Menhub Budi Karya Harus Benahi Transportasi Perkotaan

Transportasi perkotaan di kota-kota besar di Indonesia tidak efisien sehingga diperlukan rekayasa teknologi transportasi agar efektif dan efisien
Angkutan umum di Singapura (Foto: todayonline.com)

Oleh: Syaiful W. Harahap

Transportasi perkotaan di kota-kota besar di Indonesia tidak efisien. Dari halte, terminal dan stasiun kereta api (KA) warga perkotaan tetap memerlukan angkutan lain yaitu ojek, bajaj atau mikrolet. Ini bertolak belakangan dengan Singapura, Kuala Lumpur atau Bangkok.

Di kota-kota itu jaringan transportasi massal perkotaan, yaitu mass rapid transit (MRT), melewati permukiman, pusat pemerintahan dan pusat perekonomian. Di kota-kota tsb. tidak perlu lagi ojek, bajaj atau mikrolet karena halte, terminal dan stasiun KA karena dekat dengan permukiman, pusat pemerintahan dan pusat perekonomian.

Jika kita naik MRT di Kuala Lumpur di setiap stasiun banyak motor dan mobil yang parkir. Dari permukiman warga di Kuala Lumpur naik motor atau mobil ke stasiun MRT, sedangkan di pusat kota pusat-pusat kegiatan dekat dengan halte atau stasiun MRT.

Gambaran itu sudah terlihat di jalur-jalur KRL (kereta rel listrik) di Jakarta-Cikarang, Jakarta-Bogor, Jakarta-Tengerang dan Jakarta-Rangkasbitung. Di setiap stasiun pada jalur-jalur KRL itu sudah ada lahan parkir yang luas. Di pagi hari penuh dengan motor dan mobil sedangkan di sore hari mulai berkurang karena pemiliknya pulang kerja dari Jakarta. Mereka ini disebut penglaju (commuter) yaitu warga luar Jakarta yang setiap hari berangkat ke Jakarta dan sore hari pulang ke daerahnya.

Jaringan MRT SgJaringan MRT di Singapura (Sumber: asistenliburan.com)

Konsep perumahan nasional (Perumnas) pada mulanya dirancang agar dekat dengan stasiun KRL sehingga warga tidak perlu lagi memakai angkutan kota dari rumah ke stasiun. Tapi, yang terjadi sekarang justru sebaliknya. Stasiun KRL jauh dari permukiman. Hanya di Depok Perumnas berada di stasiun KRL.

Di sepanjang jalur KRL Tanah Abang-Rangkasbitung pengembang besar dan kecil mulai membangun perumahan di sekitar stasiun-stasiun yang dilewati KRL. Ini merupakan langkah yang baik untuk mengurangi pemakaian alat transportasi lain karena warga bisa jalan kaki atau menggowes sepeda ke stasiun KRL.

Jalur KRL memang ‘warisan’ Belanda sehingga tidak bisa diubah. Di Jakarta, misalnya, pusat pemerintahan dan perekonomian ada di Jalan Sudiman-Jalan Thamrin-Jalan Merdeka Barat. Stasiun KRL ada di Sudirman atau Dukuh Atas. Ada lagi di Gondangdia. Akibatnya, pekerja terpaksa naik angkutan lain untuk mencapai tempat kerja.

Untunglah ada jaringan bus Transjakarta yang melewati Jalan Sudirman-Jalan Thamrin-Jalan Merdeka Barat sehingga membantu pekerja dan warga yang akan berurusan di sepanjang jalur tsb.

Belakangan Jokowi, waktu itu sebagai Gubernur DKI Jakarta, membangun jalur MRT (bawah tanah dan layang) dari Bundaran HI sampai Lebak Bulus. Ini sangat membantu pekerja di sepanjang jalur itu karena shelter ada di pusat-pusat pemerintahan dan perekonomian.

Selain jaringan bus Transjakarta dan MRT kini dibangun pula jaringan jalur kereta ringan (LRT/light rail transit) yaitu kereta layang dai Cibubur-Dukuh Atas lewat Kuningan dan Bekasi-Cawang. Kehadiran LRT diharapkan akan memberikan kemudahan bagi warga dan penglaju.

Konsep jaringan transportasi yang membelah permukiman menuju ke pusat-pusat pemerintahan dan perekonomian di pusat kota perlu dikembangkan di kota-kota besar lain di Indonesia, seperti Surabaya, Medan, Makassar, Semarang, dll.

Jaringan transportasi yang efisien akan mengurangi pemakaian bahan bakar minyak (BBM) sehingga menurunkan pengeluaran keluarga dan mengurangi polusi udara. []

Berita terkait
Jelang Pelantikan, Jokowi Panggil Menhub Budi Karya
Tiga hari jelang pelantikan Presiden terpilih Jokowi memanggil Menhub Budi Karya ke Istana Kepresidenan Jakarta.
Kemenhub Bakal Atur Kecepatan Melaju di Tol Cipularang
Kemenhub berencana mengevaluasi aturan terkait kecepatan saat melaju di jalan tol jika diperlukan, menyusul kecelakaan maut di Cipularang hari ini.
Kebijakan Perluasan Gage dan Kenaikan Penumpang MRT
Kebijakan perluasan ganjil-genap (gage) di DKI Jakarta belum berdampak signifikan terhadap kenaikan jumlah penumpang MRT.