Kronologi Letusan Krakatau di Tahun 1883, Catatan Rogier Verbeek

Meletusnya Gunung Krakatau kemudian disusul Tsunami pada 26 Agustus 1883 merupakan bencana terbesar sepanjang sejarah.
Ilustrasi Gunung Krakatau. (Foto: Istimewa)

Jakarta, (Tagar 27/12/2018) - Salah satu orang yang selamat dari bencana letusan Gunung Krakatau yang berakibat Tsunami pada 1883, ahli Geologi bernama berkebangsaan Belanda, Rogier Verbeek. Ia menyusun kumpulan data dari catatan buku harian, kesaksian dan wawancara, dikumpulkan dan dijadikan film dokumenter Krakatoa: The Last Days (2006)

Film ini disutradarai oleh Sam Miller pada 6 Juni 2006 dan dipublikasikan oleh BBC One. Krakatoa berkisah dengan tokoh para pegawai Kerajaan Belanda yang sibuk mengelola koloni demi mencari keuntungan dan mengacuhkan pertanda bencana. Kemudian pribumi yang diasingkan rakyatnya karena menjadi pegawai yang setia membantu pemerintahan Belanda.

Meletusnya Gunung Krakatau kemudian disusul Tsunami pada 26 Agustus 1883 merupakan bencana terbesar sepanjang sejarah. Bencana yang mengakibatkan hancurnya ratusan kota dan desa, serta menewaskan 36 ribu orang dalam kurun waktu kurang dari 48 jam.

Berikut kronologi meletusnya Gunung Krakatau pada 26 Agustus 1883, yang berakibat tsunami dan luapan gumpalan uap seperti dilansir IDN Times.

1. Mei 1883: Terjadi gempa bumi beberapa kali, disertai kuda-kuda yang mengamuk.

Gempa bumi menandakan aktivitas magma yang ada di perut bumi di bawah gunung Berapi. Katamba salah satu daerah yang berjarak 25 mil dari lokasi Gunung Krakatau merasakan getaran-getaran yang semakin kencang. 

Dicatat oleh Joanna, Istri Willem Beijerik seorang Controleur pegawai Belanda, ia khawatir dengan gempa yang semakin keras. Kuda-kuda mengamuk tidak karuan, Joana meminta Willem untuk pergi dari Katamba ke daerah lain. 

Namun, Willem terlalu sibuk dengan urusan bisnis Kerajaan Belanda di Bank Kapas. Tokaya, juru tulis yang membantu Willem tampak khawatir dengan gempa, namun tidak dikatakannya.

2. 20 Mei - Juni 1883: Muncul batu apung di tepi pantai dan Krakatau mengeluarkan asap yang menimbulkan warna biru dan hijau ketika terkena matahari

Peneliti dan ahli geologi Rogier Verbeek menemui rekannya yang bekerja di Mercusuar pantai, sekitar 30 mil (48 km) dari Krakatau, setelah dikabarkan perihal aktivitas gunung tersebut. Mereka tidak khawatir jika Krakatau meletus, karena jaraknya yang jauh dengan mereka.

Anak lelaki rekan Verbeek memberikan batu apung kepada Verbeek sebagai hadiah setelah menceritakan proses gunung merapi yang meletus. Verbeek menerimanya dan bertanya di mana ia menemukan batu apung tersebut.

Anak lelaki itu menjawab bahwa ia menemukannya di tepi pantai. Verbeek tidak terlalu menyadari bahwa batu apung yang ditemukan di tepi pantai tersebut sesungguhnya telah menunjukkan apa yang sedang terjadi di bawah laut gunung Krakatau.

Asap berwarna biru dan hijau terus-menerus keluar dari Krakatau sejak Mei hingga Juni 1883. Kemudian terjadi letusan pada 20 Mei 1883. Setelah letusan tersebut, asap yang keluar amat tinggi hingga mencapai lebih dari 5 mil.

3. 27 Mei 1883: Krakatau meletus dan mengeluarkan asap hampir setinggi 5 mil (sekitar 8 km)

Letusan ini pertanda aktivitas dapur magma. Lahar di bawah gunung berapi Krakatau mencari jalan untuk keluar. Melalui tinggi asap abu vulkanik yang dikeluarkan, dapat diperkirakan besarnya letusan susulan kemudian. Verbeek yang sedang dalam perjalanan menuju Buitenzorg (sekarang Bogor) mempercepat perjalanannya untuk memberitahu rekannya di sana.

Sesampainya di Buitenzorg, Verbeek mendiskusikan aktivitas Krakatau dan mengambil batu apung sampel dari letusan Tambora. Rekannya keheranan dan bertanya apakah Verbeek menyangka letusan Krakatau akan sehebat Tambora. Wanita pribumi yang menjadi gundik rekan Verbeek kemudian menceritakan kisah-kisah mitos perihal Krakatau.

Kisah tersebut mengisahkan meletusnya Krakatau merupakan peristiwa yang berulang. Akan lahir gunung berapi baru dari letusannya yang kemudian akan meletus kembali. Verbeek melihat peta Krakatau dan segera pergi ke lokasi mercusuar, tempat rekannya berada.

4. 24-25 Agustus 1883: Hewan-hewan mulai bertingkah laku aneh

Ayam tidak bertelur, burung dan kera tidak tinggal di pohon. Keanehanyang terjadi membuat Joanna khawatir dan ingin segera pergi dari Katambang. Setelah menonton pertunjukan wayang malam hari, Joanna mengatakan perihal keanehan yang terjadi kepada Verbeek. Namun Verbeek tidak terlalu mengindahkannya.

5. 26 Agustus 1883: Terjadi getaran bumi dan letusan Krakatau yang disusul tsunami

Sekitar pukul 10 lebih, terasa getaran pada bumi dengan asap yang terus-menerus keluar dari Krakatau. Pada pukul 13:00 terjadi letusan hebat yang suaranya memekakan telinga, bahkan di mercusuar tepi pantai.

Krakatau benar-benar meletus. Pada setiap detiknya, sekitar satu juta kubik meter batu abu dan batu apung keluar dari lubang dan menerpa setiap sisi gunung. Terjadi longsor besar yang menimbulkan perubahan pasang surut amat cepat yang tak terduga. Letusan gunung tersebut mulai menuntut korban pertamanya pada warga sekitar pulau.

Pada 14:30 air di sekitar pantai surut dengan cepat dan diikuti dengan tsunami yang pertama. Gelombang air menghantam pemukiman sekitar pantai. Setelah letusan yang pertama, lokasi daerah menentukan siapa yang dapat hidup dan mati. Krakatau yang berada di tengah Selat Sunda berjarak 30 mil dari daratan di semua arah.

Tsunami pertama yang ditimbulkan oleh gunung menuju utara telah menghancurkan Bank Kapas dan tewasnya ribuan orang di Katimbang. Semua gunung api yang ada di pulau Gunung Krakatau dibentuk oleh satu dapur magma.Kurang dari satu jam, gumpalan abu telah setinggi 30 mil (sekitar 48 km), menyebar ke segala arah yang kemudian akan menelan daratan dan laut.

Warga yang berhasil selamat pergi menuju bukit di pantai utara menjauhi abu vulkanik. Sepanjang malam Krakatau terus menerus meltus yang dentumannya terdengar hingga ratusan mil dan mengeluarkan abu vulkanik yang amat pekat. Letusan Krakatau sedang memasuki fase baru.

6. 27 Agustus 1883: Pagi hari tak nampak matahari, Letusan yang memekakan telinga dan gumpalan uap yang menghadang sepanjang laut pulau-pulau Sumatera Selatan

Setelah selama 20 jam letusan terus menerus terjadi, dapur magma Krakatau kosong sehingga menyebabkan gunung runtuh. Ledakan yang ditimbulkan amat besar hingga terdengar ke Australia yang jauhnya 3 ribu mil (atau sekitar 4800 km). Jutaan ton abu dan batu apung tertumpah ke laut.

Kemudian memicu tsunami lanjutan yang berdampak menghancurkan daripada tsunami sebelumnya. Ombak setinggi 40 meter menghancurkan dan mengangkat keluar mercusuar dari fondasinya. Ombak itu pun menghancurkan keseluruhan garis pantai, banyak kota dan desa serta ribuan orang tewas.

Namun ternyata Krakatau masih akan mengeluarkan hal terakhir yang paling mengerikan. Keruntuhan gunung melepaskan longsor abu dan batuan terakhir. Hal tersebut menjadikan gunung menyentuh air yang nampak seperti berjalan bagai gumpalan uap lahar. Abu, gas dan batu memanas hingga lebih dari 500°C.

Gumpalan uap lahar tersebut merambah sepanjang laut menuju pulau-pulau di Sumatera Selatan. Sebanyak 3 ribu penduduk yang telah berpindah ke daratan tinggi, lebih 1000 orang dari mereka tewas. Sementara sisanya yang selamat mengalami luka bakar parah akibat abu dan batu.

Letusan Krakatau itu sendiri menghancurkan 165 desa di pantai dan menewaskan lebih dari 36 ribu orang. Terdapat laporan terdamparnya mayat dan batu apung setahun setelah bencana tersebut di pantai Afrika. Penguasa Belanda memesan 250 ribu galon bensin untuk membakar mayat-mayat. []

Berita terkait
0
Staf Medis Maradona Akan Diadili Atas Kematian Legenda Sepak Bola Itu
Hakim perintahkan pengadilan pembunuhan yang bersalah setelah panel medis temukan perawatan Maradona ada "kekurangan dan penyimpangan"