Masa Pilgub, ASN Diminta Cerdas Bermedsos

Arif menjelaskan, media sosial sekarang ini, merupakan alat mobilisasi paling ampuh untuk meningkatkan kesadaran sekaligus merencanakan gerakan masa.
Kabid Komunikasi Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Jepara Arief Darmawan dalam kegiatan Forum Koordinasi Informasi dan Kehumasan (FKIK) Kabupaten Jepara, di Ruang Rapat I Setda Jepara, Senin (26/2). (Alf)

Jepara, (Tagar 26/2/2018) - Memasuki tahapan kampanye pelaksanaan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah, aparatur sipil negara (ASN), diminta cerdas dalam bermedia sosial. Kepala Bidang Komunikasi Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Jepara, Arief Darmawan mengatakan saat ini, banyak sekali berita-berita hoax berdedar, termasuk radikalisme yang mengarah kepada perpecahan.

"Harus lebih jeli dalam menyukapi segala informasi yang berkembnag di media sosial," ujar Arif dalam kegiatan Forum Koordinasi Informasi dan Kehumasan (FKIK) Kabupaten Jepara, di Ruang Rapat I Setda Jepara, Senin (26/2).

Arif menjelaskan, media sosial sekarang ini, merupakan alat mobilisasi paling ampuh untuk meningkatkan kesadaran sekaligus merencanakan gerakan masa.

Misalnya, melalui unggahan video, gambar atau tulisan tentang peristiwa tertentu, grup-grup media sosial dapat mengumpulkan sejumlah orang untuk melakukan aksi dunia nyata. Termasuk berita hoax, gerakan radikalisme dan juga perpecahan.

Disampaikan, berita bohong (hoax) seringkali menggunakan judul sensasional yang provokatif, yang menyudutkan pihak tertentu. Isi nya bisa diambil dari berita media resmi, hanya saja diubah ubah agar menimbulkan persepsi sesuai yang dikendaki sang pembuat hoax.

"Jika menjumpai berita provokatif, sebaiknya mencari referensi berita serupa dari situs online resmi, kemudian dibandingkan isinya, apakah sama atau berbeda," kata Arif.

Menurutnya, cermati juga alamat URL situs yang dimaksud. Untuk informasi yang diperoleh dari website, Misalnya menggunakan domain blog, maka informasinya bisa dibilang meragukan. "Menurut catatan Dewan Pers, di Indonesia terdapat 43 ribu situs di Indonesia, yang mengklaim sebagai portal berita. Namun yang terverifikasi hanya 300 an situs," ungkapnya..

Jika menapatkan berita atau sumber informasi yanh meragukan, segera periksa faktanya. Perhatikan dari mana berita itu berasal dan sumbernya. Apakah dari institusi resmi atau tidak.

"Perhatikan keberimbangan sumber berita, jika hanya satu sumber, pembaca tidak bisa mendapatkan gambaran yang utuh," kata dia.

Sedangkan untuk hoax yang berasal dari gambar foto atau video, bisa dicek keasliannya bisa dengan memanfaatkan mesin pencari Google, yakni dengan melakukan drag-and-drop ke kolom pencarian Google images. Hasil pencarian tersebut, akan menyajikan gambar serupa yang terdapat di internet sebagai pembanding.

Sedangkan langkah antisipasi yang dilakukan, Kementrian Kominfo juga telah menutup ribuan situs berisi konten radikal pada tahun 2017. Untuk itu, seluruh pihak perlu melakukan pendekatan secara pribadi ke akar rumput yang menjadikan media sosial sebagai lingkungan mereka. (Alf)

Berita terkait
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.