Masuk Kabinet Jokowi, Nadiem Makarim Mundur dari Gojek

Nadiem Makarim dipastikan mundur dari PT Aplikasi Karya Anak Bangsa (Gojek) perusahaan yang didirikannya pada 12 Oktober 2010.
Pendiri dan juga CEO Gojek Nadiem Makarim. (Foto: Instagram/@nadiemmakarimofficial)

Jakarta - Nadiem Makarim dipastikan mundur dari PT Aplikasi Karya Anak Bangsa (Gojek) perusahaan yang didirikannya pada 12 Oktober 2010. Informasi tersebut ia sampaikan seusai memenuhi panggilan dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait posisinya di Kabinet Kerja jilid II periode 2019-2024.

"Sudah pasti posisi saya di Gojek sudah mundur," ucap Nadiem di Kompleks Istana Kepresidenan, Senin, 21 Oktober 2019.

Sudah pasti posisi saya di Gojek sudah mundur.

Nadiem MakarimSalah satu pendiri yang juga CEO Gojek Nadiem Makarim melambaikan tangannya saat berjalan memasuki Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin, 21 Oktober 2019. (Foto: Antara/Wahyu Putro A)

Nadiem yang merupakan Founder dan CEO Gojek ini mengatakan ia mundur pada hari ini dan tak lagi mempunyai kewenangan apapun di Gojek.

"Terhitung hari ini, sudah sama sekali tidak ada posisi maupun kewenangan, kekuasaan apapun di Gojek," tuturnya.

Nadiem adalah sosok ketiga yang tiba di Istana Kepresidenan, Senin, 21 Oktober 2019. Ia datang mengenakan kemeja putih sama seperti dua orang sebelumnya, yakni Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD dan Bupati Minahasa Selatan Christiany Eugenia Tetty Paruntu. []

Berita terkait
Mahfud MD Siap Dilantik Jadi Menteri Hari Rabu
Mahfud MD menyatakan siap dilantik pada hari rabu, 23 Oktober 2019 mendatang.
Seusai Mahfud MD, Christiany Tetty Tiba di Istana
Christiany Eugenia Tetty Paruntu, bupati terpilih di Kabupaten Minahasa Selatan periode 2010-2015 menjadi orang kedua yang datang ke Istana Negara.
CEO Gojek Nadiem Makarim Dipanggil ke Istana Negara
CEO Gojek Nadiem Makarim datang ke Istana Negara memakai kemeja putih lengan panjang dengan wajah berseri-seri.
0
Elon Musk Sebut Pabrik Mobil Baru Tesla Rugi Miliaran Dolar
Pabrik mobil baru Tesla di Texas dan Berlin alami "kerugian miliaran dolar" di saat dua pabrik kesulitan untuk meningkatkan jumlah produksi