Mari Pangestu, Perempuan Indonesia untuk Bank Dunia

Mantan menteri perdagangan era Kabinet Indonesia Bersatu, Mari Elka Pangestu jadi perempuan indonesia untuk Bank Dunia.
Mari Elka Pangestu, mantan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. (Foto: Instagram/@maripangestu)

Jakarta - Mantan menteri perdagangan era Kabinet Indonesia Bersatu, Mari Elka Pangestu, ditunjuk sebagai Direktur Pelaksana, Kebijakan Pembangunan dan Kemitraan untuk Bank Dunia. 

Penunjukan Mari Elka tersebut telah diumumkan oleh presiden Bank Dunia, David Malpass. Rencananya, dia mulai resmi bekerja untuk institusi tersebut pada 3 Maret 2020.

Kami sangat senang menyambut Mari ke Bank Dunia.

Menurut Malpass, keputusan tersebut berdasarkan latar belakang pengalaman perempuan kelahiran 23 Oktober 1956 itu sebagai menteri senior. 

Dengan modal yang dimiliki oleh Mari inilah yang diyakini dapat membantu pekerjaan di Group Bank Dunia. Dia menjadi perempuan kedua yang dipercaya untuk mengemban tugas sebagai direktur bank dunia setelah  Sri Mulyani.

"Kami sangat senang menyambut Mari ke Bank Dunia dalam peran baru yang penting ini bagi institusi kami," ujar David Malpass, dikutip dari laman resmi world bank, www.worldbank.org.

Sebelum ditunjuk sebagai direktur pelaksana World Bank, Mari Elka Pangestu, sudah malang melintang di dunia perpolitikan. Ia pernah beberapa kali menjabat sebagai menteri di era kepemimpinan presiden keenam Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). 

Pada 2004 hingga 2011, perempuan berusia 63 tahun itu pernah ditunjuk sebagai menteri perdagangan Indonesia. Lalu, 2011-2014, Mari ditugaskan sebagai menteri pariwisata dan ekonomi kreatif menggantikan Jero Wacik. 

Saat itu, ia adalah perempuan keturunan Tionghoa-Indonesia pertama yang menjabat sebagai menteri. Perempuan kelahiran Jakarta itu memang dikenal hebat dan pintar karena gelar yang disandangnya, yaitu Bachelor dan Master of Economic di Australian National University pada 1980. 

Tak puas dengan gelar yang dimilikinya, anak dari J.Panglaykim (ekonom terkenal di Indonesia) tersebut, melanjutkan pendidikan di Universitas California. Di sana dia mengambil jurusan perdagangan internasional, Keuangan, dan Ekonomi Moneter dan menyelesaikan studinya pada 1986.

Setelah menyelesaikan kuliahnya tersebut, Mari Elka mulai menjajaki berbagai macam karier. Istri Adi Harsono itu nyatanya pernah menjadi asisten professor di Lee Kuan Yew School of Public Policy dan Crawford School of Public Policy di Australian National University. 

Ibu dua anak ini juga seorang profesor Ekonomi Internasional di Universitas Indonesia. Bukan hanya itu saja, Mari ternyata sempat menjadi anggota Dewan Indonesia Bureu of Economic Research dan Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Jakarta.

Anggota Dewan Pembina Astra International dan Bank BTPN ini juga pernah mencicipi jabatan sebagai ketua Dewan Pengawas International Food Policy Research Instituate (IFPRI), Washington D.C. 

Mari bahkan aktif sebagai Penasihat Komisi Global untuk Geopolitik Transformasi Energi International Renewable Energy Agency (IRENA), Abu Dhabi. 

Presiden dari United in Diversity yang didirikan pada 2003, pernah menjadi Co-Coordinator Task Force on Peverty and Development untuk United Nations Millenium Project. 

Selain itu, ia pernah menduduki posisi sebagai Dewan Pimpinan UN Sustainable Development Solutions Network (SDSN), Equal Acces Initiative, dan anggota Women International Council on Womens Business Leadership. 

Senior Fellow di Columbia School of International and Public Affairs tersebut, diketahui pernah bekerja sama dengan Jeffrey Sach dalam UN Secretary General Millenium Development Goals (MDGs) Review pada 2003-2005. Dia dipercaya memimpin WTO-Group 33 periode 2005-2011. 

Tak hanya sampai disitu saja, kehebatan dan kecerdasannya itu ditunjukkan ketika Mari Elka memimpin kerja sama antarkawasan untuk Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC).

Atas dedikasinya terhadap negara, Mari Elka pernah dianugerahi Bintang Mahaputera Adipradana oleh Presiden SBY. Penghargaan tersebut diberikan bagi mereka yang telah berjasa untuk bangsa dan negara. 

Mari Elka  juga pernah menerima penghargaan dari Australian National University Masters Scholarship (1979-1980), University Regents Fellowships (1983-1984), dan Eisenhower Exchange Fellow, Individual National Program (1990). []

Baca juga:

Berita terkait
Perlambatan Ekonomi RI Jadi Sorotan Bank Dunia
Perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi sorotan Bank Dunia. Bank Dunia memprediksi Indonesia hanya akan mampu tumbuh di level 5 persen.
Bank Dunia Sebut Teknologi Digital Bantu Pengentasan Kemiskinan
"Inovasi dalam berbagai bidang bisa mengubah ruang lingkup pekerjaan, menciptakan profesi baru, dan meningkatkan peluang kerja yang sebelumnya tidak ada," ujar Kim.
Foto: IMF-Bank Dunia di Bali Diikuti 189 Negara, Begini Pengamanannya
Pertemuan IMF-Bank Dunia di Bali diikuti lebih dari 34 ribu peserta dari 189 negara, 23 kepala negara hadir. Ini 19 foto pengamanannya.
0
Dua Alasan Megawati Belum Umumkan Nama Capres
Sampai Rakernas PDIP berakhir, Megawati Soekarnoputri belum mengumumkan siapa capresnya di Pilpres 2024. Megawati sampaikan dua alasan.