Jakarta – Otoritas Kuwait, 28 Maret 2021, menerima delapan ton dokumen dan barang lain yang diambil oleh pasukan Irak selama invasi Irak tahun 1990 di bawah pimpinan Presiden Irak Saddam Hussein, seperti dikatakan oleh para pejabat Kuwait.
Ini adalah pengiriman ketiga yang diterima Kuwait sejak tahun 2019. Ini keterangan beberapa pejabat dari kedua negara.
Asisten Menteri Luar Negeri Kuwait, Nasser al-Hain, menyambut baik langkah tersebut sekaligus menyatakan pengiriman itu berisi arsip-arsip dari Universitas Kuwait, kementerian informasi dan sejumlah lembaga lain.
“Kami berharap lebih banyak kerjasama dan semoga langkah tambahan lainnya segera dilakukan agar serah terima dapat terlaksana,” kata Nasser al-Hain saat upacara menandai kesepakatan di Kuwait City.
Letak geografis Kuwait di kawasan Timur Tengah (Sumber: id.wikipedia.org).Qahtan al-Janabi, dari Kementerian Luar Negeri Irak, mengatakan negaranya sebelumnya telah menerima daftar barang-barang yang hilang dari Kuwait dan "berdasarkan hal itu, proses penyerahan kembali sedang dilakukan."
Pasukan Irak, di bawah mantan diktator Saddam Hussein, menginvasi Kuwait yang kaya minyak pada 2 Agustus 1990, memicu kecaman internasional. Irak menduduki negara Teluk itu selama tujuh bulan sebelum diusir oleh koalisi internasional pimpinan Amerika Serikat (AS).
Baghdad, yang telah membayar ganti rugi sekitar 50 miliar dolar AS dalam tiga dekade terakhir, menghadapi krisis fiskal terburuk dalam beberapa tahun di tengah pandemi virus corona dan anjloknya harga minyak. Irak telah mengajukan perpanjangan pembayaran terakhir 3,8 miliar dolar AS.
Walaupun kedua negara sekarang memiliki hubungan sipil, masalah tetap ada mengenai perbatasan dan pemulangan jenazah.
Patroli maritim Kuwait secara teratur menahan nelayan Irak yang tersesat terlalu jauh ke perairan Kuwait. Irak menilai perbatasan laut yang digariskan PBB tidak adil (mg/ka)/voaindonesia.com. []
