Untuk Indonesia

Mbilung Jadi Presiden RI

Sangat menarik jika kita berspekulasi, bagaimana jika sosok Mbilung jadi Presiden RI?
Karakter Mbilung dalam dunia pewayangan. (Foto: Istimewa)

Oleh: Bagas Pujilaksono Widyakanigara* 

Sangat menarik jika kita berspekulasi, bagaimana jika sosok Mbilung jadi Presiden RI?

Dalam kehidupan manusia, atau jika sosok manusia dilihat dari perspektif spiritual, selalu ada dikotomi antara hal baik dan hal buruk.

Dalam cerita pewayangan, hal buruk ini diwakili oleh keluarga Kurawa dan hal baik diwakili oleh keluarga Pandawa.  Dan, sosok yang selalu mengajak keluarga Pandawa untuk selalu berbuat kebajikan adalah abdi Punakawan (Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong). 

Sedang sosok yang selalu mengajak keluarga Kurawa berbuat kejahatan adalah Togog dan Mbilung. Dengan tampilan wajah yang buruk, bodoh dan jahat, tidak henti-hentinya Mbilung memprovokasi Duryudana dan adik-adiknya untuk selalu membenci Pandawa, tanpa bisa melihat secara obyektif tentang Pandawa.

Pokoknya, Pandawa adanya salah dan buruk. Bahkan, atas bujuk rayu Mbilung, perang besar di Padang Kurusetra dikobarkan oleh Duryudana sebagai Raja Hastinapura melawan Pandawa. Perang besar dalam sejarah manusia yang dikenal dengan Perang Baratayuda pada dasarnya adalah perang saudara.

Jelas Mbilung dilihat dari bobot, bibit dan bebet hanyalah trah gedibal atau pembantu dengan perilaku yang amat jahat dan licik. Semua tindakannya hanya menuju kehancuran dan perpecahan.

Bagaimana jika Indonesia yang masyarakatnya amat sangat plural, dengan falsafah hidup yang sangat luhur yang tercermin dalam kelima sila dari Pancasila, tiba-tiba dipimpin oleh Presiden Mbilung?

Di zaman feodalisme dahulu, Nusantara sangatlah mistis. Seorang Raja harus Ketunggon Wahyu (memiliki Wahyu), jika ingin Tahtanya berjalan mulus dan sukses. Wahyu bermakna rasional yaitu dukungan politik dari rakyat dan bermakna irasional yaitu dukungan dari alam semesta termasuk Tuhan.  

Dalam realitasnya, banyak juga raja Mbilung bertahta di Nusantara, dimana hanya memburu hawa nafsu, menjungkir-balikkan sejarah, menerjang tradisi dan perbuatannya jauh dari tuntunan agama.  

Presiden Indonesia, jika dilihat dari budaya Jawa, bisa dianalogikan sebagai seorang raja besar dengan segala kejujuran dan keluhuran budi pekertinya memimpin republik ini. 

Idealnya, Presiden Indonesia harus mempunyai rekam jejak yang jelas: tidak mempunyai sejarah gelap di masa lalu, bukan berasal dari keluarga pengkhianat negara dan bukan bagian dari rezim korup di masa lalu. Sehingga bisa memerintah republik ini secara bersih, adil, jujur, dan berpihak pada kepentingan nasional. 

Jika sampai Mbilung jadi Presiden maka jelas Indonesia akan punah dan hancur sebelum janjinya Indonesia bebas impor terpenuhi. Presiden Mbilung hanya bisa mengumpat-umpat rakyatnya, seolah-olah dirinya sosok mulia, melecehkan negerinya sendiri,  memprovokasi dan menakut-nakuti rakyat, mempermainkan sentimen SARA, dan tidak memiliki Visi-Misi yang jelas dan implementasinya yang realistis.

Jangan sampai di kemudian hari Indonesia memiliki Presiden Mbilung... nauzubillah minzallig... amit-amit jabang bayik... jelas banyak mudhorotnya daripada manfaatnya.

*Penulis adalah Dosen Fakultas Teknik, Sekolah Pascasarjana UGM

Berita terkait
0
Mendagri Lantik Tomsi Tohir sebagai Irjen Kemendagri
Mendagri mengucapkan selamat datang, atas bergabungnya Tomsi Tohir menjadi bagian keluarga besar Kemendagri.