Strategi Ketahanan Kewirausahaan Pembatik Betawi Hadapi Krisis dan Perubahan Zaman

Kain batik tidak hanya sekedar komoditi yang diperdagangkan, melainkan juga melekat nilai budaya lokal yang tercermin dalam beragam motif.
Strategi Ketahanan Kewirausahaan Pembatik Betawi Hadapi Krisis dan Perubahan Zaman

TAGAR.id, Jakarta - Kain batik tidak hanya sekedar komoditi yang diperdagangkan, melainkan juga melekat nilai budaya lokal yang tercermin dalam beragam motif.

Begitupun juga dengan kain batik Betawi syarat akan nilai-nilai budaya Betawi yang oleh pemerintah provinsi DKI Jakarta dimasukan dalam 8 ikon budaya Betawi yang perlu dilestarikan (Pergub No 11 tahun 2017). 

Namun untuk terus melestarikan kain batik Betawi tentunya tidak hanya peran dari pemerintah saja melalui aturan pergub, terdapat peran utama dari para pengrajin dan pengusaha batik Betawi untuk tetap bertahaan menjalankan usaha sekaligus mengembangkan batik Betawi.

Untuk itu perlu memahami bagaimana para pengrajin batik Betawi berusaha tetap bertahan dan terus menghasilkan karya batik Betawi ditengah terjangan krisis seperti pandemi Covid-19 dan perubahan zaman menjadi serba digital. 

Pada tanggal 5 Juli 2023, tim pengabdian masyarakat SKSG-UI yang diketuai oleh. Dr. Palupi Lindiasari Samputra beserta anggota Dra. Agnes Sri Poerbasari, M.Si mengadakan FGD kepada lima pengrajin batik Betawi di Jakarta dengan memanfaatkan teknologi digital berupa Aplikasi Zoom meeting. 

Kemudian dilanjutkan dalam forum whatsapp group untuk menggali pengalaman pengrajin batik dalam menghaadapi kondisi krisis seperti Pandemi Covid-19.

Dr. Palupi Lindiasari Samputra menjelaskan pentingnya memahami pengalaman pengrajin dalam menghadapi kondisi krisis merupakan bagian dari kajian ilmu ketahanan yang perlu diperkenalkan kepada para pengrajin batik, serta bermanfaat memperkuat kebijakan pemerintah dalam memahami persoalan dari sudut pandang pelaku usaha.

"Jika ditinjau dari ketahanan kewirausahaan terdapat tiga poin penting yang dapat dipelajari dari hasil FGD pengrajin batik, yaitu kekuatan diri sendiri, kemampuan cognitive, dan kemampuan sosial. Ketiganya sejalan dengan konsep ketahanan kewirausahaan," katanya.

Dia menegaskan, mayoritas peserta FGD memandang kondisi krisis saat Pandemi Covid-19 di awal tahun 2020 banyak membawa pelajaran diri, di antaranya pengrajin menjadi lebih banyak waktu untuk menggali potensi diri, menginstrospeksi diri, dan menerima keadaan tanpa mengeluh serta terus berusaha mencari peluang usaha. 

"Ini menjadi poin penting dalam mendorong kemampuan kognitif untuk menghasilkan inovasi produk batik. Contoh inovasi berupa diferensiasi produk seperti baju batik, tempat tisu, hingga masker non-medis. Produk inovasi juga berkembang melalui inspirasi motif-motif batik baru," katanya.

Selain itu, diferensiasi pekerjaan semakin meluas tidak hanya terpaku pada produksi kain batik, melainkan pengrajin juga mengembangkan keahlian sekaligus menambah pendapatannya melalui memberikan pelatihan atau kursus membatik, menjadi pembicara di event batik serta kolaborasi dengan komunitas kain.

"Kemampuan sosial atau yang sering disebut modal sosial sangat dibutuhkan para pengrajin, dimana mereka saling tolong-menolong dalam hal sharing pesanan, sharing ilmu membatik dan memberikan bantuan kepada pembatik di daerah yang paling terkena dampak krisis yang bersumber dari hasil penjualan atau lelang batik," katanya.

Belajar dari kondisi krisis, ditegaskan dia, para pembatik sangat setuju jika usaha batik dapat dikelola secara bersama-sama dengan prinsip kekeluargaan. Namun dengan catatan setiap individu memiliki karakter jujur dan dapat dipercaya. Artinya kunci keberhasilan usaha bersama terletak pada integritas dan akhlak para pelaku usahanya sendiri.

Selain itu, kemampuan kognitif dari para pengrajin makin meningkat sebagai modal untuk keberlangsungan usahanya. Karena memiliki banyak waktu, para pembatik mempelajari teknologi digital dan memanfaatkannya. 

Media sosial sering dijadikan pilihan untuk promosi maupun penjualan seperti Instagram, whatsapp dan facebook. Marketplace seperti Tokopedia dan Shoppe kerap menjadi pilihan juga sebagai alternatif berjualan. 

Tidak hanya itu, adopsi teknologi digital juga disadari akan merambah hingga proses produksi. Sehingga kedepan pembatik harus melek teknologi dengan menambah skill terkait pemrograman seperti corel draw yang digunakan untuk menggambar motif batik melalui computer.

"Pada akhirnya, belajar dari pengalaman para pembatik menunjukan ketangguhannya dalam menghadapi dan beradaptasi terhadap krisis Pandemi Covid-19 maupun kehadiran teknologi digital. Kedepan pemerintah diharapkan berperan dalam mendorong kemampuan para pembatik melalui pemberian pelatihan membatik yang berjenjang, mulai tingkat keahlian dasar hingga keahlian tinggi," pungkasnya.[]

Berita terkait
Partisipasi Antarpihak Menguat Indonesia Berupaya Pulih Pasca Covid-19
Indonesia melaporkan partisipasi antarpihak saat ini kian menguat, bersatu padu berupaya pemulihan memulihkan negara pasca pandemi Covid-19.
239 Orang Dilaporkan Meninggal di China pada Juni 2023 Akibat Covid19
China sebelumnya melaporkan 164 kematian pada Mei dan tidak ada kematian sama sekali pada Maret dan April
Keppres Penetapan Status Pandemi Covid-19 di Indonesia Berakhir
Penetapan kedaruratan kesehatan masyarakat Covid-19 dan penetapan bencana nonalam penyebaran Covid-19 sebagai bencana nasional juga dicabut
0
Strategi Ketahanan Kewirausahaan Pembatik Betawi Hadapi Krisis dan Perubahan Zaman
Kain batik tidak hanya sekedar komoditi yang diperdagangkan, melainkan juga melekat nilai budaya lokal yang tercermin dalam beragam motif.