Lima Bisnis Rentan Bangkrut Akibat Kendaraan Listrik

Menjamurnya kendaraan listrik di pasaran akan berdampak negatif terhadap sejumlah bisnis industri pendukung kendaraan konvensional.
Mobil listrik asal China, Wuling E100. (Foto: Wikipedia)

Jakarta - Penggunaan kendaraan bertenaga listrik menjadi salah satu opsi dalam penggunaan alat transportasi yang ramah lingkungan. Namun, seiring dengan semakin banyaknya penggunaan mobil listrik, akan ada beberapa industri pendukung yang dapat bangkrut.

Berikut Tagar rangkum lima bisnis rentan bangkrut karena mobil listrik.

1. Perusahaan Oli

Oli atau pelumas merupakan salah satu komponen pendukung dalam memaksimalkan performa kendaraan konvensional. Oli berfungsi untuk melumasi komponen-komponen mesin sehingga terhindar dari karat maupun panas berlebih.

Namun, keberadaan oli sebagai pelumas mesin tidak akan berguna dalam mekanisme mesin kendaraan listrik. Motor yang memutar roda kendaraan listrik berjalan bersumber dari baterai. Sehingga tidak ada proses gesekan di dalam mesin yang biasa dijumpai di dalam kendaraan konvensional.

Perusahaan-perusahaan oli menjadi salah satu pihak yang memiliki kemungkinan rentan bangkrut karena pemilik kendaraan listrik tidak memerlukan oli untuk merawat mesin mereka.

Oli PelumasIlustrasi. (Foto: sigaus.es)

2. Perusahaan Knalpot

Knalpot menjadi salah satu komponen dalam kendaraan konvensional yang memiliki daya tarik tersendiri. Selain menjadi saluran mengeluarkan gas buang, knalpot menjadi salah satu aspek yang dimodifikasi para pemilik kendaraan, baik untuk sekedar meningkatkan penampilan maupun performa. 

Namun, keberadaan knalpot tidak dibutuhkan dalam kendaraan listrik. Hal ini disebabkan kendaraan listrik tidak mengeluarkan gas buang. Meski ada kekhawatiran pada kendaraan listrik tidak mengeluarkan suara sehingga membahayakan pengguna jalan yang lain, beberapa pabrikan kendaraan listrik seperti Tesla mengembangkan produk mereka untuk dapat mengeluarkan suara. Namun, mereka tidak menggunakan knalpot, melainkan melalui speaker.

Knalpot

Ilustrasi. (Foto: Pixabay)

3. Pedagang Bahan Bakar Eceran

Pedagang bahan bakar eceran yang biasanya dikenal dengan istilah Pertamini mungkin menjadi bisnis yang paling rentan bangkrut karena kehadiran mobil listrik. Tentu saja hal ini disebabkan kendaraan listrik tidak membutuhkan bahan bakar fosil untuk berjalan.

Di samping itu, ada pula kemungkinan pedagang bahan bakar eceran akan berganti usaha menjadi pedagang power bank untuk baterai kendaraan listrik.

Pertamini

Dispenser bahan bakar eceran. (Foto: Shopee)

4. Tempat Cuci Kendaraan

Meski terdengar aneh, namun jumlah tempat cuci kendaraan konvensional akan berkurang seiring menjamurnya kendaraan listrik di jalanan. Hal ini dikarenakan kendaraan-kendaraan listrik memiliki banyak komponen yang rentan rusak jika terkena air. Sehingga perlu tenaga profesional untuk membersihkan kendaraan listrik.

Maka dari itu, tempat cuci mobil konvensional menjadi salah satu bisnis yang rentan tutup akibat keberadaan kendaraan listrik.

Cuci Mobil

Ilustrasi. (Foto: Pixabay)

5. Bengkel Umum

Bagi beberapa pemilik kendaraan, keberadaan bengkel umum saat ini menjadi pilihan untuk memperbaiki kendaraannya. Hal ini dikarenakan bengkel umum menjual komponen kendaraan yang cenderung lebih murah dan variatif ketimbang bengkel pabrikan.

Keberadaan bengkel umum mungkin mulai berkurang akibat berkembangnya mobil listrik di pasaran. Hal ini disebabkan hangusnya garansi komponen baterai mobil listrik yang sangat mahal jika ditangani bengkel umum.

BengkelIlustrasi. (Foto: Pixabay)

Berita terkait
Honda Belum Tertarik Garap Mobil Listrik di Indonesia
Honda belum dapat memastikan rencana pengembangan dan penjualan produk mobil listrik di Indonesia.
Spesifikasi Mobil Dinas Menteri Jokowi
Para menteri Kabinet Indonesia Maju periode 2019-2024 akan menggunakan mobil dinas Toyota Crown 2.5 HV G-Executive Hybrid.
Mobil Listrik Pertama Mazda di Tokyo Motor Show 2019
Mazda listrik model SUV ini mampu berlari sejauh hingga 241 kilometer dalam kondisi baterai penuh.