Maaf Tak Cukup, Polisi Harus Tuntas Usut Intimidasi Politik di Ruang Publik

Kapolres berusaha meyakinkan, pihaknya serius mengusut tuntas kasus ini. Roma menjanjikan netralitas pihaknya dan bertindak sesuai fakta untuk menemukan unsur pidananya. "Kita kumpulkan dulu, mencari tahu siapa korban itu. Kita kumpulkan seluruh bahan keterangan termasuk tadi Mustofa, segala macam yang ada di gambar itu semua," janji Roma.
Polisi tengah mengumpulkan data dan fakta di lapangan termasuk memeriksa video viral yang beredar dan merekam para pelaku intimidasi. Termasuk terekamnya sosok pegiat media sosial yang juga calon legislatif gagal dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mustofa Nahrawardaya. (Ist)

Jakarta, (Tagar 29/4/2018) – Buntut dari tindak intimidasi sekelompok orang berkaus hitam bertuliskan #2019GantiPresiden mulai muncul. Arahnya tentu ke aparat keamanan yang pagi ini lalai dalam menjaga dua pihak berseberangan untuk tak saling bergesekan.

Kapolres Jakarta Pusat, Kombes Roma Hutajulu sudah meminta maaf, memang. Tapi maaf saja tentu tak cukup. Ia wajib mengusut tindak intimidasi politik yang terjadi saat car free day pagi ini, Minggu (29/4). 


Roma mengaku telah membentuk tim khusus untuk menyelidikinya.
Ia mengaku, kini tengah mengumpulkan data dan fakta di lapangan termasuk memeriksa video viral yang beredar dan merekam para pelaku intimidasi. Termasuk terekamnya sosok pegiat media sosial yang juga calon legislatif gagal dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mustofa Nahrawardaya, yang juga terekam dalam foto yang beredar usai kejadian intimidasi pagi ini.

Kapolres berusaha meyakinkan, pihaknya serius mengusut tuntas kasus ini. Roma menjanjikan netralitas pihaknya dan bertindak sesuai fakta untuk menemukan unsur pidananya. "Kita kumpulkan dulu, mencari tahu siapa korban itu. Kita kumpulkan seluruh bahan keterangan termasuk tadi Mustofa, segala macam yang ada di gambar itu semua," janji Roma.

Politisi PDIP Masinton Pasaribu menyesalkan terjadinya peristiwa tersebut. Walau tak mengarah ke aparat langsung, Masinton tegas menyatakan, adanya pihak yang menggunakan ruang publik car free day menjadi sarana mengintimidasi dan mempersekusi warga lainnya yang berbeda sikap dan pandangan politiknya.

“Padahal  car free day adalah ruang publik yang bisa digunakan oleh warga untuk mengekspresikan dirinya secara bebas. Tentunya, dengan mengedepankan nilai-nilai keadaban sosial, demokratis, fairness dan sportif,” jelasnya.

Kita Benar dan Tidak Pernah Takut
Politisi dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Mohamad Guntur Romli, memuji keberanian seorang ibu yang berani membalas intimidasi itu dan melindungi anaknya yang terlihat menangis ketakutan dikepung banyak lelaki dewasa yang merintangi jalan mereka.

"Dalam video yang viral di media sosial, seorang ibu dan anaknya dilecehkan, dikerubungi, dikibas-kibasin duit, anaknya terlihat menangis ketakutan. Ini pelecehan terhadap perempuan dan bentuk intimidasi," kata Guntur Romli dalam keterangan pers, Minggu (29/4).

"Kami sekaligus bangga pada ibu yang begitu tegar dan justru menguatkan anaknya. Dia berani melawan dengan mengatakan 'Kita tidak takut Zaky! Kita benar, kita tidak akan pernah takut!'. Luar biasa keberanian ibu itu dalam melawan pelecehan dan intimidasi. Akhirnya yang melecehkan terkesan malu dan pergi," tambahnya. 

Demokrasi yang dilukai pagi ini mestinya memaksa polisi menuntaskan tindak pidananya, bukan?  Tentu bukti yang dinanti. (rif)

Berita terkait
0
Tinjau Lapak Hewan Kurban, Pj Gubernur Banten: Hewan Kurban yang Dijual Dipastikan Sehat
Penjabat (Pj) Gubernur Banten Al Muktabar meninjau secara langsung lapak penjualan hewan kurban milik warga di Kawasan Puspiptek.