Malang - Bertepatan dengan Hari Batik Nasional pada Jumat, 2 Oktober 2020, Kampung Budaya Polowijen di Kecamatan Blimbing, Kota Malang mematenkan sebuah warisan budaya batik bermotif Ken Dedes. Batik motif Ken Dedes terinspirasi dari Arca Prajna Paramita atau patung permaisuri pendiri Kerajaan Tumapel, Ken Arok.
Penggagas Kampung Budaya Polowijen Isa Wahyudi mengatakan dipatenkannya batik bermotif Ken Dedes ini sebagai upaya melestarikan dan menambah khazanah batik di Malang. Apalagi, dia menyebutkan batik sudah diakui sebagai warisan budaya Indonesia oleh The United Nations Educational, Scientific and Culture Organization (UNESCO).
Tak ketinggalan di Kampung Budaya Polowijen ini. Sejak berdirinya KBP (Kampung Budaya Polowijen) ini sudah melatih 50 warga Polowijen untuk membatik.
Selain itu, dia menyampaikan batik juga mampu meningkatkan kehidupan ekonomi kreatif bagi pelaku usaha dan pecintanya. Sehingga, kata dia, baik pengusaha, pengrajin hingga komunitas batik sendiri beramai-ramai mengembangkan motif batik sesuai dengan kekhasan di daerahnya masing-masing.
"Tak ketinggalan di Kampung Budaya Polowijen ini. Sejak berdirinya KBP (Kampung Budaya Polowijen) ini sudah melatih 50 warga Polowijen untuk membatik. Dan ini, sudah berjalan empat tahunan," ujarnya.
Isa menjelaskan batik motif Ken Dedes ini inspirasinya mengambil dari logo Kampung Budaya Polowijen. Logo itu sendiri dirancang dengan sebagiannya mengambil dari motif-motif di Arca Prajna Paramita atau patung Ken Dedes.
Disebutkannya yaitu motif dari batik Ken Dedes ini terdiri dari muka mahkota, sumping dan kalung yang dikenakan atau dipakai oleh Ken Dedes.
"Jadi, tidak diambil secara keseluruhan. Melainkan hanya muka beserta rambut yang di gelung, bermahkota dan di lehernya dihiasi kamung yang menjulur hingga dadanya," tuturnya.
Di sisi lain, dia menyampaikan juga karena keberadaan Kampung Budaya Polowijen terletak di Kecamatan Blimbing Kota Malang berdekatan dengan situs Ken Dedes. Dia menyebutkan kampungnya itu ditengarai tempat tinggal Ken Dedes sejak kecil hingga dewasa.
Kala itu, dia menyebutkan Kelurahan Polowijen dulunya masih bernama Panawidyan. Sebagaimana tertulis dalam Prasasti Wurandungan/Kanuruhan B. Di prasasti itu disampaikan bahwa pada hari Rabo Wage, tanggal 10 paro terang (suklapaksa), bulan Palguna, tahun Saka 865 (7 Nopember 944 Masehi).
"Karena itu, dipatenkannya motif batik Ken Dedes pada tanggal 2 Oktober suatu keistimewaan. Karena memang bertepatan pada Hari Batik Nasional, ini menjadi salah satu ikon bagi Kampung Budaya Polowijen," tuturnya.
Sebagaimana diketahui, Malang sudah memiliki beragam motif batik seperti Batik Celaket, Malang Kucecwara, Tugu Malang dan Bunga Teratai hingga motif Topeng Malangan. Terbaru hadir menambah khazanah batik bermotif Ken Dedes dari Kelurahan Polowijen ini. [](PEN)