Jakarta - Tak lama lagi umat Kristen dan Katolik akan merayakan hari Paskah pada Jumat 19 April 2019. Bicara soal Paskah tentu saja mengingat tradisi Telur Paskah.
Mungkin tak banyak yang mengetahui apa hubungan perayaan Paskah dengan telur. Sebenarnya memang telur tidak memiliki kaitan khusus dengan Paskah karena di dalam Alkitab tidak membahas persoalan telur dengan Paskah.
Namun jika menelisik kebelakang, telur Paskah itu berasal dari tradisi kesuburan kaum Indo-Eropa di mana telur merupakan simbol musim semi. Pada dahulu kala orang-orang di Persia saling menghadiahkan telur pada saat perayaan musim semi. Bagi mereka dulu, hal itu menandakan dimulainya tahun yang baru.
Pada abad-abad pertama kekristenan, tradisi ini sulit dihapus karena hari Paskah memang kebetulan selalu jatuh pada setiap awal musim semi. Perayaan musim semi selalu dirayakan dengan meriah mengiringi kegembiraan meninggalkan musim dingin. Tumbuh-tumbuhan dan bunga mulai tumbuh dan bermekaran, dan suasana keceriaan seperti ini menjadi saat yang tepat untuk membagi-bagikan hadiah.
Sejak saat itu, membagi-bagikan telur pada hari paskah akhirnya diterima oleh gereja selain untuk merayakan datangnya musim semi, juga karena telur memberikan gambaran/simbol akan adanya kehidupan.
Karena perayaan Paskah dan musim semi selalu tiba pada waktu yang bersamaan, tradisi ini pun sulit untuk dihapuskan, hingga akhirnya tradisi membagikan telur tersebut menjadi bagian dari perayaan Paskah. Lalu, seiring berjalannya waktu, tradisi telur Paskah pun terus berkembang dan populer di Eropa Utara dan Asia.
Dalam Kristen, telur mendapatkan makna religius, yaitu sebagai simbol makam batu di mana Yesus keluar menyongsong hidup baru melalui kebangkitan-Nya. Selain itu ada alasan yang sangat praktis menjadikan telur sebagai tanda istimewa Paskah, yaitu karena dulu telur merupakan salah satu makanan pantang selama Masa pra-Paskah.
Ilustrasi kelinci dan telur Paskah. (Foto: Istimewa)
Umat Kristen sejak awal telah mewarnai telur-telur Paskah dengan warna-warna cerah, meminta berkat atasnya, menyantapnya, serta memberikannya kepada teman dan sahabat sebagai hadiah Paskah. Perayaan Paskah bagian umat kristiani adalah bagian yang sangat penting karena kebangkitan Tuhan Yesus dari kematian.
Berbicara tradisi, pada abad pertengahan tradisi telur-telur dibagikan pada Hari Raya Paskah kepada semua pelayan. Terdapat catatan bahwa Raja Edward I dari Inggris (1307) yang memerintahkan agar 450 butir telur direbus menjelang Paskah. Setelah direbus, telur itu diberi warna atau dibungkus dengan daun keemasan, yang kemudian akan dibagi-bagikannya kepada seluruh anggota keluarga kerajaan pada Hari Raya Paskah.
Telur Paskah biasanya dibagikan kepada anak-anak sebagai hadiah Paskah bersama dengan hadiah-hadiah lain. Kebiasaan ini berakar kuat di Jerman di mana telur-telur disebut Dingeier (telur-telur yang dihutang). Sehingga berkembanglah di Prancis, Jerman, Austria dan Inggris, di mana anak-anak, bahkan hingga sekarang menuntut telur-telur Paskah sebagai hadiah mereka.
Namun demikian, dikebanyakan negara juga, telur-telur itu diberi warna polos dengan pewarna dari tumbuh-tumbuhan. Di kalangan orang Kasdim, Suriah dan Yunani, umat saling menghadiahkan telur-telur berwarna merah demi menghormati darah Kristus. Di daerah-daerah di Jerman dan Austria, hanya telur-telur berwarna hijau saja yang dipergunakan pada Hari Kamis Putih, tetapi telur-telur yang berwarna-warni dipergunakan selama perayaan Paskah. Orang-orang Slavia membuat pola-pola istimewa dengan emas dan perak.
Berbeda dengan di Jerman dan beberapa negara Eropa tengah, telur-telur yang dipergunakan untuk memasak hidangan Paskah tidak dipecahkan, melainkan ditusuk dengan jarum di kedua ujungnya, lalu isinya dikeluarkan dengan meniupnya ke dalam mangkok. Kulit-kulit telur kosong diberikan kepada anak-anak untuk dipergunakan dalam berbagai macam permainan Paskah.
Di beberapa daerah di Jerman, kulit-kulit kosong tersebut digantungkan pada semak-semak dan pohon sepanjang pekan Paskah, mirip dengan pohon Natal. Orang-orang Armenia menghiasi kulit telur kosong mereka dengan gambar-gambar Kristus yang Bangkit, Bunda Maria, dan gambar-gambar religius lainnya, untuk diberikan kepada anak-anak sebagai hadiah Paskah.
Tradisi Menghias Telur dan Berbagai Permainan dengan Telur Paskah
Pada saat Paskah tradisi umum lainnya yaitu di antara anak-anak hingga dewasa melakukan tradisi menghias telur paskah. Telur Paskah biasanya diwarnai dengan cat atau spidol. Saat merayakan Paskah dibanyak negara adalah memburu telur Paskah yang biasanya dilakukan anak-anak di sekolah atau gereja. Telur-telur ini, biasanya diletakkan di semak-semak, atau disembunyikan di kebun-kebun, di belahan pohon, di antara batu-batu, atau di tempat-tempat yang sukar dicari orang.
Mereka akan mencari telur-telur rebus yang sudah dihias dan disembunyikan. Anak-anak yang paling banyak mengumpulkan telur akan jadi pemenangnya. Ada juga permainan lempar telur Paskah yang dilakukan oleh warga Inggris utara. Caranya dengan mewajibkan setiap peserta untuk melempar telur peserta lain dengan telurnya sendiri. Pemenangnya adalah mereka yang telurnya paling utuh di akhir lomba.
Di Inggris dan Jerman ada permainan menjatuhkan telur Paskah dengan digelindingkan menuruni tebing. Pemenangnya tentu aja yang telurnya jatuh menyentuh dasar duluan. Yang nggak kalah seru adalah permainan dansa telur! Setiap peserta diminta meletakkan telur di lantai dan berdansa di antaranya. Mereka diwajibkan dapat berdansa dengan baik tanpa menginjak satu butir telur pun.
Sekarang ini, di pusat perbelanjaan, hotel, dan tempat umum lainnya akan dijumpai hiasan telur jelang perayaan Paskah ini.
Baca juga: Kapan Pertama Kali Natal Dirayakan?
