Semarang - Lagu Lathi dituding seorang warga Malaysia mengandung unsur syirik. Karya musik Weird Genius yang menggandeng Sara Fajira ini dianggap sebagai lagu panggilan kuntilanak dan roh kuda kepang. Budayawan Jawa merespons tudingan itu sebagai kenthir (gila).
Tudingan itu disampaikan Wan Dazrin, warga negeri Jiran yang berprofesi sebagai ustaz. Tidak berapa lama dia minta maaf karena diprotes oleh personel Weird Genius, yakni Reza Arap. Dazrin juga mengakui menyesal telah menghina budaya Jawa.
Sebagai Imam Besar Gerakan Endonesa Kenthir saya sangat mendukung siapapun yang kepingin berangkat kenthir.
Budayawan Jawa, Bramantyo Prijosusilo memberikan pernyataan menggelitik tentang tudingan lagu berjudul bahasa Jawa yang berarti ucapan itu.
"Sebagai Imam Besar Gerakan Endonesa Kenthir saya sangat mendukung siapapun yang kepingin berangkat kenthir. Termasuk ustaz Malaysia, tentu, kami sambut baik telah sukarela berangkat kenthir,” ujarnya kepada Tagar pada Rabu, 10 Mei 2020.
Bukan tanpa alasan jika Bramantyo mengucap demikian. Sebab, seniman pencetus seni kejadian berdampak bertitel Kraton Ngiyom itu menganggap Wan Dazrin sudah mengeluarkan pernyataan di luar nalar yang ujung-ujungnya minta maaf.
“Orang seperti dia tidak usah dianggap serius,” ujar Bramantyo
Senada dengan Bramantyo, seorang pemusik daerah bernama Indarto, 56 tahun, menyatakan seorang berlatar religius semestinya perlu memberi penyataan yang benar tentang mistis dan spiritual.
“Lagu daerah untuk memperkenalkan budaya, bukan suatu yang dikaitkan dengan hal-hal yg berbau mistis,” ujar pria yang bermukim di Semarang itu.
Berbeda dengan pernyataan keduanya, penonton setia film Indonesia, Atik, 39 tahun menyatakan pernyataan Wan Dazrin ada benarnya jika hanya melihat video klip dari lagu Lathi, tanpa memahami isi lagunya.
“Beberapa tahun belakangan ini banyak lagu daerah, kebanyakan dari Jawa, yang dipakai sebagai lagu pengiring adegan horor, baik di sinetron maupun di film bioskop,” ujar perempuan yang tinggal di Yogyakarta itu.
Irama lagu daerah yang kebanyakan syahdu, kata Atik, bisa mengiring penonton ke suasana mistis. Padahal bisa saja lagu itu tidak mistis, seperti tembang Lir-Ilir karya Sunan Kalijaga yang bermakna kehidupan Islami.
“Banyak lagu yang salah diartikan itu tidak bisa diprotes oleh penciptanya karena sudah menjadi milik publik,” ujarnya.
Bicara Dulu, Baru Minta Maaf
Sebelumnya santer diberitakan seorang ustaz dari Malaysia, Wan Dazrin menuding tembang Lathi dengan video klip adegan kesenian dan tarian Jawa itu adalah lagu untuk memanggil kuntilanak.
"Hanya Allah yang tahu apa yang terlintas di hati, saat menonton video #LathiChallenge. Sungguh itu memang menakutkan. Tarian itu wujud dari setengah budaya Jawa yang syirik dan khurafat. Seperti memanggil Kuntilanak serta Roh Kuda Kepang," tulis dia, Kamis, 4 Juni 2020 di media sosial Twitter.
Bahkan, Wan Dazrin mengimbau masyarakat Malaysia tidak ikut-ikutan Lathi Challenge karena bisa mengakibatkan kedatangan petaka.
Kicauan tersebut sontak mendapat reaksi dari banyak pihak, termasuk salah satu pemilik karya itu, Reza Arap. Reza menganggap kontennya telah difitnah Dazrin.
“Kalau benar lagu itu bisa memanggil setan atau lainnya, aku akan hapus lagu itu dari semua platform. Tapi jika kau salah, buat permintaan maaf karena telah menyebarkan hoaks. Lakukan make up challenge, posting itu,” tulis Reza.
Tidak berapa lama kemudian Wan Dazrin menyatakan permintaan maafnya. “Permohonan maaf terbuka kepada orang-orang Jawa,” kicaunya di Twitter pada Sabtu, 7 Juni 2020.
Wan Dazrin buru-buru menambahkan kalau dia hanya bermaksud menyarankan Muslim di Malaysia agar berhati-hati. “Kepercayaan ritual terhadap Lathi Challenge. Tidak pernah berhasrat menuduh budaya Jawa secara keseluruhan,” ujarnya. []
Baca juga:
- Debut di Jepang, Stray Kids Kuasai Tangga Lagu Oricon
- Kevin Aprilio Bela Kekey Lagunya Dihapus di YouTube
- Lagu Hari Lebaran Para Suster dan Pandemi Corona