Menkes: Anak Penerus Bangsa Harus Mendapatkan Asupan Gizi

Menkes: anak penerus bangsa harus mendapatkan asupan gizi. “Salah satu cara untuk melindungi mereka dari ancaman penyakit berbahaya adalah dengan memberikan imunisasi,” ujarnya.
Menteri Kesehatan (Menkes) Nila Farid Moeloek saat meninjau pelaksanaan kampanye di MTs Negeri 1 Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (1/8/2018). (Foto: Tagar/Rio Anthony)

Makassar, (Tagar 1/8/2018) - Imunisasi telah terbukti berhasil menghilangkan penyakit cacar variola dan polio, serta menekan lebih dari 99% kasus tetanus neonatorum di Indonesia.

Hingga saat ini, Indonesia terus berupaya membebaskan dari berbagai ancaman penyakit berbahaya yang sebenarnya bisa dicegah dengan imunisasi (PD3I), antara lain komitmen Indonesia untuk mengeliminasi campak dan mengendalikan penyakit rubella atau congenital rubella syndrome (CRS) pada tahun 2020 melalui pelaksanaan kampanye imunisasi measles rubella (MR) dan mengintegrasikannya ke dalam program imunisasi nasional.

“Anak-anak sebagai penerus bangsa harus mendapat asupan gizi yang baik dan sehat, serta terhindar dari penyakit. Salah satu cara untuk melindungi mereka dari ancaman penyakit berbahaya adalah dengan memberikan imunisasi. Undang-undang kesehatan mengamanatkan bahwa imunisasi merupakan hak setiap anak dan pemerintah wajib untuk memberikan secara lengkap kepada setiap bayi dan anak,” ujar Menteri Kesehatan RI, Nila Farid Moeloek, saat meninjau pelaksanaan kampanye di MTs Negeri 1 Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (1/8/2018).

Selama masa kampanye pada Agustus-September 2018, imunisasi MR diberikan pada anak usia sembilan bulan sampai dengan kurang dari 15 tahun secara massal, tanpa mempertimbangkan status imunisasi sebelumnya, sebagai upaya untuk memutuskan transmisi penularan virus campak dan rubella secara cepat.

“Untuk dapat memutuskan mata rantai penularan penyakit maka diperlukan cakupan imunisasi yang tinggi (minimal 95%) di seluruh tingkatan wilayah. Dengan cakupan imunisasi MR yang tinggi, maka akan terbentuk kekebalan kelompok atau herd immunity,” jelas Menkes.

Kampanye imunisasi MR yang dilaksanakan dalam dua fase diharapkan dapat memberikan kekebalan pada lebih dari 67 juta anak.

Fase I telah dilaksanakan selama Agustus-September 2017 di seluruh wilayah Pulau Jawa dan berhasil memberikan kekebalan bagi lebih dari 35.307.148 juta anak.

Tahun ini, kampanye MR fase II akan dilaksanakan di 395 kabupaten/kota di 28 provinsi di luar Pulau Jawa dengan jumlah sasaran sebanyak 31.963.154 juta anak.

Bertepatan dengan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS), kesempatan awal pelaksanaan imunisasi MR akan diberikan kepada para siswa/i di sekolah-sekolah, kemudian akan dilanjutkan dengan pemberian di Posyandu, Puskesmas dan fasilitas kesehatan lainnya.

Imunisasi MR ini tidak dipungut biaya alias gratis. Setelah masa kampanye berakhir, pelaksanaan pada tahun selanjutnya, imunisasi MR akan masuk ke dalam jadwal imunisasi rutin secara bertahap (diberikan pada anak usia sembilan bulan, 18 bulan dan anak kelas 1 SD/sederajat).

Selaras dengan hal tersebut, Kepala Perwakilan UNICEF di Indonesia, Gunilla Olsson menyatakan bahwa vaksin campak telah mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat global, sejak tahun 2000, sekitar 15,6 juta kematian anak telah dicegah melalui imunisasi campak global.

“Semua anak memiliki hak untuk bertahan hidup dan berkembang, serta menerima perlindungan dari penyakit mematikan. Di Indonesia dan di seluruh dunia, UNICEF dan para mitranya bekerja sama untuk memastikan semua anak terlindungi dari Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I), terutama anak-anak yang paling sulit dijangkau dan paling membutuhkan,” ujar Olsson.

“Setelah berhasil memvaksinasi lebih dari 35 juta anak-anak melawan campak dan rubella di Jawa tahun lalu, semua mitra sekarang bertujuan untuk mengimunisasi lebih dari 31 juta anak yang tinggal di ribuan pulau yang tersebar di tiga zona waktu, dari Sumatra ke Papua - setara dengan jarak antara London dan New York. Ini adalah tugas menantang yang memerlukan perencanaan yang matang, mobilisasi besar, dan kemitraan yang kuat,” tambah Olsson.

Perwakilan WHO untuk Indonesia, Dr N Paranietharan menyatakan bahwa kegiatan kampanye MR ini dilaksanaan dengan dukungan teknis dari WHO dan mitra. Hal ini merupakan langkah besar untuk mengurangi kematian dan penderitaan anak.

"Fokus kami adalah untuk melindungi anak-anak Indonesia dari campak dan rubella dengan menutup kesenjangan imunitas, yang sekarang dipercepat melalui pelaksanaan fase kedua dari kampanye imunisasi MR.

WHO telah bermitra dengan Indonesian Pediatric Society (IPS) untuk keterlibatan proaktif dan kolaborasi, dan 95% cakupan di semua tingkatan,” tutur Paranietharan.

Dalam rangka menyukseskan kampanye imunisasi MR, pemerintah telah menyediakan sejumlah 4,3 juta botol vaksin MR beserta alat suntik dan logistik pendukungnya, buku Petunjuk Teknis pelaksanaan, serta media sosialisasi kepada masyarakat (iklan layanan masyarakat) baik di televisi, radio dan media sosial.

Vaksin MR efektif untuk mencegah penyakit campak dan rubella, aman dan telah digunakan di lebih dari 141 negara di dunia, termasuk negara-negara Islam.

Vaksin MR yang digunakan telah mendapat rekomendasi dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan izin edar dari Badan POM.

Adapun pembiayaan kampanye dan introduksi imunisasi MR ini berasal dari dana APBN, hibah luar negeri GAVI (Global Alliance for Vaccine and Immunization), APBD tingkat provinsi dan kabupaten/kota, serta sumber lainnya.

Selain para mitra (WHO, UNICEF, dan GAVI), kegiatan kampanye imunisasi MR juga didukung oleh Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Agama, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kementerian Sosial, Tim Penggerak PKK Pusat, Organisasi Profesi seperti Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Ikatan Bidan Indonesia (IBI), dan Persatuan Perawat Nasional Indonesia, serta organisasi agama dan sosial kemasyarakatan terkait lainnya. [o]

Berita terkait
0
Staf Medis Maradona Akan Diadili Atas Kematian Legenda Sepak Bola Itu
Hakim perintahkan pengadilan pembunuhan yang bersalah setelah panel medis temukan perawatan Maradona ada "kekurangan dan penyimpangan"