Jakarta – Menteri Luar Negeri (Menlu) Jerman, Annalena Baerbock, hari Kamis, 10 Februari 2022, mengatakan beberapa pembicaraan nuklir dengan Iran memasuki "tahap akhir" untuk kembali ke perjanjian nuklir akan membuat kawasan itu lebih aman, meskipun ada keberatan dari Israel.
Menlu Baerbock menyampaikan hal itu dalam konferensi pers bersama di Tel Aviv dengan mitranya, Menlu Israel, Yair Lapid, di tengah lawatan resminya ke negara itu. Ia berbicara ketika berlangsungnya negosiasi antara Iran dan kekuatan dunia minggu ini dalam upaya menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015 yang membatasi program nuklir Teheran.
Kesepakatan itu tidak berjalan setelah pemerintahan Trump menarik diri dari perjanjian tersebut pada tahun 2018.
Israel dan Iran telah menjadi musuh bebuyutan di mana Israel secara vokal menolak upaya yang dipimpin AS untuk menghidupkan kembali kesepakatan yang dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA - Joint Comprehensive Plan of Action).

Para pemimpin itu mengatakan tidak akan terikat oleh kesepakatan apa pun antara kekuatan dunia dan Iran, sehingga memberi ruang untuk manuver secara militer.
Menlu Lapid mengungkapkan bersama Menlu Baerbock, dia membahas pembicaraan nuklir sekaligus menyampaikan posisi Israel "bahwa nuklir Iran tidak hanya membahayakan Israel, tetapi juga seluruh dunia."
Lapid juga menambahkan bahwa Iran adalah "pengekspor teror dari Yaman ke Buenos Aires" dan perjanjian itu harus memperhitungkan agresi yang dilakukan Iran di kawasan.
Sementara itu Menlu Baerbock menyatakan "yakin" bahwa tercapainya kembali JCPOA sepenuhnya akan membuat kawasan itu menjadi lebih aman (mg/em)/voaindonesia.com. []
Pembicaraan Program Nuklir Iran Dimulai Kembali
Iran Sebut AS Harus Hidupkan Kembali Kesepakatan Nuklir 2015
AS dan Israel Pertegas Komitmen Cegah Program Nuklir Iran
Israel Ingin Persyaratan Lebih Keras Soal Kesepakatan Nuklir Iran