Lena-Leni Kembar Atlet Sepak Takraw Pernah Jadi Pemulung

Lena-Leni kembar atlet sepak takraw pernah jadi pemulung. Atlet Indonesia di Asian Games 2018 ini bersikap terbuka tentang masa lalunya.
Pemain sepak takraw putri Indonesia Lena (kanan), Leni (kiri) meluapkan kegembiraan usai meraih poin saat pertandingan penyisihan tim beregu putri sepak takraw Asian Games 2018 di GOR Ranau, Jakabaring Sport City (JSC), Palembang, Sumatra Selatan, Selasa (21/8/2018). Indonesia menang 3-0 atas Malaysia. (Foto: Antara/INASGOC/Nova Wahyudi)

Jakarta, (Tagar 23/8/2018) - Lena-Leni atlet kembar kelahiran Indramayu 7 Juni 1989, pemain sepak takraw putri Indonesia di Asian Games 2018. Perempuan kembar ini putri pasangan Surtina-Toniah.

Kembar Lena-Leni melalui perjalanan yang tidak mudah untuk sampai posisi sekarang ini. Mereka juga tidak berusaha menutupi masa lalunya yang pedih.

Lena-Leni mengunggah sebuah foto di akun Instagram atas nama Leni Twins. Foto memperlihatkan dua anak perempuan sedang memulung, menggambarkan Lena-Leni saat masih kecil pernah jadi pemulung demi mendapat uang agar bisa membeli makanan. 

Bersama unggahan foto itu, mereka menulis:

"Kehidupan ini keras, Saudara, tapi jangan gampang menyerah dengan keadaan. Allah tidak akan mengubah jika kita tidak mengubahnya sendiri.

Semua butuh proses, perjuangan dan doa.

Aku bukan siapa-siapa, cuma orang kecil. Yakinlah Allah akan memberi jalan kepada hamba-Nya yang mau berusaha dan berdoa.

Gambaran hidup, throwback, semoga bisa menjadi rem, biar nggak blong. Berkah dan selamat. Aamiin."

Lena-LeniLena-Leni kembar pemain sepak takraw Indonesia ini pada masa kecil pernah jadi pemulung. HIdup mereka penuh dengan kerja keras. (Foto: Instagram/LeniTwins)

Ada masanya orangtunya, Surtina dan Toniah nyaris habis harapan, kehidupannya sebagai buruh tani tak juga membuat kesejahteraan keluarganya membaik dari hari ke hari. Surtina menggarap sawah tapi bukan miliknya, sawah panen bukan punyanya.

Kehidupan makin terasa sulit. Anak perempuan kembarnya, Lena dan Leni kelahiran masih belajar di sekolah dasar. Melanjutkan sekolah sudah tak ada harapan. Menjadi TKI atau buruh migran menjadi satu-satunya alasan Surtina dan Toniah, agar anak-anaknya itu nanti bisa hidup sedikit layak. Seperti tetangga kebanyakan lainnya, kerja di luar negeri menjadi satu-satunya jalan keluar.

Lena-LeniLena-Leni kembar perempuan pemain sepak takraw Indonesia, kunci sukses adalah tidak pernah menyalahkan keadaan, tapi berusaha mencari jalan atas keadaan yang sulit. (Foto: Instagram/LeniTwins)

Lena dan Leni tetap ingin melanjutkan sekolah, diam-diam mereka mendaftar sendiri ke SMP di daerahnya. Bocah kembar itu sangat paham konsekuensinya,  tiada biaya buatnya.

Bermulalah itu semua. Membantu tetangga menjadi buruh cuci, mencuci piring di kantin agar punya uang saku,  setiap saat mereka lakoni. Keras hidup bagi anak-anak ini, tapi tak membuat mereka putus nyali. Agar bisa sekolah. Cuma itu tujuannya.

Lena-LeniLena-Leni kembar pemain sepak takraw Indonesia, tidak menyerah pada keadaan, tapi mencari jalan keluar ketika orangtuanya tak sanggup menyekolahkannya. (Foto: Instagram/LeniTwins)

Setamat SMP, mereka lanjut SMA. Makin terjal saja jalannya. Makin sulit saja keadaannya. Kondisi ekonomi keluarga makin payah. Satu hari mereka melihat pengumuman, beasiswa bagi siswa yang berprestasi untuk sepak takraw. 

Mereka melihat hanya itu jalan keluar agar bisa terus sekolah, mereka ikut berlatih sepak takraw. Olahraga yang tak pernah mereka tahu. Ngotot keduanya berlatih itu agar bisa dapat beasiswa dan terus sekolah.

Lena-LeniLena-Leni kembar pemain sepak takraw Indonesia saat pelepasan kontingen Indonesia ke Asian GAMESXVIII 2018 JAKARTA-PALEMBANG. (Foto: Instagram/LeniTwins)

Lena dan Leni dengan niat keras berbuah hasil. Pertandingan antarsekolah dan daerah mulai mereka ikuti,  dan juara pula. Beasiswa sudah di tangan. Beasiswa itu hanya membebaskan dari biaya sekolah saja.

Untuk pemenuhan kebutuhan lainnya mereka harus putar otak lagi. Kebetulan tetangganya ada bos pemulung, banyak barang tak terpakai yang dibuang pinggir kali. Mengais-ngais yang bisa dipakai. Sepatu bekas yang sudah tak jelas bentuknya mereka dapatkan dari sana, untuk sekolah dan berlatih sepak takraw. Malu mereka benamkan, gengsi mereka tanggalkan. Tujuannya hanya itu, bisa bersekolah.

Lena-LeniPemain sepak takraw Indonesia Lena (kanan) menendang bola dihalangi pemain Vietnam Nguyen Thi Phuong Trinh (tengah) dalam pertandingan penyisihan tim putri beregu cabang olahraga sepak takraw di GOR Ranau, Jakabaring Sport City (JSC), Palembang, Sumatera Selatan, Senin (20/8/2018). (Foto: Antara/INASGOC/Ferdy Siregar)

Dari keterpaksaan keadaan bermain sepak takraw, berubahlah semua karenanya. Di Indramayu, siapa tak kenal Lena dan Leni, si kembar atlet sepak takraw ini. Namanya makin kondang.

Berbagai kejuaraan mulai mereka ikuti sejak 2006. Setahun saja kemudian, keduanya masuk pelatnas.  Prestasinya membanggakan beroleh medali emas King's Cup 2016 di Thailand, 3 emas PON mewakili Jawa Barat, perak di Sea Games, dua perunggu di Asian Games 2014 di Incheon,  Korea Selatan.

Lena-LeniPemain sepak takraw putri Indonesia Lena (kanan), Leni (tengah), Mita Sari Dini (kiri) meluapkan kegembiraan usai meraih poin saat pertandingan penyisihan tim beregu putri sepak takraw Asian Games 2018 di GOR Ranau, Jakabaring Sport City (JSC), Palembang, Sumatra Selatan, Selasa (21/8/2018). Indonesia menang 3-0 atas Malaysia. (Foto: Antara/INASGOC/Nova Wahyudi)

Bonus PON pada 2010 buat mendaftarkan kedua orangtuanya berhaji. Sayang saat Surtina dan Toniah berangkat haji, mereka tak bisa mengantarkan karena sedang berlaga di Asian Games di Korea.

Surtina dan Toniah menonton televisi di kampungnya di Indramayu, tampak di layar kaca kembar kesayangan mereka sedang bertanding. Membawa nama Indonesia. Semua itu tak terbayangkan sebelumnya bagi dua orangtua sederhana ini. Sepeti mimpi saja. Dua anak perempuan kembar yang sulit hidup masa kanak-kanaknya itu, yang mereka lebih tahu dari siapa pun, bagaimana bisa dielu-elukan di lapangan sepak takraw begitu meriahnya. Merah Putih pun berkibar-kibar di belakangnya.

Surtina dan Toniah seakan tak percaya itu dua buah hatinya. Matanya berkaca-kaca menatap layar kaca. Bangga dan haru tiada batasnya.

Lena-LeniPemain sepak takraw putri Indonesia Lena (kanan), Leni (kiri) meluapkan kegembiraan usai meraih poin saat pertandingan penyisihan tim beregu putri sepak takraw Asian Games 2018 di GOR Ranau, Jakabaring Sport City (JSC), Palembang, Sumatra Selatan, Selasa (21/8/2018). Indonesia menang 3-0 atas Malaysia. (Foto: Antara/INASGOC/Nova Wahyudi)

Di Palembang, Rabu (22/8) seperti dirilis Antara tim putri sepak takraw Indonesia dimana Lena-Leni ada di dalamnya menargetkan memperoleh medali pada pertandingan di nomor quadran usai tersingkir dalam babak penyisihan di nomor tim beregu.

"Kami punya target sendiri, bisa dapat medali di nomor quadran. Mudah-mudahan bisa lebih baik lagi di sini, insya Allah lebih fokus," ujar Leni saat ditemui usai sesi latihan di Jakabaring Sport City (JSC) Palembang, Rabu.

Optimisme yang disampaikan Leni tersebut bukan tanpa alasan, mengingat bahwa meskipun nomor tersebut terbilang baru dalam pertandingan sepak takraw, timnas putri sudah dua kali menjadi juara di nomor itu.

Selain itu, formasi keempat pemain untuk nomor quadran juga terdiri atas para senior yang sudah mengantongi banyak pengalaman tanding dan kejuaraan.

"Kalau di nomor ini senior semua, orang lama semua yang turun," tutur Leni menambahkan.

Demi mewujudkan target tersebut, Leni juga akan mendorong anggota tim lainnya agar tidak kembali melakukan kesalahan selama pertandingan.

"Terutama untuk servisnya. Kalau di nomor quadran servisnya dari belakang, bukan dari tengah seperti tim regu kemarin," katanya menjelaskan.

Pada pertandingan di nomor tim regu, timnas putri mengalami dua kali menang atas Malaysia dan Jepang serta dua kali kalah, masing-masing saat melawan Myanmar dan Vietnam.

Kegagalan timnas putri saat pertandingan ketiga melawan Vietnam, menjadi penyebab pupusnya harapan Indonesia melaju ke babak semifinal.

Leni, yang mewakili timnas putri, meminta maaf kepada masyarakat Indonesia atas kegagalan pada pertandingan-pertandingan di nomor tim regu.

"Kami belum memberikan apa-apa untuk Indonesia, padahal dari segi permainan saya dan tim sudah maksimal. Mungkin ini belum rezeki," kata Leni mengungkapkan.

Kembar Lena-Leni mungkin kalah kali ini, tapi mereka kalah secara terhormat karena telah berjuang keras. Dan mereka tetap anak kembar membanggakan kesayangan Surtina dan Toniah.

Lena-Leni telah melalui kesakitan demi kesakitan yang membuat keduanya justru semakin kuat dalam menjalani kehidupan. Menang atau kalah adalah risiko dari sebuah pertandingan. 

Kali ini kalah, mereka tidak putus harapan untuk berusaha lebih baik lagi demi kemenangan pertandingan pada nomor quadran. []

Berita terkait
0
Surya Paloh Sebut Nasdem Tidak Membajak Ganjar Pranowo
Bagi Nasdem, calon pemimpin tak harus dari internal partai. Ganjar Pranowo kader PDIP itu baik, harus didukung. Tidak ada membajak. Surya Paloh.