Jakarta - Presiden Prancis Emmanuel Macron mengaku menghormati muslim yang terkejut atas kartun Nabi Muhammad. Namun, Macron mengatakan tak ada alasan untuk kekerasan setelah penyerangan di gereja Prancis yang menewaskan 3 orang pekan ini.
Dilansir Reuters, Minggu 1 November 2020, kasus penusukan di gereja di Nice pada Kamis menewaskan seorang wanita dan 2 lainnya. Tersangka penyerangan berusia 21 tahun dari Tunisia kemudian ditembak oleh polisi dan kini dalam kondisi kritis di rumah sakit.
Peran saya adalah menenangkan segalanya, itulah yang saya lakukan, tetapi di saat yang sama, untuk melindungi hak-hak ini,
Polisi setempat mengatakan pada Sabtu lalu bahwa, seorang lainnya telah ditahan karena koneksinya terhadap penyerangan itu. Dia bergabung dengan tiga orang lain yang telah ditahan sebelumnya karena dicurigai berhubungan dengan pelaku penyerangan.
Macron telah menempatkan ribuan tentara untuk mengamankan situs-situs seperti rumah ibadah dan sekolahan dan para menteri telah memperingatkan bahwa serangan militan Islamis bisa terjadi lagi.
"Jadi saya memahami dan menghormati bahwa orang-orang bisa kaget oleh kartun-kartun tersebut, namun saya tidak akan pernah menerima bahwa seseorang dapat membenarkan kekerasan fisik akibat kartun ini, dan saya akan selalu membela kebebasan di negara saya untuk menulis, berpikir dan menggambar," kata Macron, Minggu, 1 November 2020.
"Peran saya adalah menenangkan segalanya, itulah yang saya lakukan, tetapi di saat yang sama, untuk melindungi hak-hak ini," sebut Macron.
Sebelumnya diketahui, Macron dipebincangkan dunia karena memberi pernyataan yang kontroversial dengan tak akan melarang Charlie Hebdo menerbitkan kartun Nabi Muhammad. Bahkan, ia juga mengatakan Islam adalah "agama yang sedang mengalami krisis di seluruh dunia."
Macron melontarkan pernyataan ini sebagai respons atas pemenggalan guru yang membahas karikatur Nabi di Charlie Hebdo, Samuel Paty 47 tahun, di Eragny, oleh muridnya pendatang dari Chechnya, Abdoullakh Abouyezidovitch 18 tahun.
"Sekularisme adalah pengikat persatuan Prancis. Jangan biarkan kita masuk ke dalam perangkap yang disiapkan oleh kelompok ekstremis, yang bertujuan melakukan stigmatisasi terhadap seluruh Muslim," ujar Macron.
Menanggapi hal ini, Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri mengecam pernyataan Presiden Prancis, Emmanuel Macron, yang dinilai tidak menghormati Islam. Ucapan Macron telah menyinggung 2 miliar umat Muslim seluruh dunia.
"Indonesia mengecam pernyataan Presiden Prancis yang tidak menghormati Islam dan komunitas Muslim di seluruh dunia. Pernyataan itu menyinggung lebih dari 2 miliar Muslim di seluruh dunia dan memicu perpecahan berbagai agama di dunia," demikian pernyataan Kemlu, Jumat, 30 Oktober 2020. []
Baca juga: