Lokasi Lakalantas Maut di Sleman Rawan Kecelakaan

Lokasi kecelakaan lalu lintas yang menewaskan 4 orang di Jl Magelang Km 8, Mlati, Sleman, merupakan lokasi rawan kecelakaan.
Lokasi terjadinya kecelakaan lalu lintas yang menewaskan empat orang di Jl Magelang Km 8, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

Sleman – Arus lalu lintas di kawasan Jl Magelang Km 8, Dusun Mulungan, Kelurahan Sendangadi, Mlati, Sleman, sore itu, Senin, 5 Oktober 2020 cukup lancar. Beberapa kendaraan yang melintas bahkan terlihat melaju dengan kecepatan di atas rata-rata.

Sedikitnya empat pot bunga yang terletak tepat di tengah-tengah pembatas jalan terlihat hancur berantakan. Pembatas jalan itu merupakan pemisah jalur lalu lintas yang mengarah ke utara dan selatan.

Seng yang ada pada bagian atas salah satu rumah di sebelah barat jalan tampak terlepas sebagian. Kata seorang warga di sekitar lokasi, seng tersebut copot akibat kecelakaan lalu lintas yang terjadi di lokasi itu pada Sabtu, 3 Oktober 2020, antara mobil Honda Mobilio bernomor polisi (nopol) H 8571 RG dengan Mitsubishi Xpander bernopol B 2004 BZP.

Warga yang tinggal tepat di di depan lokasi kecelakaan itu mengatakan, saat kejadian sebagian penumpang mobil terlempar keluar dari mobil Honda Mobilio.

Menurutnya, para penumpang itu seperti beterbangan saat kecelakaan terjadi. Salah satunya menghantam seng pada bagian atas rumah, yang tingginya kurang lebih sekitar tiga meter.

Sering Terjadi Kecelakaan

Kendaraan yang melintas di sekitar lokasi tak jarang melaju dengan kecepatan cukup tinggi. Selain jalanan yang lurus dan mulus, ruas jalan tersebut merupakan jalan utama yang menghubungkan Kota Yogyakarta dengan Kota Magelang, Jawa Tengah.

Selain kecelakaan maut yang menewaskan empat penumpang Honda Mobilio pada Sabtu, 3 Oktober lalu, di sekitar lokasi tersebut memang sering terjadi kecelakaan lalu lintas.

Memang sering, Mas. Tapi yang paling parah ya yang kemarin itu. Kejadiannya pagi-pagi sekali.

Menurutnya, daerah rawan kecelakaan lalu lintas di kawasan itu mulai dari SPBU di sebelah selatan hingga ke perempatan Denggung di sebelah Utara.

Sebelumnya diberitakan Tagar, Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) Mlati, Kompol Hariyanto, menjelaskan, kejadian tersebut bermula saat kendaraan Honda Mobilio dengan nomor polisi H 8571 RG melaju dengan kecepatan tinggi dari arah utara menuju selatan.

Setibanya di lokasi, pengemudi mobil tersebut diduga kehilangan kendali dan menabrak pemisah jalan. Kerasnya benturan saat itu menyebabkan penumpang dari mobil tersebut terlempar keluar.

Kecelakaan Maut di SlemaKondisi mobil Mobilio yang terlibat kecelakaan maut di Sleman, Sabtu, 3 Oktober 2020 ringsek. (Foto: Dok. Tagar)

"Kemudian mobil itu loncat karena menabrak pembatas jalan dan langsung menabrak Mitsubishi Xpander bernopol B 2004 BZP yang melaju dari selatan ke utara," jelasnya.

Akibatnya, empat dari tujuh penumpang Honda Mobilio tersebut meninggal dunia, yakni Rizqi Badrul Tamam, 19 tahun, warga Semarang, Jawa Tengah; Dava, 14 tahun, warga Semarang Tengah, Jawa Tengah; Satria Danda, 14 tahun, warga Semarang Tengah, Jawa Tengah; dan Abil, 16 tahun, warga Semarang Tengah, Jawa Tengah.

Sementara, pengemudi Mobilio yang bernama Wirangga Arrazi, 17 tahun, warga Kampung Pompa, Kauman Semarang Tengah, Jawa Tengah, mengalami luka dan menjalani perawatan di RSUD Sleman bersama dua penumpang Mobilio lainnya.

Sedangkan pengemudi XPander yang bernama Noor Jahid, 48 tahun, warga Sungai Nangka, Balikpapan, mengalami luka dan menjalani perawatan di RSA UGM Yogyakarta.

Berdasarkan hasil olah TKP, di dalam Mobilio ditemukan satu botol minuman keras merk Congyang yang masih tersegel, satu botol Congyang dalam kondisi sudah pecah dan satu botol Aqua 1 liter berisi minuman keras jenis Ciu.

Kepala Unit (Kanit) Lakalantas Polres Sleman Inspektur Satu Galan Adid Darmawan, menjelaskan bahwa pengendara Mobilio yang melaju kencang terindikasi terpengaruh minuman keras.

Calon Tersangka

Setelah melakukan pemeriksaan, pada Rabu, 7 Oktober 2020, Galan menjelaskan bahwa satu-satunya calon tersangka dalam kasus kecelakaan maut tersebut hanya pengendara Honda Mobilio, yakni Wirangga Arrazi.

Namun dalam kejadian ini pihaknya lebih berhari-hati dalam melakukan pemeriksaan, sebab Wirangga masih di bawah umur, sehingga memerlukan perhatian khusus dalam penanganannya.

"Satu-satunya calon tersangka dalam peristiwa ini adalah pengemudi Mobilio. Namun karena yang bersangkutan masih di bawah umur dan juga belum punya SIM, sehingga kami perlu mengkaji lagi selama proses pemeriksaan," kata Iptu Galan kepada wartawan di Sleman.

Proses penyelidikan terus berjalan, pihaknya fokus pada pencarian alat bukti dan mendalami keterangan saksi di lapangan. Setidaknya penyidik Laka Lantas Polres Sleman sudah memeriksa 3 sampai 4 saksi dari sekitar kejadian, termasuk mengecek rekaman CCTV di lokasi.

Hingga Rabu, 7 Oktober 2020, Wirangga yang mengalami luka yang cukup serius masih dalam perawatan medis di rumah sakit dan belum bisa dimintai keterangan. "Sehingga untuk saat ini belum bisa dimintai keterangan,” ucapnya lagi.

Wirangga mengalami luka pada beberapa bagian tubuhnya, di antaranya pendarahan di kepala, luka lecet-lecet di bagian kaki, tangan, serta luka sobek di bagian belakang.

Galan juga menuturkan, ada kemungkinan penerapan diversi dalam pasal yang bakal disangkakan pada pengemudi Mobilio, dengan ancaman hukuman pidana di bawah tujuh tahun.

Meski demikian, pasal 311 ayat 5 KUHP dapat diterapkan jika ada faktor kesengajaan yang mungkin dapat yang mengakibatkan orang meninggal dunia. Misalnya adanya dugaan mengonsumsi alkohol, yang dilakukan oleh pengemudi.

Tetapi jika tidak dalam pengaruh alkohol, bisa dijerat dengan Pasal 310 ayat 4 KUHP, ancaman hukuman enam tahun.

"Hasil laboratorium sudah keluar, tapi kami minta dokter untuk membacakan isi surat, mereka adalah pihak yang ahli. Apakah pengemudi betul mengonsumsi alkohol atau tidak," ucapnya.

Congyang Dalam Mobil

Salah satu jenis minuman beralkohol yang ditemukan dalam Mobilio adalah Congyang. Congyang merupakan minuman keras yang beredar di kawasan Semarang dan sekitarnya.

congyang3Congyang, minuman keras khas Semarang. Biasanya disimpan di lemari pendingin. (Foto: Tagar/Agus Joko Mulyono)

Seorang penikmat Congyang di Kota Semarang yang mengaku bernama Arty Lhemet, mengisahkan pada Tagar tentang sejarah minuman keras tersebut.

"Dulu Congyang dikenal dengan sebutan Ajong, yang diambil dari nama seorang ahli pengobatan tradisional keturunan Tionghoa ratusan tahun lalu bernama A Djong," ujar Arty Lhemet, Senin, 5 Oktober 2020.

Dilansir halosemarang.id, Khong A Djong lahir di Kampung Gabahan Lengkong Buntu, kawasan Pecinan Semarang pada 10 Oktober 1896.

Konon Khong A Djong bukan hanya pakar pengobatan di masanya, tetapi dia juga merupakan salah satu ahli kungfu yang mewarisi ilmu kungfu dari Wong Fei Hung.

A Djong sempat pergi ke tanah Tiongkok untuk menimba ilmu kungfu selama 27 tahun. Pada tahun 1923, A Djong pulang ke Semarang dan menikah dengan gadis bernama Auw Yang Ien Nio, warga Kampung Gabahan Lengkong Buntu, Semarang.

A Djong menghidupi keluarganya dengan mengandalkan kemampuannya meracik obat-obat tradisional Tiongkok. Selain itu dia juga meracik minuman beralkohol yang dinamai A Djong, sesuai dengan namanya.

Minuman yang diraciknya memiliki kadar alkohol hingga sekitar 35 persen, dan mengalami kejayaan pada sekitar tahun 1960-an.

Namun masa keemasan A Djong perlahan surut. Cita rasa A Djong yang dinilai terlalu keras dan mirip arak membuatnya perlahan ditinggalkan oleh masyarakat.

Seorang pewaris keturunan Khong A Djong yang bernama Koh Tiong, tidak kekurangan akal. Dia mencoba mengkreasikan minuman ciptaan leluhurnya dengan cita rasa baru, dengan menambahkan rasa manis.

Minuman itu diproduksi dengan konsep industri rumahan di Jalan Wotgandul, kawasan Pecinan Semarang. Kala itu bukan hanya cita rasa yang berubah, namanya pun berubah menjadi Congyang. Entah dari mana muncul nama baru untuk minuman A Djong tersebut.

Minuman itu akhirnya dipatenkan pada tahun 1985, dengan nama Cap Tiga Orang. Namun masyarakat terlanjur mengenalnya sebagai Congyang, yang terus bertahan hingga saat ini.

Awalnya Congyang didistribusikan dengan kemasan besek atau kotak makanan yang terbuat dari anyaman bambu. Di dalamnya diberi pengaman dari dami atau batang padi yang sudah kering, agar botol tidak mudah pecah bila terbentur. Kini Congyang dikemas dalam kardus dengan sekat pengaman. []

Berita terkait
Pernikahan Unik 4 Pasang Pengantin di Yogyakarta
Empat pasang calon pengantin di Yogyakarta mengikuti pernikahan gratis menyambut HUTke-264 Kota Yogyakarta. Mereka melakukan ijab di atas sepeda.
Demo di Yogyakarta, PKL Malioboro dan Keluhan Wisatawan
Aksi unjuk rasa menolak UU Cipta Kerja di Yogyakarta berakhir ricuh. Pedagang kaki lima dan wisatawan di malioboro mengeluhkan hal itu.
Cerita Budidaya Ikan Lele di Lahan Sempit Yogyakarta
Budidaya ikan lele dalam tong menjadi salah satu alternatif pemanfaatan lahan sempit di kawasan dalam Kota Yogyakarta.
0
Melihat Epiknya Momen Malam HUT DKI Jakarta Lewat Lensa Galaxy S22 Series 5G
Selain hadir ke kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam agenda perayaan HUT DKI Jakarta, kamu juga bisa merayakannya dengan jalan-jalan.