuk 5G dalam tiga lapis, yaitu spektrum rendah (lower band), spektrum tengah (middle band) dan spektrum tinggi (upper band), yaitu 3,5 GHz untuk middle band dan 26 GHz di upper band.
Kemenkominfo beberapa waktu lalu menyatakan frekuensi 26 GHz relatif kosong jika dibandingkan dengan frekuensi lain.