Konverter Kit Generasi Dua Terbukti Ringankan Nelayan

Konverter kit generasi kedua yang diterapkan untuk mesin kapal nelayan Tegal dan Jepara saat melaut dari segi pengeluaran bahan bakar menunjukkan hasil positif.
KONVERSI BBM KE BBG NELAYAN: Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan (kiri), Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo (kedua kanan) melambaikan tangan di atas perahu saat mencoba penggunaan paket perdana konversi Bahan Bakar Minyak (BBM) ke Bahan Bakar Gas (BBG) di Anjungan Losari, Makassar, Sulawesi Selatan pada Jumat (29/9). Sebanyak 1.375 paket bantuan terdiri dari konverter kit, mesin kapal, dan tabung gas diserahkan kepada nelayan kecil secara gratis oleh Kementerian ESDM melalui PT Pertamina (persero) yang mampu menghemat biaya bahan bakar untuk melaut sebesar 50 persen. (Foto/Dewi Fajriani).

Tegal, (Tagar 4/10/2017) – Teknologi konverter kit generasi kedua yang diterapkan untuk mesin kapal nelayan Tegal dan Jepara saat melaut, dari segi pengeluaran bahan bakar menunjukkan hasil positif. Perbedaan penghematan terlihat antara menggunakan BBM (bensin) dengan BBG (elpiji).

Kabar baik tersebut diperoleh setelah Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) bersama Kementerian/Lembaga terkait melakukan observasi uji terap teknologi konverter kit generasi kedua dari BBM) ke BBG pada mesin kapal nelayan Tegal.

Direktur Pengembangan Teknologi Industri Kemristekdikti Hotmatua Daulay mengatakan, pengembangan prototipe konverter kit yang teruji pada penggunaan yang sebenarnya pada mesin kapal nelayan merupakan salah satu bentuk kontribusi pembangunan iptek dalam rangka memberikan daya ungkit dan mendorong peningkatan daya saing produk inovasi anak bangsa.

“Ini sekaligus membuktikan kinerja dan kualitas produk inovasi yang jauh lebih baik daripada produk impor yang banyak beredar saat ini,” kata Hotmatua Daulay saat observasi di pesisir Kelurahan Panggung di Tegal, Rabu (4/10).

Hotmatua Daulay menambahkan, pengembangan teknologi yang dibutuhkan masyarakat dan dunia industri merupakan prioritas pemerintah.

“Untuk itu, insentif bagi pengembangan teknologi dari tahun ke tahun akan terus ditingkatkan. Teknologi ini sudah diuji terapkan selain di Tegal juga dilakukan di Jepara selama kurang lebih setahun," ujarnya.

Jauh Lebih Hemat

Ketua Kelompok Nelayan Gulamah Teguh Safari mengungkapkan, dari 20 anggota 11 telah menggunakan mesin dengan kapasitas 5HP dengan konverter kit generasi kedua selama satu tahun. “Dari segi pengeluaran operasional bahan bakar untuk melaut perbedaan penghematannya sangat jauh antara menggunakan BBM (bensin) dengan BBG (elpiji),” ujarnya.

Ia menyebutkan, saat menggunakan bensin, nelayan menghabiskan 5 liter per hari dengan biaya Rp 9.000 per liter (Rp 45.000 per hari). Sedangkan dengan elpiji 3 kg nelayan hanya perlu membeli 1 tabung seharga Rp 18.000 untuk digunakan dalam enam hari.

"Harapannya kami tetap pakai konverter kit ini, dengan mesin yang lebih besar dari 5,5 HP. Karena kalau pakai kapasitas itu untuk melaut bahaya tidak bisa mengimbangi ombak, kapasitas 5,5 HP memang seharusnya digunakan di sungai yang tidak bergelombang," ujarnya berharap.

Konverter Generasi Dua

Sementara itu, peneliti PT Tritunggal Prakarsa Global Abdul Hakim Pane mengungkapkan, pihaknya telah berhasil mengembangkan teknologi konverter kit untuk semua jenis mesin mulai dari mesin 2-Tak, mesin 4-Tak sampai dengan mesin diesel.

Pengembangan teknologi konverter kit dari BBM ke BBG ini, kata dia, didukung oleh Program Pengembangan Teknologi Industri dari Kemenristekdikti dan Program inkubator dari Pusat Inovasi LIPI.

Menurutnya, pengembangan teknologi ini berawal dari persoalan kelangkaan BBM dan harganya yang tinggi bagi nelayan. Selama ini sebagian besar nelayan kecil menggunakan kapal dengan mesin pembakaran dalam jenis mesin diesel (solar), mesin 2-Tak, dan mesin 4-Tak (bensin) sehingga perlu ada bahan bakar alternatif yang murah, nyaman, aman, dan kompatibel untuk menggerakkan mesin kapal nelayan.

Dia juga mengungkapkan, perubahan penggunaan bahan bakar alternatif berupa BBG pada mesin kapal dengan tetap menggunakan mesin yang ada tentu harus menggunakan peralatan yang dinamakan konverter kit yang merupakan produk aksesoris.

Saat ini, sebut dia, konverter kit yang beredar untuk mesin 4-Tak banyak ketidaknyamanan bagi para nelayan, seperti sering tidak dapat hidup karena cuaca dingin, dan lain sebagainya.

Sedangkan peralatan konverter kit bagi mesin diesel berbahan bakar solar dan mesin 2-Tak tidak diperkenalkan sama sekali. Karenanya, menurut dia, sejak 20 September 2016, Kemristekdikti bersama Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dan Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan uji terap teknologi konverter kit generasi kedua di mesin-mesin kapal nelayan Tegal.

Konverter kit tersebut merupakan inovasi generasi kedua hasil pengembangan teknologi berbasis controller, dan ini menjadi terobosan di Indonesia maupun di dunia.

Dalam kunjungan kerja observasi tersebut, hadir pula Direktur Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian Kemenperin Zakiyudin, staf ahli Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Bidang Relevansi dan Produktivitas Agus Puji Prasetyo, Kasubdit Pelaksanaan dan Pengawasan Pembangunan Infrastruktur Gas Kementerian ESDM Ahmat Wahyu Wardono, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Nur Fuadi, Kepala BPPP Tegal Mukhlisin, perwakilan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). (ant/yps)

Berita terkait
0
Sejarah Ulang Tahun Jakarta yang Diperingati Setiap 22 Juni
Dalam sejarah Hari Ulang Tahun Jakarta 2022 jatuh pada Rabu, 22 Juni 2022. Tahun ini, Jakarta berusia 495 tahun. Simak sejarah singkatnya.