Media Resmi China Kecilkan Keparahan Covid di Negara Itu

Minimnya keakuratan data kasus infeksi dan angka kematian Covid-19 telah mendapat sorotan di dalam dan luar negeri
Ilustrasi – Warga China pakai masker (Foto: dw.com/id - Andy Wong/AP/dpa/picture alliance)

TAGAR.id, Jakarta - Media pemerintah China mengecilkan tingkat keparahan gelombang Pandemi Covid-19 di Negeri Tirai Bambu itu yang saat ini sedang melonjak.

Para ilmuwan negeri itu dijadwalkan memberikan penjelasan kepada Organisasi Kesehatan Dunia PBB (WHO) tentang mutasi virus corona pada Selasa, 3 Januari 2023.

Keputusan pemerintah China melonggarkan pembatasan Covid-19 pada 7 Desember 2022, ditambah minimnya keakuratan data kasus infeksi dan angka kematian telah mendapat sorotan di dalam dan luar negeri.

Beberapa negara bahkan telah memberlakukan pembatasan perjalanan untuk pendatang dari China.

Perebakan virus corona yang sebagian besar tidak terkendali juga mengakibatkan terjadinya lonjakan permintaan untuk layanan rumah duka. Pakar kesehatan internasional bahkan memperkirakan setidaknya satu juta kematian terjadi di negara itu tahun ini.

China melaporkan tiga kematian akibat Covid-19 pada hari Senin, 2 Januari 2023, bertambah satu kematian dari hari Minggu, 1 Januari 2023. Angka resmi kematian sejak pandemi kembali bertambah, dan kini sudah mencapai 5.253 jiwa.

warga di shanghai masa covidSeorang wanita yang memakai masker melihat laptopnya di jalan, saat pandemi Covid-19 masih terus terjadi di Shanghai, China, 14 Desember 2022. (Foto: voaindonesia.com/Reuters)

Dalam sebuah artikel pada hari Selasa, 3 Januari 2023, People's Daily, surat kabar resmi Partai Komunis, mengutip beberapa pakar China yang mengatakan penyakit yang disebabkan oleh virus itu relatif ringan bagi sebagian besar orang.

"Penyakit parah dan kritis mencapai 3% hingga 4% dari pasien yang terinfeksi yang saat ini dirawat di rumah sakit yang ditunjuk di Beijing," kata Tong Zhaohui, Wakil Presiden Rumah Sakit Chaoyang Beijing, mengatakan kepada surat kabar itu.

Kang Yan, Kepala Rumah Sakit Tianfu China Barat Universitas Sichuan, mengatakan bahwa dalam tiga minggu terakhir, total 46 pasien yang sakit kritis telah dirawat di unit perawatan intensif, terhitung sekitar 1% dari infeksi bergejala.

Sementara lebih dari 80% dari mereka yang tinggal di provinsi Sichuan barat daya telah terinfeksi, kata otoritas kesehatan setempat.

Ilmuwan China diminta jelaskan details virus

WHO pada pekan lalu mendesak pejabat kesehatan China untuk secara rutin membagikan informasi spesifik dan real time tentang situasi Covid-19.

Badan tersebut juga telah mengundang para ilmuwan China untuk mempresentasikan data terperinci tentang mutasi virus pada pertemuan kelompok penasihat teknis yang dijadwalkan pada hari Selasa, 3 Januari 2023.

China diharapkan bisa memberikan informasi lebih banyak terkait data pengurutan genetik, data rawat inap, kematian, dan vaksinasi.

pasien covid di rs wuhan chinaPekerja medis dengan pakaian pelindung merawat pasien Cocid-19 di unit perawatan intensif rumah sakit yang ditunjuk selama wabah Covid-19 di Wuhan, China, 6 Februari 2020. (Foto: voaindonesia.com/via Reuters)

Tawaran Uni Eropa

Sementara itu, Uni Eropa telah menawarkan vaksin Covid-19 gratis ke China untuk membantu mengatasi wabah tersebut, demikian laporan Financial Times, pada hari Selasa, 3 Januari 2023.

Pejabat kesehatan pemerintah UE akan mengadakan pembicaraan pada hari Rabu, 4 Januari 2023, tentang tanggapan terkoordinasi terhadap wabah China, kata kepresidenan UE Swedia pada hari Senin, 2 Januari 2023.

Sementara Amerika Serikat, Prancis, Australia, India, dan beberapa negara lainnya telah memutuskan akan mewajibkan tes Covid-19 pada pendatang dari China, sedangkan Belgia mengatakan akan menguji air limbah dari pesawat dari China untuk varian baru Covid-19.

China telah menolak kritik terhadap data COVID-nya dan media pemerintahnya menyebut pembatasan baru itu "diskriminatif". Para pejabat pemerintahan juga menganggap sepele risiko varian baru dengan mengatakan setiap mutasi baru mungkin lebih menular, tetapi tidak menyebabkan penyakit yang parah.

covid di chinaIlustrasi – (Foto: dw.com/id - cnsphoto via REUTERS)

Kekhawatiran ekonomi

Ketika virus menyebar, masyarakat di seluruh China jatuh sakit, meningkatkan kekhawatiran tentang prospek pertumbuhan ekonomi terbesar kedua di dunia yang membebani saham Asia.

Data pada hari Selasa, 3 Januari 2023, menunjukkan aktivitas pabrik China menyusut, jauh di bawah target pada Desember lalu, karena gelombang virus corona mengganggu proses produksi.

Tingginya infeksi di China dalam beberapa bulan ke depan kemungkinan akan semakin memukul perekonomian negara itu pada tahun ini dan menyeret pertumbuhan global, kata Kepala Dana Moneter Internasional, Kristalina Georgieva.

"China sedang memasuki minggu-minggu pandemi yang paling berbahaya," analis di Capital Economics memperingatkan.

"Pihak berwenang sekarang hampir tidak melakukan upaya untuk memperlambat penyebaran infeksi dan dengan dimulainya migrasi menjelang Tahun Baru Imlek, provinsi mana pun yang saat ini tidak berada dalam gelombang Covid-19 besar akan segera terjadi."

Data mobilitas menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi tertekan secara nasional dan kemungkinan akan tetap demikian sampai gelombang infeksi mulai mereda, tambah mereka. [ha/gtp (Reuters)]/dw.com/id. []

Berita terkait
Tes Covid Bagi Pelancong dari China Adalah Tindakan yang Sederhana
Mulai 5 Januari 2023 pelancong melalui udara dari China daratan, Hong Kong, atau Makau ke Australia harus tunjukkan tes Covid-19 negatif
0
Media Resmi China Kecilkan Keparahan Covid di Negara Itu
Minimnya keakuratan data kasus infeksi dan angka kematian Covid-19 telah mendapat sorotan di dalam dan luar negeri