Menikmati Wisata Kolam Pancing Lereng Gunung Ungaran

Seperti apa keasyikan berwisata bersama keluarga di kolam ikan Jimbaran, Bandungan, lereng Gunung Ungaran, Kabupaten Semarang?
Suasana keakraban di salah satu kolam pancing kawasan Jimbaran, Bandungan, di lereng Gunung Ungaran, Kabupaten Semarang. (Foto: Tagar/Budi Jaya Utomo)

Semarang - Nama Jimbaran di kawasan Bandungan, Kabupaten Semarang tidak asing lagi bagi warga Semarang dan sekitarnya. Tempat itu menjadi destinasi wisata favorit keluarga untuk menikmati kuliner ikan air tawar dan ragam fasilitas wisata lain di masa liburan, khususnya akhir pekan. 

Kawasan wisata yang berlokasi di lereng Gunung Ungaran sisi tenggara ini dikenal dengan fasilitas kolam pancingnya. Banyak kelompok usaha kolam pancing yang bertebaran di perkampungan dekat Pasar Jimbaran itu. Kesejukan suasana dan hijaunya pemandangan sekitar menjadi nilai plus pariwisata Jimbaran. 

Tidak terlalu sulit menuju kampung wisata Jimbaran. Jika Anda berasal dari luar Jawa Tengah, patokannya adalah Jalan Soekarno Hatta di Kabupaten Semarang. Dari pertigaan Lemahabang di jalan utama penghubung Semarang-Solo ini naik ke atas atau menuju arah Bandungan. Sekitar tujuh kilometer ketemu Pasar Jimbaran, belok kiri dan tidak sampai lima menit menyusuri jalanan desa akan sampai gerbang kampung selamat datang wisata Jimbaran.     

Seluruh kolam pancing di Jimbaran punya konsep kuliner lesehan atau duduk di lantai beralasakan tikar. Lengkap dengan meja untuk tempat makan atau meletakkan ragam menu makanan dan minuman. Duduk santai mengelilingi meja sembari makan dan ngobrol bersama anggota keluarga menjadikan pengunjung seolah berada di rumah sendiri.    

Dari sejumlah tempat kuliner berbasis kolam pancing di Jimbaran, ada satu tempat yang cukup melegenda dan selalu ramai di kunjungi wisatawan. Kuliner dan kolam pancing Suharno namanya, merupakan cikal bakal dari menjamurnya wisata serupa di Jimbaran.

“Suharno yang pertama dibuka pada tahun 1993, dan termasuk orang pertama yang membuka usaha tempat makan berkonsep pemancingan dan lesehan ini,” ujar kasir yang juga merangkap pencatat pesanan bernama Aji pada Tagar, Minggu sore, 1 Maret 2020.

Mereka bisa berkuda, terapi ikan, memancing ikan atau duduk santai sambil mengobrol di lesehan saat makanan sedang dimasak.

kolam pancing2Wisata kolam pancing di Jimbaran, lereng Gunung Ungaran, Kabupaten Semarang buka mulai pagi hingga malam hari. (Foto: Tagar/Budi Jaya Utomo)

Pemancingan Suharno tidak hanya membuka satu tempat usaha. Setidaknya ada dua tempat serupa yang juga dilabeli sesuai nama pemilik. Suharno II, kata Aji, didirikan pada tahun 2003. Sedangkan Suharno III yang paling baru dibangun sekitar dua tahun lalu.

“Waktu Suharno I sudah dirasa terlalu penuh, maka dibangun Suharno II yang berjarak sekitar 200 meter, dan kemudian Suharno III yang jaraknya juga sama,” ucap Aji.

Hujan yang turun pada hari itu tidak menyurutkan minat wisatawan untuk datang dan menikmati hidangan di kolam pancing itu. Sembari menunggu masakan yang ikannya langsung diambil dari kolam pribadi milik Suharno, pengunjung bisa menikmati aneka permainan atau atraksi yang disediakan di sana.

“Mereka bisa berkuda, terapi ikan, memancing ikan atau duduk santai sambil mengobrol di lesehan saat makanan sedang dimasak,” ujar Aji.

Beberapa kuda yang biasa disewakan tampak berbaris rapi di luar kompleks kolam Suharno. Para penjaga mengobrol santai sembari mengisap asap yang keluar dari bagian pangkal batangan rokok. Mereka tampak menunggu hujan reda.

Berjalan-jalan menikmati suasana asri Jimbaran tergolong fasilitas baru di Jimbaran. Pengunjung bisa naik ke atas punggung kuda sendiri, tentunya dengan didampingi guide yang memegang tali kendali di sekitar mulut hewan itu. Jika yang menunggang masih anak-anak, biasanya penjaga ikut naik ke pelana.

Dengan tarif Rp 25.000, Anda akan diajak merasakan asyiknya sensasi menunggang kuda ala koboi atau prajurit kerajaan zaman dulu. Jarak yang ditempuh sekali sewa sekitar dua kilometer. “Kalau tidak hujan biasanya lebih banyak pengunjung, apalagi kalau hari libur,” kata pria berusia 35 tahun tersebut.

berkunjung ke Suharno II dan mendapat tempat di pojok kiri yang tidak terganggu dengan lalu lalang pengunjung. Tidak beberapa lama kemudian, sejumlah kaum hawa usia lanjut menawarkan aneka makanan kecil.Tagar berkunjung ke Suharno II dan mendapat tempat di pojok kiri yang tidak terganggu dengan lalu lalang pengunjung. Tidak beberapa lama kemudian, sejumlah kaum hawa usia lanjut menawarkan aneka makanan kecil.

Sembari menunggu pesanan makanan berbahan ikan datang, Tagar berkeliling ke kolam-kolam yang ada di tempat tersebut. Terlihat beberapa anak menjulurkan kaki di kolam terapi ikan. Mereka tampak kegelian saat telapak kaki mulai didekati dan disentuh mulut puluhan ikan kecil berwarna gelap itu.

Di tengah tempat duduk lesehan terdapat kolam besar yang berfungsi sebagai pemancingan. Pengunjung, biasanya anak-anak, bisa memancing di kolam itu. Jika bawa peralatan sendiri bisa langsung melempar kail ke kolam. Tapi yang tak membekali joran bisa menyewa alat pancing dan membeli umpan di loket tak jauh dari kasir. 

Seorang bapak terlihat sabar mengajari dan menunggu anaknya memancing. Keduanya tak menghiraukan keriuhan di sekitar. Tak menunggu lama, anak itu terlihat panik tapi kegirangan takala umpannya disambar ikan lele. Pelan tapi pasti, dibantu sang ayah, bocah usia sekitar enam tahun itu berhasil mengangkat ikan dan memindahkannya ke wadah berjaring yang dikaitkan paku di pinggir kolam. 

Bagi yang ingin membawa pulang bisa saja, asal membayar ke kasir dengan harga per kilogram yang tertera di papan pengumuman. Atau ingin dimasak untuk kemudian disantap ramai-ramai, juga boleh. Namun kebanyakan para pengunjung diam-diam melepas lagi ikan hasil tangkapannya ke kolam.  

Tidak berapa lama, terdengar alunan musik yang dibawakan oleh sekelompok seniman setempat. Lagu yang nyanyikan tidak asing di telinga pengunjung. Mereka memainkan tembang Jawa bergenre campursari dan dangdut yang kerap dilantunkan oleh Didi Kempot, Via Valen, atau Nela Kharisma. Mereka berjalan mengelilingi area lesehan sembari terus memainkan ragam alat musik yang dibawa.

Banyak di antara pengunjung yang meminta lagu tambahan ke para pemusik. Bahkan, ada kelompok anak muda yang lagu permintaannya dimainkan dengan bagus tampak kegirangan dan berjoget bersama mengikuti alunan musik.

Harga Terjangkau

kolam pancing3Daftar harga menu di tempat wisata kolam pancing di Jimbaran, lereng Gunung Ungaran, Kabupaten Semarang, terpampang jelas di tembok. (Foto: Tagar/Budi Jaya Utomo)

Bagi warga Kota Semarang, pemancingan di Jimbaran memang menjadi penawar wisata menyejukkan ditengah panasnya terik wilayah pesisir. Pun demikian warga pendatang, didominasi kalangan mahasiswa yang indekos di Semarang, pemancingan Jimbaran bukan sekadar tempat wisata. Konsep lesehan yang tersaji kerap dijadikan pilihan tempat kumpul maupun rapat bersama membahas kegiatan organisasi. 

Dan pemancingan dan lesehan yang ada rata-rata buka mulai pukul 07.00 WIB hingga 21.00 WIB. Wisatawan lokal sudah banyak yang tahu hal itu, termasuk hafal dengan harga makanan di sana. Mereka pun juga mengetahui ragam pilihan ikan yang dapat diolah, baik bakar maupun goreng. Ada ikan lele, gurami, nila, bawal dan ikan mas atau karper. 

“Biasanya kami datang rombongan, tapi hari ini hanya berempat bersama keluarga saja,” ujar Yanti, 42 tahun yang tengah menunggu makanan olahan ikan sambil ditemani suami dan dua anaknya.

Makanan segini harganya hanya sekitar seratus ribu, sangat murah.

Tidak berapa lama, makanan dan minuman yang dipesan keluarga tersebut datang. Sebuah baki yang berisi empat ekor lele bakar, dua bakul kecil nasi putih, lalapan, serta sambal dan seteko teh hangat diantar secara bertahap oleh pegawai Suharno. “Makanan segini harganya hanya sekitar seratus ribu, sangat murah. Apalagi tempatnya juga enak untuk bersantai bersama keluarga," ucap dia.

Dalam sekejap, keluarga itu tampak menyerbu hidangan itu. Lele bakar yang tersaji terlihat terlalu besar saat dipindah ke piring makan. “Biasanya kami juga pesan ikan yang goreng, tapi kali ini anak-anak pengin yang bakar,” ujarnya. Ikan yang digoreng, kata Yanti, juga tidak kalah nikmat. Dagingnya empuk dan kulitnya garing serta gurih.

Di tempat tersebut tidak disediakan sendok dan garpu, meski bisa disediakan jika memang ada permintaan. Jadi pengunjung makan dengan cara muluk atau makan dengan tangan langsung. Ada kran yang mengalirkan air dan sabun untuk keperluan cuci tangan di tiap sudut area kolam pancing. Kurang dari setengah jam kemudian makanan yang disediakan sudah ludes. 

“Matangnya pas dan bumbunya meresap, antara manis dan gurih seimbang,” tutur Yanti sambil memasukan suapan nasi dan potongan ikan bakar ke mulutnya. 

Jadi jika Anda masih bingung dengan destinasi asyik yang mengeyangkan perut, bisa menambah kehangatan keluarga atau mempererat kekerabatan dengan kawan komunitas, wisata kolam pancing di Jimbaran bisa jadi pilihan tepat. []

Baca juga:

Berita terkait
Tirto Argo Siwarak, Sensasi Kesegaran Mata Air Gunung Ungaran
Saking jernihnya air, Anda bisa leluasa memandang dasar kolam dengan mata terbuka.
Sepotong Kenangan di Jembatan Romantis Curug Lawe
Jurang dengan kedalaman tak terukur, tak terlihat dasarnya, menganga di bawah jembatan.
Curug Lawe, Eksotisme Air Terjun di Belantara Gunung Ungaran
Melintasi turunan curam, tikungan tebing, terhampar kejernihan air yang jatuh dari ketinggian, berbias sinar matahari, tampak seperti untaian benang putih.
0
Sejarah Ulang Tahun Jakarta yang Diperingati Setiap 22 Juni
Dalam sejarah Hari Ulang Tahun Jakarta 2022 jatuh pada Rabu, 22 Juni 2022. Tahun ini, Jakarta berusia 495 tahun. Simak sejarah singkatnya.