Lecehkan Difabel, Grab Makassar Minta Maaf

Mediasi disertai Marketing Eksekutif Grab area Makassar, Herisiswanto dan Operasional Grab Bike, Ahmad. Sementara korban dikawal oleh Nur Syarif Ramadhan, salah seorang aktifis difabel Makassar.
Sebelum ia pergi, saya sempat bilang 'Terimakasih Bapak sudah tidak percaya saya', kemudian saya mengajak ibu saya masuk ke rumah, karena saya takut ia emosi, cerita Luthfi, penyandang difabel. (reuters)

Makassar, (Tagar 20/6/2018) - Pasca difabel buta, Muhammad Luthfi yang mendapat perlakuan tidak menyenangkan oleh salah satu driver ojek online (ojol) Grab Bike di Makassar, manajemen transportasi online ini akhirnya melakukan mediasi dengan korban di kantor Grab Rabu, 20 Juni 2018.

Dalam pertemuan itu diketahui bila Luthfi mendapat perlakuan mengarah kepada pelecehan difabel oleh driver Grab Bike bernama Muhammad Ridwan.

Pengalaman Traumatis
Driver ini menolak orderan setelah melihat kondisi Luthfi yang mengalami kebutaan. Penolakan itu juga disertai dengan tatapan aneh terhadap Luthfi yang disaksikan oleh Mursyida (48 tahun), ibu Luthfi.
 
Dalam mediasi itu, Ridwan mengaku trauma karena pernah mengantar salah satu keluarganya yang juga difabel buta. Saat diboncengnya, penumpangnya jatuh dan kepalanya membentur aspal.

"Waktu itu saya bonceng keluarga yang buta, alami kecelakaan. Saat itu kondisinya macet. Makanya waktu ketemu bapak (Luthfi), saya trauma, apalagi kondisinya waktu itu juga sedang macet." cerita Ridwan.

Mengenai sikapnya yang dianggap melecehkan difabel buta, Ridwan minta maaf. "Saya tidak sadar kalau sikap saya ternyata tidak baik, karena itu saya mohon maaf." jelas Ridwan.

Mediasi disertai Marketing Eksekutif Grab area Makassar, Herisiswanto dan Operasional Grab Bike, Ahmad. Sementara korban dikawal oleh Nur Syarif Ramadhan, salah seorang aktifis difabel Makassar yang merupakan sekretaris Pergerakan Difabel Indonesia untuk Kesetaraan (PerDIK). Syarif Ramadhan yang juga salah satu difabel buta.

Edukasi
Syarif menyampaikan bahwa difabel pada dasarnya sudah sering menggunakan semua jenis transportasi online yang ada di Makassar. Menurutnya transportasi online sangat membantu dalam bermobilitas. "Selama ini memang kita jarang bermasalah dengan pengemudi transportasi online." jelas Syarif.

Ia melanjutkan bahwa bahkan pada saat transportasi online ini bermasalah dengan Dinas Perhubungan (Dishub), dan transportasi konvensional, kelompok difabel turut melakukan advokasi agar transportasi online ini tidak dihilangkan. maka dari itu Syarif sangat menyayangkan kejadian yang menimpa Luthfi.

Syarif berharap agar kejadian ini tidak terulang lagi, dan manajemen Grab harus menyampaikan pada para pengemudinya agar tidak menolak penumpang difabel.

Sementara pimpinan operasional Grab Bike, Ahmad, turut menyampaikan permohonan maaf atas kejadian ini. Ia mengatakan ke depan Grab akan melakukan edukasi kepada pengemudinya tentang bagaimana melayani penumpang difabel.

"Sebenarnya di beberapa daerah sudah ada edukasi yang Grab lakukan kepada pengemudi mengenai pelayanan bagi penumpang difabel. Cuma memang kami di Makassar belum pernah, tapi akan kami usahakan agar nanti ada proses edukasi." jelasnya.

Hal tersebut dibenarkan oleh staf Grab yang lain, Dandi. Menurutnya langkah awal Grab akan melakukan FGD (Focus group discussion) dengan kelompok difabel, dan setelahnya mungkin dibuat sebuah video edukasi bagi pengemudi Grab tentang bagaimana melayani penumpang difabel.

Kronologi
Diketahui, pada Senin 11 Juni 2018, Luthfi berencana menghadiri undangan berbuka puasa di Sekertariat PerDIK,  Jalan Pendidikan Raya Blok B5 Nomor 8 Makassar.

Menurut Luthfi, saat itu ia memesan transportasi online dari rumahnya di Jalan Dr. Wahidin Sudirohusodo, Kabupaten Gowa menuju jalan Raya Pendidikan, dengan menggunakan telepon genggam milik ibunya.

"Iya, waktu itu, saya pesan Grab pake akunnya ibu, karena waktu itu hp saya sedang bermasalah." jelas Luthfi saat ditemui di kantor perwakilan Grab di Mall GTC Makassar pada Rabu.  

Tak berselang lama, pengemudi Grab tiba di lokasi penjemputan. Menurut Mursyida (48) ibu Luthfi, saat tiba dan melihat kondisi luthfi, pengemudi tersebut memandang Luthfi dengan tatapan aneh.

Luthfi dan driver sempat ngobrol meski pada akhirnya si pengemudi meminta agar membatalkan pemesanannya saja. Walau sudah dijelaskan bila dirinya sudah sering menggunakan ojol untuk mobilitasnyanya, namuan driver kukuh menolak.

Alasannya, kata Luthfi, si driver tidak mengetahui lokasi meskipun sebenarnya ia bisa dituntun oleh maps untuk menuju ke sana.

Begitu pun dengan ibunda Luthfi. Ia menyampaikan kalau anaknya tidak pernah mengalami masalah ketika menggunakan transportasi online sebelumnya.

"Saya menyampaikan kalau anak saya ini sudah biasa naik ojek online di Bandung dan Jakarta. ini dia ke Makassar sebenarnya hanya untuk liburan. bukannya mau mengantar Luthfi, pengemudi tersebut malah menyampaikan jika ia tidak bisa jika kondisi Luthfi yang begini (difabel buta)," lanjut ibunda Luthfi.

Luthfi kemudian melanjutkan bahwa pengemudi tersebut kemudian secara sepihak membatalkan pesanannya di lokasi penjemputannya, dan pergi meninggalkan Luthfi dan ibunya.

"Sebelum ia pergi, saya sempat bilang 'Terimakasih Bapak sudah tidak percaya saya', kemudian saya mengajak ibu saya masuk ke rumah, karena saya takut ia emosi" lanjut Luthfi.

Ibu Luthfi menganggap bahwa apa yang dilakukan pengemudi daring tersebut pada anaknya merupakan perilaku yang melecehkan. Pertama karena pengemudi tersebut memandangi anaknya dari kepala hingga kaki. Kemudian, saat ngobrol dengan Luthfi, pengemudi tersebut tidak menghadap ke Luthfi. (rio)

Berita terkait