Jakarta, (Tagar 1/2/2019) - Imlek bukan sekadar perayaan tahun baru bagi orang Tionghoa. Perayaan yang identik dengan warna merah ini diwarnai berbagai tradisi beserta makanan khasnya.
Makanan yang disajikan saaat Imlek tidak sekadar enak, namun ada makna tersendiri. Kalau salah menyajikan makanan, bisa-bisa dianggap mengundang kemalangan.
Nah, ini dia beberapa makanan yang sebaiknya tidak dihidangkan saat Imlek.
1. Menyajikan ikan tanpa kepala dan ekor
Makanan yang Mengundang Kemalangan Saat Imlek. (Foto: Istimewa)
Ikan jadi makanan wajib saat Imlek, tapi ikan yang disajikan harus utuh alias memiliki bagian kepala dan ekor. Orang China percaya segala hal memiliki titik awal yang disimbolkan oleh kepala, dan ekor sebagai lambang titik akhir.
Ada aturan yang berlaku untuk orang-orang, selain nelayan, saat menyantapnya. Dilarang membalik ikan alias hanya bisa makan di salah satu sisinya saja. Membalik ikan digambarkan sebagai usaha yang terbalik atau dipercaya akan mendatangkan kebangkrutan.
2. Makanan berwarna putih
Makanan yang Mengundang Kemalangan Saat Imlek. (Foto: Istimewa)
Sangat tidak dianjurkan mengolah makanan berwarna putih di Tahun Baru Imlek, karena dianggap identik dengan kematian. Salah satu makanan yang jadi pantangan yakni tahu dan keju putih.
3. Sayap ayam
Makanan yang Mengundang Kemalangan Saat Imlek. (Foto: Pixabay)
Olahan ayam aman dihidangkan, kecuali bagian sayapnya. Mereka percaya jika keberuntungan dan kebahagiaan hadir bisa terbang, karena mengkonsumsi sayap ayam.
4. Kepiting
Makanan yang Mengundang Kemalangan Saat Imlek. (Foto: icon0.com)
Makan kepiting bersama keluarga memang seru, tapi olahan ini harus dihindari saat Imlek. Kepiting yang berjalan miring, dianggap tidak dapat memberikan kemajuan pada usaha. Berbeda dengan ikan yang berenang ke arah depan atau maju.
5. Bubur ayam dan daging untuk sarapan
Makanan yang Mengundang Kemalangan Saat Imlek. (Foto: Istimewa)
Karena bubur ayam merupakan sajian yang sangat sederhana, ada kepercayaan menyantapnya pada saat Tahun Baru Imlek akan membawa kemiskinan.
Sedangkan, keberadaan daging dilarang, karena orang-orang Buddhist melarang keras membunuh binatang, apalagi saat hari raya. []
