Menyibak Langkah Shin Tae-yong Melatih Timnas Indonesia

Bisa jadi PSSI jadikan keberhasilan Shin Tae-yong sebagai patokan merekrutnya sebagai pelatih Timnas Indonesia
Pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong (tengah), dan strikernya Dendy Sulistyawan (kanan), jumpa pers jelang leg kedua semifinal Piala AFF 2022 lawan tuan rumah Vietnam di Kantor VFF, Hanoi, 8 Januari 2023. (Foto: en.antaranews.com/ANTARA/Michael Siahaan/pertama)

Oleh: Syaiful W. Harahap*

Catatan: Artikel ini pertama kali ditayangkan di Tagar.id pada tanggal 10 Januari 2023. Redaksi.

TAGAR.id - Dalam acara “Koreaan Dulu, Yuk” yang diputar di monitor di gerbong-gerbong KRL ada sanjungan terhadap Shin Tae-yong sebagai pelatih sepak bola.

Disebutkan secara mengejutkan Shin Tae-yong berhasil membawa Tim Korea Selatan (Korsel) mengalahkan Tim Jerman di Piala Dunia FIFA Rusia 2018 dengan skor 2-0 di babak penyisihan grup.

Kalau fakta keberhasilan Korsel kalahkan Jerman yang jadi pegangan punggawa PSSI untuk merekrut Shin Tae-yong sebagai pelatih timnas Indonesia pada Desember 2019, maka inilah awal malapetaka yang mendera PSSI (baca: Timnas Indonesia).

Soalnya, realitas sosial terkait dengan tim Korsel yang mengalahkan Jerman itu luput dari perhatian.

Merumput di Eropa

Dua gol Korsel itu dilesatkan oleh Kim Young-gwon bermain di FC Tokyo, Jepang, dan Son Heung-min merumput di klub Liga Primer Inggris, Tottenham Hotspur.

Selain itu beberapa pemain sepak bola Korsel juga merumpuk di klub-klub elit di Inggris (Liga Primer), Jerman (Bundesliga), Italia (Seri A) dan Spanyol (La Liga).

Tentu saja fakta ini digelapkan di acara “Koreaan Dulu Yuk” itu karena kalau ini disebut tidak ada lagi kehebatan Shin Tae-yong yang dipuja-puji di acara itu.

Itu artinya beberapa pemain yang diboyong Shin Tae-yong ke Rusia adalah pemain yang merumput (baca: berlatih dalam hal ini sebagai pemain) di liga-liga elit Eropa.

Maka, kualitas dan kualifikasi pemain Korsel yang dibawa Shin Tae-yong ke Piala Dunia Rusia 2018 adalah pemain dengan talenta Eropa.

Di Piala Dunia FIFA Qatar 2022 juga bisa dilihat bagaimana negara-negara dari Afrika, Asia dan Amerika Latin justru mengandalkan pemain yang merumput di Eropa.

Sebut saja Lionel Messi (Timnas Argentina) dan Neymar (Timnas Brasil), keduanya bermain Barcelona (La Liga Spanyol) dan kemudian ke PSG(liga Prancis).

Lima pemain Timnas Maroko, tim Afrika yang pertama sampai ke jenjang semifinal Piala Dunia, dalam hal ini Piala Dunia Qatar 2022, juga merumput di Eropa, yaitu: Hakim Ziyech (Chelsea), Achraf Hakimi (PSG), Yassine Bounou (Sevilla), Youssef En-Nesyri (Sevilla), dan Noussair Mazraoui (Bayern Muenchen).

Timnas Argentina ke Piala Dunia Qatar 2022 juga membawa lima pemain yang merumput di Liga Primer Inggris, selain Lionel Messi di PSG, yaitu: Julian Alvarez (Manchester City), Alexis Mac Allister (Brighton), Lisandro Martinez (Manchester United),Cristian Romero (Tottenham Hotspur), Emiliano Martinez (Aston Villa).

Selain Neymar di PSG, lima pemain Brasil ke Piala Dunia Qatar 2022 adalah kapten klub elit Eropa, yaitu: Fernandinho (Manchester City), Marcelo (Real Madrid), Marquinhos (PSG), Dante (OGC Nice), dan Joao Pedro (Cagliari).

Bertolak dari fakta di atas, maka pelatih negara-negara peserta Piala Dunia Qatar 2022 dari Asia, Afrika dan Amerika Latin praktis membawa pemain yang sudah matang, bahkan yang sudah malang-melintang di klub raksasa Eropa, seperti Messi dan Neymar.

Kembali ke PSSI. Pelatih yang disebut bisa menumbangkan Jerman di babak penyisihan grup Piala Dunia Rusia 2018, Shin Tae-yong, justru membawa pemain yang sudah matang. Shin Tae-yong hanya memoles untuk memperlihatkan ciri khas permainan Korsel.

Nah, ketika dia dikontrak oleh PSSI untuk melatih Timnas Indonesia otomatis dia memegang pemain dengan kualitas dan kualifikasi di bawah standar global, bahkan ASEAN karena belakangan ini Timnas Indonesia tidak pernah juara di SEA Games dan Piala AFF.

Bagaimana mungkin Shin Tae-yong memoles Timnas Indonesia dengan bekal atau modal memoles Timnas Korsel ke Piala Dunia Rusia 2018 yang sebagian pemainnya justru pemain yang sudah jadi dengan kualitas dan kualifikasi Eropa.

Negara-negara Asia dan Australia yang lolos ke Piala Dunia Qatar 2022, juga memakai pelatih asal Eropa, yaitu: Arab Saudi dilatih Hervé Renard (Prancis), Qatar dilatih Felix Sanchez Bas (Spanyol), Iran dilatih Carlos Queiroz (Portugis), Korea Selatan dilatih Paulo Bento (Portugis), dan Australia dilatih Bert van Marwijk (Belanda). Hanya Timnas Jepang yang dilatih oleh pelatih WN Jepang sendiri.

Keunggulan tiap pemain

Selama melatih Timnas Indonesia Shin Tae-yong juga tidak menghasilkan keunggulan setiap pemain. Kalau kita melihat pemain-pemain top dunia, mereka mempunyai keunggulan istimewa yang jadi modal untuk tim.

Seperti Lionel Messi yang piawai menggiring bola dan mengandalkan tendangan kaki kiri. Analis menyebut mata kakinya bisa melihat celah kosong di antara kaki pemain lawan ke arah gawang.

Messi tidak pernah mengandalkan heading (sundulan), maka dia sering mengambil tendangkan sudut karena dia tahu persis untuk bola tendangan sudut hanya efektif menghasilkan gol jika heading karena bola atas.

Nah, adakah Shin Tae-yong membuat setiap pemain Timnas Indonesia mempunyai keunggulan individu yang diramu jadi kehebatan tim?

Yang dikhawatirkan jargon-jargon moral, seperti semaksimal mungkin, ngotot, mati-matian dan lain-lain yang dipompakan ke pemain.

Baca juga: Semaksimal Mungkin Jargon yang Bombastis dengan Nuansa Omong Kosong

Makanya, angin apa yang membuat punggawa PSSI memilih Shin Tae-yong sebagai pelatih Timnas Indonesia?

Kalau hanya berpijak pada fakta Timnas Korsel mengalahkan Timnas Jerman di babak penyisihan grup Piala Dunia Rusia 2018 itu artinya mengabaikan realitas sosial terkait dengan kepelatihan Shin Tae-yong secara utuh (dari berbagai sumber). []

* Syaiful W. Harahap, Redaktur di Tagar.id

Berita terkait
Indonesia Gagal ke Final Piala AFF 2023 Kalah Aggregat dengan Vietnam
Pertandingan semifinal leg 1 di Stadion GBK Jakarta pada 6 Januari 2023 Timnas Indonesia bermain imbang 0-0 dengan Vietnam
0
Dua Penyelundup Manusia Divonis Hukuman 9 Tahun Penjara di Spanyol
Dua penyelundup manusia telah dijatuhi hukuman masing-masing sembilan tahun penjara atas kematian empat migran Maroko yang tenggelam